#2019Gantipresiden vs #2019GantiKardus
Perang bintang kini semakin meletup letup dan tak bisa dibendung apalagi dengan adanya sosial madya sebagai medan laga menyebabkan perang semakin berkecamuk.
Dinamika partai politik menjelang ditutupnya jadwal pendaftaran masih bias dan terus bergerak dinamis. Dua pasukan elit yang kini sedang bertarung dalam perang bintang itu masih terus melapaskan rudal rudal jarak jauh maupun jarak menengahnya.
Warga net yang selalu berselancar di dunia maya, tidak hanya menyaksikan pertarungan sengit itu, tetapi juga ikut larut menceburkan diri dalam perang bintang itu. Dan dengan ikut sertanya warga net inilah sebagai tujuan dari perang itu ditabuh. Masing masing ingin mendapatkan simpati.
Barbagai bentuk mame diposting oleh masing masing simpatisan, sasarannya tentu adalah bagaimana agar citra lawan menjadi anjlok, sehingga pilihan warga pun pada 2019 yang akan datang dapat diraup sebanyak banyaknya saat berlangsung final perlombaan akbar nantinya.
Kalau sebelumnya kubu #2019Gantipresiden dapat membikin kubu #Jokowi2priode kelapak kelapak setelah melihat aksi yang telah mulai merebak kemana mana, pada hari ini warga net mendapat topik baru dan lucu #2019GantiKardus.
Kicauan kocak diakun Twitter dan jejaring sosial lainnya itu kini bermunculan, sejak malam tadi Andi Arif Politis Partai Demokrat menyebut Prabowo sebagai Jendral Kardus.
Apa salahnya Letjen (Purn) Prabowo sampai sampai mendapat gelar Jendral Kardus dari Andi Arif? Diduga akibat Prabowo diisukan akan memilih cawapresnya dari partainya sendiri yakni Wakil Gubneur DKI Sandi R Uno.
Tarik menarik kepentingan antara anggota koalisi terutama Partai Demokrat dan Partai Gerindra masih berjalan dinamis meskipun SBY telah menyatakan bahwa PD setuju Prabowo jadi Presiden dan untuk calon wakilnya dipersilahkan Prabowo memilih sendiri.
Tapi pernyataan yang pernah dilontarkan SBY dan diliput oleh TV swasta di Jakarta dan diberitakan oleh beberapa media ternyata masih dalam tahap loby loby dan belum final.
Sebagai warga dan bukan seorang politikus, posisi kita sebaiknya jadi penonton penonton yang aktif, sampaikan pendapat, komentar dengan santun beri dukungan kepada yang terbaik dari yang sedang “berperang bintang” saat ini.
Tapi ingat jangan emosi, sebab dalam politik menjadi sesuatu yang niscaya 1 + 3 hasilnya bukan 5. Dalam politik hari ini bicara B itu busuk, dilain waktu B itu bisa menjadi wangi yang semerbak baunya, meskipun tanpa dioleskan setetespun pewangi.
Salahkah?
Ya enggaklah, karena dalam sebuah rumah tanggapan kadang perceraian tak bisa dihindari karena sudah tidak cocok lagi antara kedua belah pihak… Apalagi partai…
Trus elu melihat fenomena perpolitikan yang sedang berlangsung, pengen ikutan klapak2 atau gimana ya??
Terserah Elu aja…, saya pun kadang juga ikutan geram melihatnya. (Yuharzi Yunus)