LisdaPessel

Dua Rumah Tak Layak Huni Berdampingan di Pessel Segera “Dipasamoan”

PESSEL, KLIKPOSITIF – Dua unit rumah tidak layak huni (Rutilahu) di Kenagarian Rawang Gunung Malelo Surantieh, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat terletak berdampingan.

Miris, kedua rumah tersebut belum tersentuh bantuan bedah rumah dari pemerintah baik kabupaten, provinsi maupun pusat.

Rumah pertama dihuni oleh pasangan suami istri (pasutri) atas nama Ijal (40) dan Siik (33) dan dua orang anak mereka. Rumah berdinding papan ukuran 4 x 4 meter itu tidak memiliki kamar, sehingga perlengkapan keluarga menyatu dalam satu ruangan.

Lebih memperhatinkan, rumah Ijal hanya memiliki dapur seadanya, itupun atasnya sudah dan berdinding terpal yang mulai robek. Begitu juga kamar mandi dibuat seadanya berdinding terpal disamping kiri rumah mungil itu

Melihat lebih jauh kedalam rumah, karena tidak memiliki kamar hanya ruang lepas yang dijadikan kamar dengan melambu nyamuk bergelantungan. Ukuran yang kecil dan sempit semua perlengkapan keluarga ditempuk di dalam rumah sehingga tidak ada ruang kosong di rumah tersebut.

Kondisi tersebut dirasakan sejak delapan tahun belakangan oleh kedua keluarga yang berpotensi sebagai pengambil upah dari kebun gambir itu. Sebagai kuli kebun penghasilan mereka hanya cukup makan saja, apalagi saat ini harga gambir sangat murah.

“Kalau gambir murah, untuk makan saja susah,” ungkap Ijal saat didatangi KLIKPOSITIF, Minggu, 1 September 2019.

Dia tetap tabah bertahan di rumah tersebut, walaupun telah berusaha menyelipkab sedikit rezeki untuk membangun rumah yang lebih layak. Tapi hanya baru bisa membangun pondasi saja. Ijal berharap ada bentuan dari pemerintah atas kondisi tersebut.

Sedangkan rumah kedua dengan besar yang sama ditempati pasutri Ikal (36) dan Adi (32) dan kedua orang anak mereka. Kondisinya hampir sama dengan rumah pertama. Kesamaan lain, Ikal juga menggantungkan hidup dari upah mengolah gambir warga setempat.

“Beginilah kondisinya, apalagi harga gambir turun, untuk makan saja susah,” ujarnya.

Ikal mengaku pernah mendengar informasi bedah rumah dari pemerintah, namun rumah mereka tidak juga mendapatkan giliran. Ia mengaku sudah banyak yang datang hanya sekedar foto – foto lalu tidak ada kabar.

“Banyak yang datang untuk foto-foto rumah ini, tapi yang dibedah malah rumah lain,” ungkapnya.

Ikal punya harapan saya yang sama dengan Ijal, berharap rumah mereka mendapat bantuan dari pemerintah dan dibedah secara bersamaan.

Ayo Pasamoan

Bupati Pesisir Selatan, merasa miris dan heran karena baru mengetahui ada rumah warga nya yang seperti itu.

“Secapatnya nanti saya perintahkan camat untuk meninjau rumah tersebut, segera lakukan penanggulangan dengan cara mampasoman. Ini sekarang menejer tim panitia bedah rumah yang aktif, Lisda ( istri bupati-red / bupati menyebutkan manajer itu dalam candanya berasama penulis pak YY ) lagi ada keperluan ke luar negeri dalam rangka promosi produk daerah kita, kalau dia ada, mungkin nanti sore sudah langsung meninjau lokasi itu, ” kata Bupati.

Bupati juga menyebutkan bahwa masih banyak rumah yang tak layak huni di Pesisir Selatan. Tahun pertama Hendrajoni jadi bupati terdapat 6000an, namun sekarang 4000 an rumah sudah berhasil dijadikan sebagai RLh, sisanya akan diupayakan menjelang akhir tahun 2020 tuntas sehingga tak ada lagi warga Pesisir Selatan yang tinggal di rumah yang tak layak huni.

“Sebagai bupati, tidur saya akan menjadi lamak apabila pada akhir tahun 2020 semua rumah warga saya bisa tinggal di rumah yang layak huni.” Kata bupati yang berkumis rapi ini.
(*)

Baca juga :

Camat Sutera Fakhruddin SH; Warga Yang RTLH Bersabar Tunggu Gilaran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *