Erman Tolantang

CALON KEPALA DESA, INGIN DIPUJI. DODON Tea IMAM SHOLAT [ Oleh; Prof Dr Ermanto S.Pd M.Hum]

Episode 1 s.d 7, silahkan klik dibawah ini;

DODON Tea Uji Ketahanan Kerupuk [Oleh Prof Dr Ermanto S.Pd M.Hum)

Berikut ini Episode (8)

“Imam Shalat”

Sepulang dari salat subuh, Buya Bahar bergegas ke lepau Emak Iyai. Ada persoalan penting kiranya. Padahal Buya Bahar baru saja pulang dari kota pada senja kemarin.

“Emak, sudah datangkah Umar Galie dan Dodon Tea?” tanya Buya Bahar.

“Ada persoalan apa kiranya Buya? Sebentar lagi kedua lelaki berkarib itu pasti datang. Sabarlah Buya. Turunkanlah api kemarahan Buya sebab tidak baik untuk kesehatan,” jawab Emak Iyai dengan cerdas.

“Assalamualaikum. Wah ada Buya Bahar kiranya. Hampir seminggu kami tidak bertemu dengan Buya,” ujar Dodon Tea diikuti Umar Galie memasuki lepau Emak Iyai.

“Dodon Tea. Setelah salat subuh tadi, umat melapor kepadaku. Sudah heboh orang sekampung. Salat magrib tadi malam kau rupanya yang menjadi imam. Umat menyalahkan kau Dodon Tea. Bacaan alfatiha dan ayatmu tidak lancar. Tapi kau berani dan memaksakan diri menjadi imam. Apalagi, rakaat salat magrib kau juga salah karena kau buat empat rakaat,” hardik Buya Bahar.

Umar Galie terdiam karena tadi malam ikut menjadi makmum salat magrib.

“Maaf buya, aku bukan gila. Aku sengaja tunjukkan kepada umat bahwa aku bisa jadi imam karena aku akan mencalonkan diri pada pemilihan kepala kampung, Buya.

Aku bukan gila buya. Empat rakaat salat magrib yang aku lakukan itu, sengaja aku lebihkan agar banyak amal kita buya,” jawab Dodon Tea tanpa bersalah.

“Karena itu, berarti kau sudah gila Dodon Tea!” sergah Buya Bahar. Umar Galie dan Emak Iyai terdiam dan menjadi pendengar yang bijaksana.

“Tidak buya. Manakah yang lebih gila, aku dibandingkan orang-orang hebat di negeri ini yang aku lihat di televisi itu dan menyatakan hapal alquran 40 juz, puasa daud senin kamis, salat 5 rakaat sehari semalam. Siapa yang lebih gila buya? Aku apa mereka?” jawab Dodon Tea.

Buya Bahar, Umar Galie, dan Emak Iyai terheran mendengarkan argumen Dodon Tea yang mulai cerdas itu.

“Dodon Tea, bagiku kau dan mereka sama-sama gila. Aku harap kau Dodon Tea jangan lagi menjadi imam di masjid kampung karena telah meresahkan umat. Itu saja. Titik,” jelas Buya Bahar.

Catatan foto ilustrasi diatas tidak ada kaitannya dengan hikayat ini.

Tunggu besok episode 9….

Ini episode 9

POLITISI Dua Kubu Calon Kepdes Itu, Debatnya Mirip Emak-emak Berkelahi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *