Catatan GK

Pindah Tidur Semalam ke Bus Sembodo, Tak Terasa Besoknya Sudah Sampai di Pulau Jawa

Catatan Gusfen Khairul, Wartawan

Sekitar pukul 20.00 WIB hari Kamis 5 September 2024, saya turun dari bus jenis suite combi PO Sembodo di Terminal Poris Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Enteng saja badan, padahal Rabu pagi sehari sebelumnya masih berada di rumah, Perumahan Unand Ulu Gadut, Kota Padang.

Tanda kita sudah sampai di Banten, tampak banyak terpajang baliho besar Airin Rachmi Diani Calon Gubernur yang akan ikut Pilkada 2024. Jika di Sumbar yang banyak terlihat baliho Buya Mahyeldi-Vasko dan Epyardi-Ekos, di seputaran Tangerang Banten ini yang banyak baliho Airin Rachmi-Ade Sumardi dan Andra Soni-Dimyati Natakusumah. Sama seperti di Sumbar, dalam Pilgub Banten ini hanya dua pasang calon juga yang berlaga.

Malam ini suhu di Banten cukup panas, suhu kering. Kata sopir Grab yang membawa kami ke Hotel BSD City, sudah cukup lama hujan tidak turun. Sering langit agak gelap-gelap tanggung seperti mau hujan, ternyata tidak jadi hujan. Kadang-kadang gerimis saja selayang, kata sopir Grab. Eh rupanya orang Padang pula dia, he he.

Uda Syafrizal Ucok di atas kursi sleeper super Bus Sembodo

Begitulah saudara-saudara, semalam saja naik bus, ternyata saya sudah berpindah pulau. Tak terasa benar capeknya. Sebab di Bus Sembodo ini seperti pindah tidur saja. Begitu bangun tanpa terasa lama, tanpa capek dan tanpa sakit pinggang, kita sudah sampai di Pulau Jawa, tepatnya di Tangerang, Provinsi Banten.

Cerita seolah-olah pindah tidur inilah yang menggelitik saya untuk naik Bus Sembodo ini dari Padang ke Jakarta. Rupanya benar-benar pindah tidur. Bus Sembodo ini menyediakan setiap penumpangnya kursi yang benar bisa ditiduri dengan telentang atau miring, sesuka kitalah seperti tidur di rumah.

Saya naik Bus Sembodo ini bersama tiga sahabat yang merupakan Uda dari saya : Syafrizal Ucok Datuak Nan Batuah, Nofri Yuldi Sutan Indaruang dan Andi Taswin. Berempat kami naik Bus Suite Combi Sembodo dari loket Padang By Pass Ketaping pada hari Rabu pukul 9 WIB pagi. Penumpangnya full, karena di Terminal Bareh Solok bergabung penumpang lain dari Bukittinggi, Payakumbuh dan Tanah Datar.

Menonton Youtube di atas kursi sleeper super

Dengan sampainya saya pukul 20.00 WIB di Terminal Poris Tangerang ini, artinya hampir 35 jam saya berada di atas Bus Suite Combi Sembodo ini. Berangkat pukul 9 WIB pagi dari pool di Jalan Padang By Pass Ketaping, melewati sekitar 1.400 kilometer tanah Pulau Sumatera dan sedikit Pulau Jawa, hingga akhirnya tiba di Tangerang, Banten.

Lelah? Pastilah karena berjam-jam di mobol. Tapi perjalanan dengan bus sleeper yang lumayan viral di sosial media ini, cukup asik. Karena kita bisa tiduran sepanjang perjalanan.

Kata sopir Bus Sembodo, perjalanan selama 35 jam ini terlambat dari biasa. Normalnya perjalanan Padang-Jakarta sekitar 30 jam. Tapi dalam perjalanan kali ini ada beberapa kendala, antara lain jalan yang diperbaiki di Provinsi Jambi dan perawatan tol yang mulai rusak di Lampung. Juga terjadi kemacetan panjang akibat ada truk pasir terbalik hari Rabu malam di kawasan Tempino, Jambi.

Perjalanan ini diperlambat lagi oleh antrian menunggu naik kapal ferry di Bakauheni. Entah kenapa, kami menunggu hingga dua jam baru bisa berlayar menuju Merak. Kata knek bus, jumlah kapal ferry berkurang karena banyak yang sedang naik dok. Entah iya entah tidak, gak tahu pula saya kebenaran info knek itu.

Disamping Bus Sembodo

Bus Sembodo jenis Suite Combi ini tidak banyak jumlahnya. Infonya baru beberapa unit, kurang dari sepuluh. Tongkrongan bodinya memang gagah, dominan warna krem dengan kombinasi merah dan hitam. Dari jauh warna khas Sembodo ini mudah dikenali.

Suasana mewah memang terasa dibanding bus-bus trayek Padang-Jakarta sejenis. Di atas Sembodo seperti interior pesawat, semua elektrik dan terlihat kokoh. Khusus untuk jok kursi terbuat dari bahan kulit yang berkualitas.

Bangkunya terbagi dua. Di bagian depan terdapat 12 kursi dengan sandaran tinggi dan tempat selonjoran kaki yang lapang. Kursi yang dinamakan legres ini dengan jok kulit yang empuk pula.

Di bagian belakang terdapat 15 kursi sleeper dengan dua tingkat. Dibagian atas sembilan kursi sleeper super yaitu tiga single dan tiga double. Dibagian bawah 6 kursi sleeper super yaitu dua single dan dua double sleeper.

Uda Andi Taswin di kursi sleeper lantai atas Bus Sembodo, Uda Syafrizal Ucok di kursi sleeper lantai bawah

Bentuk kursi sleeper ini berupa tempat tidur dengan sandaran dibagian belakangnya. Jadi sangat nyaman untuk ditiduri apalagi untuk diduduki sambil selonjoran. Sandaran kepala bisa disetel kemiringan tanpa harus mengganggu penumpang lain. Sebab prinsipnya masing-masing kursi berada satu kamar yang terpisah.

Di setiap kursi sleeper super ini bagian atasnya ada tombol AC, lampu dan colokan charger HP. Untuk masing-masing penumpang disediakan satu selimut yang nyaman lengkap dengan sebuah bantal kecil. Dibagikan pula kantong kain gratis berikut sepasang sandal karet. Kantong itu bisa digunakan menyimpan sepatu, sehingga tidak mengganggu lorong tengah bus.

Persis di bagian depan masing-masing kursi terdapat pula IPad ukuran 11 inchi yang tersambung dengan WiFi. Lengkap dengan earphohe. Saya menikmati hiburan dan informasi dari android layar pintar itu sepanjang waktu perjalanan. Puas saya mendengar aneka ceramah, mulai dari ceramah Das’ad Latif, ceramah Tuanku Arif Bandaro Sati, ceramah Abdul Somad, podcast Bocor Alus Tempo, Lagu Minang Terpopuler, hingga Ciloteh Wan Ipin terbaru. Kadang jaringan Wifi terputus hingga tayangan pun hilang seketika.

Teman yang sebangku dengan saya tampak lebih banyak menonton video-video lucu dan video tentang obat-obat herbal yang banyak di Youtube. Lebih sering ia berada di ruang sopir untuk merokok. Ruang itu dengan ruang penumpang dibatasi dinding kaca yang kedap, sehingga kami di ruang penumpang aman dari asap rokok para ahli hisap.

Di atas kapal ferry dari Bakauheni menuju Merak

O iya, para pengopi, maksudnya para penyuka kopi, juga bisa melepaskan candunya di atas Bus Suite Combi Sembodo ini. Di ruang tengah, disediakan dispenser dengan air panas. Penumpang bisa menyeduh sendiri kopi atau teh kapan saja dia mau.

Saya yang kebetulan baru pulang dari Aceh, masih menyimpan sebungkus kopi Robusta Gayo. Diam-diam saya seduh sendiri. Pramugara Bus Sembodo sempat beritanya, kopi apa itu Pak? Saya jawab, ini kopi obat. Aroma kopi Aceh ini memang luar biasa, menyeruak ditengah dinginnya AC bus yang melaju kencang.

Penumpang yang berada di lantai atas mengaku merasakan goncangan lebih kencang. Apalagi di jalan rusak di daerah Jambi. Uda Taswin yang kursinya berada di lantai atas ini, mengaku kurang nyenyak tidurnya. Karena itu, selepas dari Jambi, ia bertukar tempat dengan Pak Nofri yang kursinya disampaikan saya. Benar saja, Uda Andi Taswin tampak berkeruh-keruh tidurnya menikmati kursi sleeper super. Berkeruh itu istilah Padang, artinya tidur sambil ngorok, ha ha.

Karena itu, jika harus memilih kursi sleeper super, sebaiknya Puluh yang bagian bawah, karena ayunan bodi bus terasa lebih lentur. Tapi kalau anak muda atau penumpang yang bodinya masih coga tidak apa-apa tidur dibagian atas. Nikmati saja goncangan bus itu sebagai situasi yang biasa.

Diantara dua Bus Sembodo di Terminal Bareh Solok

Harga tiket Bus Sembodo ini memang diatas bus sejenis. Kursi sleeper super ini yang single dibandrol Rp875 ribu. Sedangkan untuk sleeper super doble dibandrol Rp850 ribu untuk satu kursi. Sedangkan kursi legres tiketnya dibandrol sebesar Rp775 ribu untuk satu kursi.

Harga ini cukup pantas karena fasilitas sleepernya itu. Penumpang bisa menikmati tidur sepanjang perjalanan dari Padang ke Jakarta. Tidur dengan selonjoran atau pun rebahan. Kalau pun tidak akan persis sama dengan tidur di rumah, ya mirip-miriplah.

Satu kritik dari Uda Syafrizal Ucok begitu turun di Tangerang adalah soal makan di Lampung. Di rumah makan yang dibayar dengan voucher dari Bus Sembodo itu, rasanya kurang membangkitkan selera. Kalau bisa dilanggani rumah makan yang lai badaceh supaya bertambuh-tambuh makan dibuatnya.

Selfie di atas Bus Sembodo

Trus ada yang menduga, Sembodo ini nama bus dari Jawa. Rupanya Sembodo berasal dari PT Semesta Bolo Transindo. Pemiliknya saya gak tahu. Ada yang menyebut orang Padang Panjang atau Payakumbuh. Mungkin lain waktu kita coba mencari tahu siapa pemilik Bue Sembodo dan kita berbagi-bagi cerita dengannya.

Dari cerita saya dengan beberapa orang pedagang di sekitar loket Bus Sembodo di Padang By Pass Ketaping, katanya bus ini selalu ada penumpangnya setiap hari. Artinya, setiap hari ada terus masyarakat yang memindahkan tidurnya dari rumah ke atas Bus Sembodo. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *