.

“GIRIANG GIRIANG PERAK” (Oleh; Makmur Hendrik) Bag 27…

.

.

Bagi yang belum baca Bag 1 s.d Bag 26 klik dibawah ini;

“GIRIANG GIRIANG PERAK” (Oleh; Makmur Hendrik) Bag 26…

Sambungan dari Bag 26…

“Tak seorang pun yang tahu. Tak seorang pun….” ujar anak muda itu seperti pada dirinya sendiri.

Ucapannya mirip keluhan. Dan dia berjalan ke sudut ruangan. Duduk di sebuah kursi yang masih kosong. Lelaki yang ada dalam kedai kecil itu pada berbisik sesamanya.

“Engkau akan minum atau makan apa anak muda?” tanya pemilik lepau.

“Kopi….”

“Di sini ada ketan dan durian, juga ada nasi dengan ikan panggang. Kalau engkau lapar engkau bisa minta nasi….”

“Baik, ketan dengan durian….”

Orang lepau itu menyiapkan pesanan anak muda itu. Sementara lelaki yang lain melanjutkan obrolan mereka. Ada yang meneruskan makan atau minum. Tapi mereka yang ada dalam ruangan kedai kecil itu terhenti lagi makan minum ketika pintu kedai dibuka dengan keras.

Barangkali pintu itu ditendang dari luar. Semua pada menoleh ke pintu. Dari luar masuk bergantian tiga lelaki dengan janggut berseliweran dan dengan pedang di pinggang.

Mereka tegak sejajar di depan pintu. Menatap setiap yang ada di dalam lepau itu dengan tajam. Pandangan mereka pertama jatuh pada anak muda yang berbaju putih itu. Tapi anak muda bertubuh semampai dan tak berdegap itu tak menarik perhatian mereka.

Mereka lalu memandang keenam lelaki yang lain.
Ada di antara kalian anggota rombongan yang baru datang dari Pariaman sepekan yang lalu? tanya lelaki yang tegak di tengah dengan suara berat.

Tak ada yang menyahut. Bagi keenam lelaki itu nampaknya malam itu banyak hal aneh yang terjadi. Dalam waktu tak sampai lima menit yang lalu anak muda berbaju putih itu masuk. Bertanya kalau kalau ada yang mengetahui orangtua yang kehilangan anak dengan giring giring perak di kakinya.

Kemudian kini ketiga lelaki itu pula yang masuk dan bertanya pula.

Kami bertanya, apakah ada di antara kalian anggota rombongan yang baru datang dari Pariaman ? si tinggi besar yang tengah itu bertanya lagi.

Tidak, kami yang berenam ini dari Lima Kaum. Akan terus ke Kotobaru. Di perjalanan dua hari yang lalu kami memang bertemu dengan serombongan orang yang mengaku dari Pariaman. Mereka katanya akan ke Pagaruyung….

Yang bertanya tadi mengerutu tak menentu. Kemudian mereka melangkah masuk terus mencari tempat duduk. Satu satunya tempat yang masih kosong adalah tempat dimana anak muda berbaju putih dan bergiring giring perak itu duduk.
Ke sanalah ketiga orang yang menyandang pedang di pinggannya itu menuju.
Geser ke sana buyung…. ujar yang tinggi besar sambil mendorong bahu anak muda tersebut dengan tangan kirinya.

Anak muda itu memang menggeser duduk hingga ke ujung bangku. Ketiga lelaki itu duduk. Pakaian mereka yang basah karena hujan rinai di luar mereka kiraikan. Tak peduli apakah mengenai orang lain atau tidak.

“Jahannam. Hujan jahannam. Orang Pariaman jahannam…!” yang pendek buncit menggerutu sambil duduk.

“Kabarnya mereka berjumlah dua puluh orang….” yang tinggi bicara sambil mencabut pedang dan meletakkan di atas meja.

“Hei, kopi tiga. Bikin yang pahit. Ada ketan atau ikan panggang…?”

“Ada ketan, ada ikan panggang….”

Bersambung ke Bag 28…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *