Politik

Gatot Nurmantyo “Khalid bin Walid nya Indonesia”

.

.

PILARBANGSANEWS.COM. BATANG KAPEH,– Suka maupun tidak suka yang membaca tulisan saya ini, Gatot bagi mayoritas umat Islam di tanah air dijuluki sebagai “Khalid bin Walid Indonesia”. Julukan ini diperkuat dengan pidato mantan Panglima TNI pada beberapa kali kesempatan. Gatot bercerita tentang Panglima Islam yang sungguh sangat terkenal itu, Khalid bin Walid.

Tanpa ada aba aba sedikitpun pada zaman itu Umar bin Khattab sebagai Khalifah mencopot jabatan Panglima Perang dari Khalid bin Walid. Sebagai prajurit sejati Khalid bin Walid sedikitpun tak merasa kecewa atas keputusan yang diambil pimpinannya. Cuma ada sedikit keraguan kenapa dia diberhentikan secara mendadak.

Tak kuasa menahan rasa kepo-nya Khalid bin Walid akhirnya memberanikan dirinya menghadap Khalifah Umar bin Khattab.

Saat bertamu sang Khalifah, Khalid bertanya ” Apa yang menjadi dasar bagi Khalifah mengambil keputusan untuk memberhentikan saya.”

Dijawab oleh Khalifah. “Saya takut nanti akan tumbuh rasa bangga dihatimu sebab kamu sangat dihormati oleh kawan maupun lawan.”

Sebagai Khalifah pimpinan spritual sekaligus kepala pemerintahan yang tertinggi, Umar bin Khattab, mencopot bukanlah didasari rasa takut kalah tenar dari anak buahnya, tapi sebagai pemimpinstelah Rasulullah wafat Umar ingin mempersembahkan yang terbaik bagi Panglima perangnya Khalid bin Walid.

Kesombongan bisa mengakibat perbuatan amal baik menghilang. Contohnya makhluk Syetan yang semula adalah makhluk yang paling rajin menyembah Allah tapi karena kesombongannya itu si syetan menjadi makhluk yang terkutuk.

Mendengar jawaban dari Khalifah Umar bin Khattab, Khalid bin Walid benar benar merasa puas dan tidak merasa kecewa.

Gatot menceritakan kisah ini saat berpidato. Walaupun Gatot tidak mengatakan secara gamblang dirinya sama seperti Khalid bin Walid tapi setidaknya dia ingin memberitahukan bahwa kebijakan presiden Jokowi menukar Panglima TNI dari Gatot kepada penggantinya dia terima dengan lapang dada sebagai seorang prajurit yang patuh kepada oimpinan sama halnya ketika Khalid bin Walid diberhentikan oleh Umar bin Khattab.

Akan tetapi Khalid bin Walid begitu dia diberhentikan dari jabatan sebagai panglima dia hidup sebagai layaknya rakyat biasa. Bahkan dikisahkan dalam sebuah riwayat ada utusan raja dari negeri lain yang tercengang melihat kehidupan rumah tangga mantan panglima perang Islam itu. Kebetulan saat sang tamu datang Khalid sedang bekerja dengan buka baju bertelanjang dada.

“Anda Khalid bin Walid?”

“Ya benar!”

Awalnya sitamu tidak percaya seorang mantan panglima perang yang terkenal itu hidup seperti orang melarat, tinggal dirumah yang sangat sederhana. Tapi karena ditubuh Khalid yang kekar banyak terdapat bekas luka akhirnya sitamu percaya.

Sitamu sangat kagum dengan ajaran Islam waktu itu, singkat cerita sitamupun akhirnya menjadi mualaf karena kagum melihat kehidupan mantan Panglima Perang Islam yang terkenal itu.

Jadi kesimpulan yang ingin saya ungkapkan disini; Gatot Nurmantyo boleh kita juluki sebagai “Khalid bin Walid Indonesia”. Tapi jelas gak sama lho…, Bak siang dengan malam jika kita sigi perbedaanya dengan Khalid bin Walid.

Khalid bin Walid sehabis dicopot dia jadi rakyat biasa tak pernah beliau bilang “kalau saya diperlukan saya siap untuk negara ini”. Siapa yang tak memerlukan Khalid bin Walid waktu itu, termasuk Khalifah Umar bin Khattab sendiri sesungguh masih memerlukan beliau.

Kemudian Khalid bin Walid tinggal dirumah yang sangat serdahana, tidak kaya. Kalau pak Gatot konon kabarnya secara finansial melebihi Prabowo dan bisa nyapres atau nyawapres.

Dalam tulisan ini cukap dua itu kita ungkapkan perbedaan antara Khalid bin Walid dizaman Khalifah dengan “Khalid bin Walid nya Indonesia” Gatot Nurmantyo.

Terkait niat pak Gatot nyaperes atau nyawapres besar kemungkinan akan terwujud setelah PKS setuju mencalonkan Gatot sebagai Calon wakil presidennya, Capres Prabowo (salah satu media Online telah memberitakannya).

Jika benar berarti muluslah keinginan Gatot kembali mengabdi untuk negara ini. Bisa jadi mereka akan memenangi pertarungan nanti apabila sentimen agama mengendapan pada Pilpres 2019 seperti yang terjadi pada Pilkada DKI.

Betulkah? Saya jawab antahlah (maksudnya; saya enggak tahu itu) sebab saya bukan seorang pengamat apalagi peramal politik…

Yuharzi Yunus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *