Anaku Kuliah Di UNRI, Kalau sampai Bom Itu Meledak Maka Anakku Jadi Korban
AKURAT.CO Orangtua mahasiswa Universitas Riau mengecam anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang mengkritik anggota Densus 88 Antiteror Polri ketika menggeledah gedung FISIP untuk menemukan barang bukti kasus terorisme.
”Kepada anggota DPR RI yang nyinyir Densus 88 geledah kampus UNRI, ketahuilah bahwa di kampus itu ada empat bom dan dua orang (terduga) teroris. Kalau sampai benda itu meledak, yang jadi korban bukan kamu, tapi para penghuni kampus. Kritik boleh, tapi kalau dengki jangan!” tulis salah satu orangtua mahasiswa melalui akun Twitter @EDDYSANTRI
Eddy Santry; beruntung aparat Densus 88 Antiteror Polri cepat bertindak sehingga mahasiswa Universitas Riau, termasuk anaknya selamat. Lantas, dia mempertanyakan sikap anggota dewan yang nyinyir itu.
”Anaku kuliah di UNRI. Kalau sampai barang-barang ini meledak, maka anakku yang akan jadi korban. Untuk itu buat anggota DPR RI yang nyinyirin Densus karena menggeledah kampus, aku ingin bertanya ”apa kamu sebenarnya menjadi bagian dari gerakan pro khilafah di NKRI?” tulis @EDDYSANTRI.
Executive Director of Charta Politika Yunarto Wijaya, bahkan sampai mention Fahri Hamzah lewat Twitter.
Pemilik akun @violenandini84 juga menyatakan sikap yang sama seperti Eddy Santry.
”Sama pak.. siswa-siswa saya sebagian besar kuliah di UNRI.. Kalau seumpama barang iblis itu meledak.. Saya tidak bisa mengumpamakan lagi perasaan orangtua murid saya. Terkutuklah anggota dewan yang masih sok-sokan mulia, tapi pada dasarnya mendukung teroris. Fahri Hamzah! Hati anda terbuat dari apa?” tulis violenandini84
Cuitan Fahri
Kemarin, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengkritik keras penggeledahan yang dilakukan aparat Densus 88 Anti Teror Polri ke Universitas Riau.
”Ini sebenarnya soal diameter ukuran otak pemerintahan dan presidennya. Tidak lebih. Presiden @jokowi tidak punya kemampuan memahami kompleksitas Indonesia. Itu masalahnya. Dan otak mini sekarang jadi wabah. Menjalar kemana-mana. #SaveKampus #SaveUNRI,” tulis Fahri di Twitter.
Menurut Fahri aksi penggeledahan semacam itu bisa berdampak negatif kepada Presiden Joko Widodo.
”Kalau musuh pak @jokowi dia akan dorong represi kepada kampus yang lebih ganas dari era Orde Baru seperti sekarang ini sehingga tak ada 1 pun kampus yang akan mau menerima presiden lagi. Bagus! Tapi sadarkah bahwa negara sedang merusak mimbar akademik kita? #SaveKampus,” tulis Fahri.
Fahri menekankan kampus, parlemen, rumah sakit adalah di antara tempat yang harus bersih dari senjata.
”Apalagi senjata laras panjang. Siapapun termasuk mahasiswa dan dosen dilarang membawa senjata mematikan. Karena ini tempat orang bicara tanpa ancaman kekeraaan fisik. #SaveKampus,” tulis Fahri.
”Apakah ada teroris bersenjata dalam kampus? Kenapa tidak kirim intel? Kenapa tidak ditangkap di luar kampus? Apakah mereka bikin markas teroris di kantor menwa? Kenapa senang menampakkan pasukan bersenjata dan laras panjang masuk kampus? Ini Polri atau kompeni? #SaveKampus,” Fahri menambahkan.
”Apa kata dunia? Kalau kampus dianggap sebagai sarang teroris bersenjata maka berakhirlah Indonesia ini. Tamat! Bapak tamat pak @jokowi !! Pasar dunia akan bereaksi bahwa ternyata Indonesia sama saja dengan Afrika. Teroris bersenjata di mana2. #SaveKampus.”
Fahri Hamzah masih menyampaikan pandangan-pandangannya tentang topik itu.
Mau serang DPR
Menurut laporan Antara yang dikutip AKURAT.CO, tersangka teroris bernama Muhammad Nur Zamzam alias Zamzam alias Jack yang ditangkap tim Densus 88 Antiteror Polri di FISIP pada Sabtu (2/6), diketahui mengenal salah satu tersangka pelaku penyerangan Mapolda Riau.
”Zamzam alias Jack terkait secara jaringan dengan tersangka penyerang Polda Riau, Pak Ngah,” kata Kadivhumas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jakarta.
Bahkan menurut dia, sebelum menyerang Polda Riau, Pak Ngah sempat memesan bom ke Zamzan.
”Pak Ngah dan kelompoknya pernah memesan agar dibuatkan bom ke Zamzam,” katanya.
Sebelumnya Densus 88 menangkap Zamzam di Universitas Riau, setelah Densus 88 menggeledah dan menemukan bom rakitan di gedung FISIP.
Keempat bom yang ditemukan memiliki daya ledak tinggi setara dengan bom yang meledak di sejumlah titik di Kota Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Zamzam ditangkap bersama dua orang lainnya, yaitu RB alias D (34), dan OS alias K (32). Ketiganya merupakan alumnus kampus Univesitas Riau. Zamzam telah ditetapkan sebagai tersangka, sementara dua lainnya masih berstatus saksi.
Zamzam diduga memiliki kemampuan membuat bom dari bahan TATP. Ia juga membagi cara membuat bom melalui grup Telegram kelompok radikal.
Zamzan berencana menyerang sejumlah obyek vital yakni kantor DPR dan DPRD.
Dalam penangkapan Zamzam, Densus 88 menyita sejumlah barang bukti di antaranya dua bom pipa besi siap ledak, dua bahan peledak TATP siap pakai, material bahan peledak, dua busur panah, delapan anak panah, sebuah senapan angin dan sebuah granat rakitan. []