Bukittinggi

Ingin Berhenti Merokok? Ini Pengalaman Inyiak Tanur

Nama beliau yang fotonya terpampang diatas dan menulis pengalamannya ini adalah Yustanur, tetapi dipanggil inyiak Tanur.

Inyiak dalam bahasa Bukittinggi diperuntukkan pada mereka yang telah tua dan punya cucu. inyiak Tanur meskipun baru berumur 50 tahun lebih dikit, tetapi sejak berumur belia sudah dipanggil dengan sebutan Inyiak, apalagi sekarang dia telah punya cucu bernama Quratta A’yun Shaumi Harzi, panggilan Inyiak bersusuian banget dengan dirinya.

Iyiak dulunya perokok berat, sekarang dia telah berhenti, pengalaman dia berhenti merokok hampir setiap hari dia tulis tentang merokok. Sepertinya dia lagi pamer bahwa dirinya berhasil “Talak Tujuh” dengan benda yang bisa bikin orang candi itu.

Kata Inyiak disalah satu akun facebooknya, selepas ini dia akan mencoba pula berhenti main Facebook, sebab katanya main Facebook atau pegang HP itu sama candunya dengan seseorang perokok.

Berikut pengalaman Inyiak Tanur…

Setahun yang lalu waktu saya mau berhenti merokok, orang – orang terdekat saya mengatakan inyiak (saya) takkan bisa berhenti merokok .

Hal ini ini mereka sampaikan bukan tak beralasan karrna mereka melihat sendiri bagai mana ketergantungan saya pada rokok yg mana pada kondisi normal saya konsumsi rokok 2-3 bks / hari, kalau ada agenda lain kumpul – kumpul bisa lebih .

Berhenti merokok Memang butuh perjuangan dan dukungan dari orang terdekat kita seperti teman Istri dan anak – anak
3 bulan pertama itu sangat berat dan kalau tak kuat akan gagal pada tahapan ini ,karena rokok bukan sekedar candu dan kebiasaan saja rokok itu sudah menjadi kebutuhnn tubuh dan pisikologis .

Bagi saya waktu itu tak ada kehipun tampa rokok ,rokok adalah puncak kenikmatan hidup semua endingnya pada rokok, sebut sajalah apapun namanya kegiatan pasti menu penutupnya rokok siap makan Rokok ,siap ngopi Rokok,siap mandi Rokok ,siap jum’atan Rokok ,dan pada siap – siap lainya. Jadi begitu kuatnya andil rokok dalam kehidupan saya .

Saya merokok itu semenjak sekolah SMP sekarang umur saya sudah melebihi 50 tahun .

Saya berhenti itu bukan karena sakit parah ,atau saya berhenti bukan katena masalah ekonomi ,dan saya juga bethenti bukan karena hukumnya rokok ,tapi saya berhenti karena saya merasa merokok merugikan saya, karena rokok membelenggu saya, memenjarakan saya ,karena itu saya ingin bebas, bebas hidup tampa ketergantuang pada rokok .

Selanjutnya saya berhenti ingin menyayangi diri saya dan terlebih keluarga saya ,sebab saya masih ingat alm bapak saya di saat hari Tuanya di berjuang melawan TBC yg dalam tubuhnya ,Dokter telah menyarankan bapak saya untuk tidak merokok lagi ,dan itu dia patuhi sedari penyakitnya lagi kambuh dan kalau sehat di merokok lagi begitulah seterusnya sampai akhir hayatnya ,waktu bapak saya susah bernafas karna penyakitnya pingin sekali saya mau membantunya kalau bisa saya ambil penyakitnya waktu itu juga agar beliau bisa bernafas dengan leluasa.

Saya tak ingin anak – anak saya merasakan apa yg saya rasakan diwaktu bersama kakeknya ,dan saya juga tak ingin menyesal nanti di kemudian hari kalau saya kena penyakit ternyata di vonis Dokter disebabkan oleh karena saya merokok 😥 karena prinsip hidup saya penyesalan adalah hal yg tebodoh danenyakutkan dalam kehidupan
Bersambung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *