Emiko Epyardi Asda, Menapak Sejarah Baru Di Politik Sumatera Barat
Oleh: Adrizal Inyiak
Wartawan Muda
Perjalanan politik di tanah air dari masa orde Baru ke era reformasi, terus mengalami perubahan yang signifikan. Kebebasan setiap warga negara dalam tanah perpolitikan, diatur dan dilindungi oleh undang-undang.
Setiap orang berhak untuk dipilih dan berhak juga untuk memilih, sepanjang masuk dalam regulasi dan aturan pemilihan. Mulai dari Presiden, anggota legislatif, kepala daerah mulai dari Gubernur, Bupati dan Wali Kota hingga ke tingkat terendah yakni nya kepala desa.
Sejak era reformasi bergulir, rakyat diberikan kebebasan oleh undang-undang untuk memilih siapa pemimpin yang layak untuk diamanahkan hak pilih mereka.
Begitu juga dengan sosok tokoh yang akan menjadi pemimpin, Laki-laki atau perempuan tak menjadi persoalan yang harus diperdebatkan. Persamaan hak warganegara dan kesetaraan gender di Indonesia mampu berjalan secara beriringan.
Penting kita ingat bersama, Ibu Kartini adalah sosok pelopor persamaan derajat perempuan nusantara yang mendedikasikan intelektualitas, gagasan, dan perjuangannya untuk mendobrak ketidakadilan yang dihadapi.
Sebagai pemikir dan penggerak emansipasi perempuan, Raden Adjeng (RA) Kartini menjadi sumber inspirasi perjuangan perempuan yang mengidamkan kebebasan dan persamaan status sosial dengan keberhasilannya menuliskan pemikirannya secara runut dan detail.
Sosok Raden Adjeng (R.A.) Kartini merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Hari Kartini diperingati sebagai bentuk penghormatan pada Ibu Kartini yang telah berjuang untuk mendapatkan kesetaraan hak perempuan dan laki-laki di masa lalu. Ia dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita pribumi kala itu.
Sebagai penghormatan atas perjuangan RA.Kartini, Indonesia selalu memperingati Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April.
Kisah tentang perempuan-perempuan Indonesia di abad ke-19 memang menakjubkan. Banyak toko-tokoh perempuan di abad ke 19 yang menyuarakan hak-hak yang direnggut oleh stereotip kolonial, hingga mengubahnya menjadi seperti sekarang.
Selain Kartini, tokoh satu ini sama-sama menginspirasi.
Ya, ia adalah Rohana Kudus. Pejuang perempuan yang dikenal brilian, cerdas, dan tangguh. Bahkan bakat alamiahnya sudah muncul sejak usianya masih dini. Melalui kejeniusannya, ia memperjuangkan hak perempuan lewat pengajaran dan pengetahuan.
Perempuan berdarah Minang tersebut dilahirkan di Koto Gadang Bukittinggi, Sumatera Barat pada 20 Desember tahun 1884. Ia merupakan putri dari pasangan Muhammad Rasyad Maharaja Sutan dan Kiam. Ayahnya merupakan seorang jurnalis hebat di zamannya.
Rahmah El Yunusiyah adalah seorang reformator pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang lahir di Padang Panjang dan terkenal sebagai pendiri Diniyah Putri. Diniyah Putri tercatat sebagai sekolah khusus perempuan pertama, yang tidak mudah didirikan pada masa penjajahan Belanda.
Selain memperjuangkan hak perempuan, Rahmah juga aktif di bidang pergerakan sosial, keagamaan, dan politik, hingga mendapat tanda kehormatan dari dalam dan luar negeri.
Bahkan pada masa itu, sangat banyak tokoh perempuan dari Sumatera Barat yang memiliki pengaruh kuat dalam pengambilan kebijakan kepemimpinan.
Seiring perjalanan Negara Indonesia, tokoh-tokoh Kartini lainnya terus bermunculan dan bahkan mampu menjadi pemegang estafet kepemimpinan kenegaraan.
Kemajuan emansipasi wanita terus menunjukkan kesetaraan gender. Terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai presiden perempuan pertama Republik Indonesia, menjadi momentum bangkitnya jiwa kepemimpinan perempuan Indonesia dalam bidang pemerintahan. Sampai hari ini, telah banyak kepala daerah yang dipimpin oleh kaum perempuan.
Adanya persentase keterwakilan kaum perempuan dalam setiap kelembagaan, menjadi pemantik lahirnya penerus Kartini di negeri ini.
Tak luput di Provinsi Sumatera Barat, sosok penerus Kartini itu telah muncul. Sosok tegas nan menawan, berjiwa keibuan yang merangkul seluruh kalangan.
Ya, namanya Emiko. Perempuan berdarah asli Minangkabau. Lahir dan dibesarkan di Nagari Singkarak, Kecamatan X Koto Di Bawah Kabupaten Solok tersebut menjelma sebagai Bundo Kanduang masyarakat Kabupaten Solok.
Sosok perempuan dibalik keberhasilan Epyardi Asda selama tiga periode menjadi anggota DPR RI dan menjadi kepala daerah. Istri tercinta Bupati Solok tersebut turut menjadi panutan atas keberhasilan Athari Gauti Ardi sebagai penerus ayahandanya di DPR RI.
Nama Emiko kian menjadi perbincangan di tengah masyarakat, ia digadang-gadang untuk maju sebagai Bupati Solok pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mendatang.
Ketua PKK Kabupaten Solok tersebut dinilai berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program-program unggulan berbasis pemberdayaan. Serta keuletan dan kesabaran dirinya, dalam mendongkrak jiwa kewirausahaan kaum perempuan di Kabupaten Solok.
Banyaknya Piagam keberhasilan yang dicapai, menandakan sebuah prestasi yang berbasis penilaian dan akurasi pencapaian terhadap sasaran program.
Kemunculan nama Emiko Epyardi Asda sebagai tokoh politik perempuan di Sumatera Barat cukup menggetarkan khalayak banyak. Betapa tidak, sepanjang sejarah perjalanan pemerintahan di Sumatera Barat, baru kali ini ada sosok perempuan muncul dan mentahbiskan dirinya untuk maju sebagai kepala daerah.
Keputusan tersebut tentunya bak ibarat mendengar petir di teriknya panas, sejarah di Sumatera Barat jika nantinya Emiko diamanahi memimpin sebagai kepala daerah di Kabupaten Solok.
Meskipun di luar Sumatera Barat, pemimpin dari kaum perempuan sudah banyak berlaku namun di Sumatera Barat mungkin ini yang pertama terjadi. Sosok Emiko akan menapak sejarah baru dalam perpolitikan di ranah minang, sosok Emiko akan menjadi penerus perjuangan pejuang perempuan hebat dari Sumatera Barat sebelumnya. (Dirangkum dari berbagai sumber)