.

JOKOWI DAN PRABOWO, SAMA SAMA JAHAT

WOW…..judul tulisan ini bombastis banget, bikin merah kuping pendukung Jokowi dan Prabowo, bikin mata pendukung kedua capres ini melotot apabila calon yang didukungnya dibilang jahat.

Masing masing pendukung tak sudi apabila “jagoannya” dibilang jahat, dibilang jagoannya tidak pandai dan tak mau memberikan pujian pada lawan debatnya.

Meski kenyataan Jokowi dan Prabowo itu memang sama sama jahat. Jahat yang saya maksud disini, karena sama sama “tak pandai” (keberatan) memuji lawan ketika berdebat dalam debat capres perdana yang berlangsung beberapa waktu lalu. Mereka keduanya sama sama ingin menang dalam kontestasi pesta demokrasi itu, sehingga mereka ogah mengungkapkan sisi baik rivalnya saat fanelis meminta closing statement masing masing.

Saya karena takut diserang kedua kubu akibat judul tulisan ini yang bombastis ini, saya tidak akan menuliskan bentuk bentuk kejahatan yang dilakukan Jokowi selama jadi presiden, begitu sebaliknya, saya tidak akan menuliskan daftar kejahatan yang dilakukan oleh capres Prabowo.

Cukup kejahatan yang dilakukan kedua calon presiden ini, anda ketahui dari tulisan tulisan atau postingan dari nitize yang setiap hari melalui akun palsunya maupun akun resmi membeberkan kejelekan Jokowi maupun Prabowo.

Dijejaring sosial kita banyak mendapat informasi tentang kejahatan maupun keunggulan keduanya. Semuanya tulisan itu adalah propaganda, bagaimana menjatuhkan lawan dan mengangkat nama jagoan masing masing agar bisa memenangkan kontestasi nantinya

Jadi kalau kita ingin tahu apa saja kejelekan Jokowi ? Tanya pada tim sukses Prabowo, begitu juga kalau ingin banyak mengetahui apa saja kejelekan Prabowo tanyakan ke pendukung Jokowi. Dipastikan jawabnya akan lengkap dan sangat detail, mulai dari sebesar tungau sampai kepada yang sebesar gunung Himalaya, dimasing-masing kubu lengkap daftarnya. Mereka pasti bisa menjawab tanpa ada kata bahkan tanda baca yang terlupakan.

Lantas apa yang harus kita lakukan sebagai pemilih ?

Sebelum kita jawab, tanyai diri masing masing dulu, kita termasuk pemilih yang mana?

Menurut penelitian Malik (2018) dikutip dari Kumparan.com, pemilih Indonesia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu pemilih emosional, pemilih rasional-emosional, dan pemilih rasional.

Pemilih emosional adalah pemilih yang memiliki hubungan emosional sangat kuat dengan identitas yang membentuk dirinya dari sejak lahir. Identitas itu bisa berbentuk dalam paham ideologis, agama, dan budaya.

Cengiz Erisen (2018) membagi pemilih emosional menjadi dua, pemilih aktif dan pasif. Pemilih aktif emosional sangat gampang diidentifikasi, mereka akan sangat mudah terprovokasi dan sangat cepat merespons isu tersebut.

Ini mudah sekali untuk didapatkan, contohnya di Facebook kalau ada teman anda yang secara aktif dan agresif mem-posting isu politik yang berbau agama dan identitas di halaman media sosial mereka atau aktif memberi komentar yang frontal dan keras, maka mereka bisa dikategorikan dengan pemilih aktif emosional.

Sedangkan pemilih pasif-emosional adalah pemilih yang tidak menampakkan emosinya secara terang benderang, biasanya pemilih ini cenderung menggunakan pola komunikasi diam (silent communication) karena mereka tidak menunjukkan pilihan mereka dan tidak ingin dinilai secara sosial dari pilihan mereka. Biasanya pemilih seperti ini bisa diliat dari artikel yang mereka ‘like’.

Pemilih rasional-emosional adalah pemilih yang cenderung akan diam ketika melihat isu yang bersifat agama, identitas, dan simbolik digaungkan karena mereka membutuhkan waktu untuk memproses informasi dan isu tersebut. Akan tetapi dalam proses penerjemahan informasi tersebut faktor emosional alam bawah sadar masih dominan sehingga proses penerjemahan informasi terdistorsi oleh faktor-faktor yang secara tidak sadar membentuk pola pikir mereka.

Pemilih seperti ini mampu merasionalkan pilihan mereka akan tetapi ketika hal tersebut menyangkut permasalahan ideologis, agama, dan etnis, mereka tidak sanggup memberikan argumentasi yang cukup. Pemilih rasional-emosional adalah tipikal pemilih yang lebih pasif dan suka mengamati.

Pemilih rasional adalah pemilih yang mengesampingkan faktor emosional dalam memaknai suatu informasi. Proses analisa dalam pemilih rasional mengedepankan data yang afirmatif dan majemuk. Pemilih rasional mengedepankan komunikasi aktif dan terbuka, dalam artian mereka bisa menjawab secara terinci kenapa mereka membuat suatu pilihan politis.

Mereka tidak segan menjabarkan alasan dan faktor-faktor yang menyebabkan mereka membuat keputusan tersebut. Anda bisa mendapatkan contoh pada teman atau kerabat anda yang tidak akan sungkan memaparkan pilihan politis mereka secara logis.

Nah masuk kategori manapun kita, hanya satu yang kita inginkan dalam kontestasi ini, yaitu jagoan kita bisa keluar sebagai pemenangnya.

Kalau menang bersyukurlah, kalau kalah tak usah gusar, sebab yang akan merubah nasib kita bukan pemimpin itu tapi adalah karena usaha kita yang mendapat Ridha Allah….. (Yuharzi Yunus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *