Dharmasraya

Malam Petaka di Nagari Sikabau, Syardina Ditemukan Tewas Didalam Sumur

Catatan : Rijal Af

Kematian itu tak botoratik,” demikian kata orang tua tua dulunya. Maksudnya adalah kematian itu tak bisa ditebak, kapan waktunya, dimana tempatnya dan apa penyebabnya.

Namun setiap ajal atau kematian terjadi pasti ada penyebabnya, kadang ada karena menderita penyakit, ada disebabkan kecelakaan lalulintas dan ada pula proses kematian cukup tragis dan tak disangka sangka.

Seperti yang dialami Syardina warga Nagari Sikabau pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya Sumbar ini.

Almarhumah meninggal akibat dianiaya oleh suaminya sendiri. Setelah tahu korban tak bernyawa, sang suami memasukkan korban ke dalam sumur. Tentu maksud sang suami adalah untuk menghilangkan jejak seolah olah korban meninggal akibat kecebur masuk sumur.

Berikut wartawan kami Rijal Af, menceritakan awal diketahui Syardina, ibu dua anak ini telah meninggal dunia;

Syardina berumur (43th) dan suaminya berinisal K berumur 21 tahun, mereka menikah sekitar 6 bulan yang lalu, tinggal disebuah rumah, dimana rumah tersebut sekaligus digunakan sebagai tempat berjualan bakso.

Namun jika hari balai (pekan/pasar) kedua pasang suami istri ini berjualan ikan basah di pasar.

Syardina dengan suaminya yang terdahulu memiliki dua anak, satu perempuan bernama Silviana (20 th) dan satu lagi laki laki dipanggil dengan sapaan Pitok (18th).

Kedua anak almarhumah Syardina ini, yang wanita meratau ke Batam, sementara Pitok berada di kampung. Tapi tidak tinggal serumah dengan ibu sejak dia punya ayah tiri yang hampir sebaya dengannya.

Antara Silviana dengan ibunya Syarnida walaupun tinggal di Batam mereka sering kontek-kontekan lewat telpon seluler.

Pada malam kajadian itu, sejak sorenya, Silviana telah berkali-kali menghubungi ibunya namun telp tak diangkat.

“Etek…, telah berkali kali saya telp ibu, tapi ibu tak angkat, tolong lihat ibu, etek ,” kata Gustina (40) menceritakan bahwa Silviana menelphon dirinya, sebelum kakaknya Syarnida Wati (43) ditemukan tewas didalam sumur.

“Entah…, tak tahu etek,” jawab Gustina.

Tempat tinggal Gustina berjarak sekitar 1,5Km dari rumah korban.

Sebagai etek tentu Gustina mendengarkan keluhan anak kakaknya itu mencoba menelpon Syarnida Wati namun juga tak diangkat.

Rasa penasaran lantaran telpon tak diangkat, Gustina berangkat menuju ke rumah kakaknya.

Sampai dirumah kakaknya di Jorong Bukit Barangan didapatinya rumah kakak terkunci, dipanggil panggil tak ada sahutan dari dalam. Ditanya ke tetangga sebelah, tetangga angkat bahu.

Tetangga maupun Gustina merasa heran, tidak biasa rumah yang dijadikan lepau itu tak berpenghuni, setiap hari selalu buka karena Syardina bersama suami barunya lelaki K berjualan bakso di lepau itu.

Heran bercampur was was muncul dihati Gustina malam itu. Rumah kakaknya terkunci dari luar, kemana gerangan Syardina bersama suaminya?

Kalau Syardina pergi bersama suaminya pasti tetangga sebelah diberi tahu, ini tidak, tak seorang tetangga pun yang tahu kemana pasangan terpaut usia ini menghilang.

Merasa penasaran Gustina meminta bantuan pada Firdaus (21), warga sekitar, Firdaus dikenal sebagai pemuda tuna rungu, diminta oleh Gustina masuk kedalam rumah lewat jendela.

Firdaus pun masuk kedalam rumah dan membukan pintu rumah Syarnida Wati. Setelah Gustina masuk kedalam rumah, dia tak menemui kakaknya ada didalam rumah.

Rasa was was Gustina semakin bertambah, dia khawatir, terjadi apa apanya dengan uninya ( kakaknya) ini. Apalagi sang kakak kalau lagi kesal pada suaminya pernah berkata akan bunuh diri.

Gustina terus mencari keberadaan kakaknya itu, keluar, kesamping dan ke belakang rumah didekat Sumur.

Disekitar sumur Gustina menemukan bercak darah yang telah mengering, juga didinding sumur bahagian atas sebelah luar ada bercak darah.

Gustina terus melihat kearah dalam sumur. Alangkah kagetnya Gustina, didalam sumur itu tubuh uninya telah mengambang dengan posisi kaki keatas.

Sontak Gustina berteriak minta tolong, mendengar suara pekikan Gustina tetangga disekitar rumah kakaknya itu berdatangan.

Warga pun berupaya untuk mengangkat tubuh kaku Syarnida Wati dari dalam sumur.

Suasana menjadi heboh, berbagai tanda tanya mulai keluar dari mulut warga, apakah Syarnida Wati bunuh diri atau dibunuh.

Atas penemuan mayat Syardina itu, salah seorang warga melepon polisi Polres Dharmasraya dan ada yang menelepon BPBD Dharmasraya serta mobil ambulance.

Suasana menjadi bertambah ramai, apalagi setelah melihat Polisi, BPBD dan mobil ambulance datang, warga berdatangan ke lepau Syarnida Wati yang telah membeku.

Mayat Syarnida Wati dinaikan ke ambulance, dibawa ke RSU D Sungai Dareh diiringi polisi dan anggota BPBD.

Ada yang aneh pada saat ditemukannya mayat Syarnida Wati, yaitu suami Syarnida Wati, K (21) tidak ada dirumah, entah kemana rimbanya dia menghilang.

Gustina juga heran ditubuh kakaknya yang membeku tidak ada lagi perhiasan emas, gelang dan kalung yang biasanya dipakai. Perhiasan kakaknya itu raib entah kemana.

Di RSUD Sungai Dareh pun warga ramai berdatangan ingin tahu cerita penemuan mayat Syardina. Peristiwa ini hanya menggemparkan Nagari Sikabau tapi Nagari lainnya di Dharmasraya ikut membicarakan penemuan mayat didalam sumur di Sikabau itu.

Dipojok rumah sakit anak laki-laki Syarnida Wati, Pitok (18) duduk diam dengan tubuh lunglai tanpa mampu bicara sepatah katapun. Pukulan teramat berat sedang membebani pikiran Pitok, ia tak tahu mau berbuat apa. Ibu yang telah membesarkannya pergi untuk tak kan pernah bersua lagi.

Tetangga, teman sanak saudara korban terlihat berdiri dan saling bicara penuh heran apakah penyebab kematian korban.

Banyak yang heran dengan kondisi tubuh korban yang sudah mulai membengkak dan memprediksi jasad korban sudah ada satu hari dalam sumur.

Kasat Reskrim Polres Dharmasraya terlihat sibuk bersama anggotanya, sang kasatpun menghampiri salah seorang keluarga korban, memintah izin untuk dilakukan autopsi terhadap korban.

Dari hasil pembicaraan pihak keluarga setuju kalau dilakukan autopsi terhadap korban agar jelas apa yang menjadi penyebab kematian korban.

Banyaknya warga yang datang ke rumah sakit, terdengar pembicaraan yang membahas status Facebook di acount Facebook Kasmon suami korban.

Dalam status itu tertulis ” Mf kan diriku ini ma, bukan maksud kayak itu ma, ku tak sengaja buat seperti itu ma, beribu ribu kali diriku ini mintak maaf sama dirimu. Tolong dimaafin yo ma (ku sangat sayang sama kamu sampai kapanpun)…I love you.. Sayang. ”

Klik dibawah ini sambungannya;

Timah Panas Bersarang Dibetis Pembunuh Syardina

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *