Pernyataan Mahfud MD Telah Bikin Heboh, Tapi Sang Profesor Merasa Biasa Biasa Saja
Jakarta, Pikarbangsanews.com,– Prof Mahfud MD merasa dirinya biasa-biasa saja meskipun pernyataan terkait Islam garis keras jadi pembicaraan “heboh” yang kontraversial dimasyarakat terutama bagi warga net.
Walaupun begitu Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini tidak menyebutkan itu masalah kecil bagi dirinya.
Namun Mahfud menyatakan bahwa dalam mengahadapi pernyataannya yang bikin heboh itu, dia biasa-biasa saja karena sudah punya pengalaman menghadapi bahkan ancaman.
“Saya biasa saja, sebab dulu waktu saya sebagai ketua MK, ketika menyidangkan kasus Buaya versus Cicak, itu saya diancam, sampai sampai Brimob diturunkan menjaga rumah saya,” kata Mahfud MD menjawab Host tvOne Andro Mercuri setiba dia distudio ketika diundang dalam dialog Catatan Demokrasi Kita,
program talk show pengganti ILC tvOne, Selasa malam (30/4).
Dialog itu sendiri dihadiri 4 orang narasumber, masing masing Fadli Zon, Prof Rizal keduanya sebagai diketahui berada pada kubu BPN Pasnagan Capres-cawapres 02.
Sedangkan Mahfud duduk disebelah tempat duduk Maruarar Sirait politisi PDIP.
Mahfud dalam dialog tersebut kembali menegaskan bahwa Islam garis keras yang dia maksud tidak sama dengan radikal. Tetapi adalah Islam yang tidak bisa diatur dan militansi yang kuat terhadap ajarannya.
Contohnya garis keras itu, seperti mas Fadli Zon ini.
“Dalam soal apa Prof?” Tanya Andro Mercuri.
“Contohnya Mas Fadli Zon, kan mendukung Prabowo. Mas Fadli bilang : Pokoknya pemilu ini curang, tertruktur, masif dan brutal. Itu kan garis keras,” kata Mahfud
Dijawab oleh Fadli Zon; Itu yang tidak rasional, pernyataan anda yang mengatakan hasil kemenangan Jokowi tak bisa dibalik.
Fadli Zon mengatakan, pernyatan Mahfud soal Islam garis keras itu menyinggung dan labeling terhadap provinsi yang dikatakan garis keras dan membuat stigmatisasi.
Dan dengan stigmatisasi itu orang di Jabar bisa tersinggung, di Aceh bisa tersinggung begitu di Padang dan Sulsel bisa tersinggung.
Rizal Ramli mengatakan, bahwa kata ekstrimis dan radikilis itu adalah perkataan yang diucapkan oleh penjajah Belanda kepada bangsa kita yang ingin merdeka.
Sebagai sahabat dan sesama murid Gusdur, Prof Rizal Ramli mengingat Mahfud untuk tak perlu lagi mengungkit luka lama.
“Gus itu beliau mendamaikan perbedaan etnik, perbedaan religi, kita jangan bongkar lagi peristiwa yang lalu lalu,” katanya.
Khusus terkait tipikal masyarakat Jawa Barat, Rizal Ramli yang mengaku telah sejak kecil tinggal di Jawa Barat, tahu benar bagaimana tipical masyarakatnya.
“Masyarakat Sunda itu pertama religius dan kedua mereka senang bercanda dan bersuka ria, tapi sangat tidak suka melihat ketidakadilan. Jadi kenapa Jokowi bisa kalah di Jabar ada dimensi ketidakadilan itu,” ungkapnya.
Pada dialog tersebut akhirnya Mahfud meminta maaf kepada masyarakat yang tidak paham atas pernyataan terkait Islam garis keras. Namun demikian Mahfud tetap meyakini bahwa pernyataannya terkait Islam garis keras adalah sebagai bentuk pujian. (*/Salut)