.

Sekilas Tentang Pidato Prabowo Dengan “Ghost Fleet”

PILARBANGSANEWS. COM. BATANG KAPEH,–

Para cadiak cadiak (orang pintar-pintar-red) di negeri ini telah banyak yang merespon pidato Prabowo Subianto, terkait karangan sebuah novel yang menyebutkan Indonesia akan bubar tahun 2030. Novel Ghost Fleet ditulis dua ahli strategi dari Amerika, menggambarkan sebuah skenario perang antara China dan Amerika tahun 2030.

‘Yang menarik dari sini bagi kita hanya satu. Mereka ramalkan tahun 2030, Republik Indonesia sudah tidak ada lagi,” ungkap Prabowo.

Pidato itu tidak hanya mengundang kontroversial dikalangan para elit tetapi sampai ke akar rumputpun seperti sekelas saya (penulis-pen) ikut berdebat secara argumentatif sesuai level masing masing.

Bagi yang berseberangan visi politiknya dengan Prabowo atau yang tidak suka dengan performa Prabowo, pidato itu dapat dijadikan bahan bully-an. Masa sih dengan cerita fiksi (dongeng) dijadikan rujukan meramalkan masa depan sebuah negara.

Saya walupun bukan salah seorang diantara pendukung Prabowo, sampai tahun 2019 pun kayaknya tidak akan memilih Prabowo jika beliau nyalon lagi, tapi untuk pidato Prabowo yamg satu itu, saya termasuk orang yang juga harus mewaspadai apa yang diramalkan Prabowo. Apalagi setelah mendengarkan paparan dari Rizal Ramli di Lawyer Club TV One Selasa malam lalu, kemungkinan itu bisa saja terjadi jika kita sebagai bangsa besar tidak mengindahkan lagi kebhinekaan dalam perbedaan serta keberagaman sebagai bangsa yang besar.

Untuk menambah bahan membuat diri saya bertambah yakin (maaf ini bukan sikap pesimistis) saya mencoba mencari apa itu yang dimaksud cerita Fiksi. Apakah benar cerita itu didalam fiksi berangkat hanya dari sebuah hasil olah imajinasi pengarangnya?

Mari kita coba mengetahui apa maksud cerita fiksi itu?

Fiksi adalah sebuah Prosa naratif yang bersifat imajiner, meskipun imajiner sebuah karya fiksi tetaplah masuk akal dan mengandung kebenaran yang dapat mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia.

Kebenaran dalam sebuah dunia fiksi adalah keyakinan yang sesuai dengan pandangan pengarang terhadap masalah hidup dan kehidupan. Kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sejalan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran dari segi hukum, moral, agama, logika, dan sebagainya. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi bahkan dapat terjadi di dunia nyata dan benar di dunia fiksi.

Itu adalah fiksi…

Kemudian saya pernah membaca dalam majalah intisari (sekaranv apa masij ada tetbit majalah Intisari) saya lupa pengarangnya. Tapi dia adalah seorang wartawan olahraga diera tahun sebelum 70an.

Sipengarang berimajinasi, katanya dalam tulisan itu, pada suatu masa nanti akan lahir atlit yang superior berasal dari pertemuan gen dua arlit putra dan putri melalui proses kawin entah apalah…

Waktu itu belum ada tehnologi kedokteran bayi tabung.. Beberapa tahun kemudian apa yang menjadi imajinasi wartawan itu benar benar nyata, dengan ditemukan teknologi kedokteran bayi tabung itu.

Imajiner memang adalah sebuah khayalan, tapi kita juga harus tahu bahwa proses kitapun bisa lahir berkat orang tua kita betimajinasi. Dengan imajinasi, muncul reaksi reaksi kimiawi, libido… Dan ejakulasi….

Nah sekarang terserah kita mau menilai apakah pidato Prabowo itu sebagai suatu pelemahan sikap (pesimistis), boleh boleh saja jika kita harus selalu memupuk sikap optimistis kalangan generasi muda kita. Tapi sekedar mengingatkan apa salahnya? Yang salah itu adalah diri kita, selalu berpandangan negatif berusaha menggoreng goreng (ini istilah Jendral Pol Tito), kapan perlu sampai hangus gorengan itu bila mendengar ucapan orang orang yang berseberangan dengan kita. Lain tidak…..

(YY)

=============

==============

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *