.

MASIH ADAKAH ‘KEMANUSIAAN’ DI WAMENA PAPUA DAN DEMO MAHASISWA (I) ?

Oleh : Anton Permana.

Satu minggu ini android kita dijejali oleh berbagai macam berita, opini, video tentang rusuh Wamena dan demo mahasiswa yang penuh dengan tindakan kekerasan dan anarkisme.

Terkait Wamena Papua. Negeri elok ditengah anak benua pulau Papua (kalau dulu zaman Soeharto dinamakan pulau Irian) sekarang menjadi ladang pembantaian dan pembakaran oleh penduduk asli wamena kepada masyarakat non papua yang merantau ke Wamena.

Ruko, rumah, kios dibakar hangus rata dengan tanah. Puluhan korban jiwa jatuh dibantai dengan kejam. Ada yang terbunuh kena bacokan parang, tusukan tombak, kepala kena kapak, bahkan juga dibakar hidup-hidup karena terkurung didalam ruko dan kiosnya. Semua dilakukan dengan biadab tanpa rasa perkemanusiaan.

Setiap jam penulis berkoordinasi dengan warga Minang khususnya yang sekarang jadi pengungsi di kantor Kodim, Polres, dan Koramil mencari tempat perlindungan.

Serasa rontok jantung ini mendengar tangis dan ratapan mereka disana. Sakit dan pedih hati ini melihat kondisi mereka yang begiti trauma ketakutan dan kehilangan harapan. Harta benda yang mereka kumpulkan bertahun-tahun dinegeri orang, semua ludes terbakar dan dijarah. Untuk makan seharipun mereka sekarang hanya mengandalkan persesiaan indomie, ubi, dan beras seadanya.

Tak percaya ini terjadi dinegeri kita sendiri. Yang katanya negeri berpancasila, paling toleransi, kaya raya, dan aparat keamanannya yang biasanya gagah perkasa tampil dimedia.

Tapi apa yang terjadi ? Jauh panggang dari api. Ternyata negara gagal menjalankan amanahnya sesuai konstitusi pembukaan UUD 1945 yaitu, “ melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia “. Negara ternyata gagal total, buktinya hari ini puluhan nyawa melayang tak peduli anak-anak, perempuan dan orang tua. Ratusan terluka paran karena bacokan dan panah. Belum lagi ribuan warna non papua yang begitu trauma ketakutan serta terisolasi dalam kelaparan dan kedinginan.

Wamena membara. Nyawa manusia seolah tiada arti. Hanya gara-gara ucapan oknum yang entah ia entah tidak, semua akhirnya terprovokasi untuk membunuh teman sebangsa dan senegaranya. Apa salah warga non papua disana ? Apakah Papua tidak lagi Indonesia ? Kemana negara ? Kemana aparat keamanan ?

Miris dan sedih. Tapi semua nyata terjadi. Anehnya, ketika penulis bertanya kepada personel aparat disana melalui telephone, mereka juga stress dan kebingungan. Disatu sisi harus menyelamatkan dan mengevakuasi warga ketempat aman, tetapi disatu sisi mereka dilarang untuk membalas tindakan anarkisme brutal warga asli Papua. Bahkan untuk menempeleng pun ditakuti dengan isu HAM. Akhirnya yang terjadi, warga asli papua bertindak semena-mena, tenteng senjata, teriak-teriak memburu warga non papua bagai hewan buruan. Ini sangat aneh, diluar akal sehar manusia. Berita yang tersebar di media pun jauh berbeda dengan laporan masyarakat yang ada disana. Apakah ini disengaja atau by design untuk kepentingan tertentu ? Atau hal ini terjadi karena kecolongan atau bentuk ketidakmampuan pemimpin negeri ini mengatasi masalah ?

Beralih kita dengan kejadian demo mahasiswa di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Yang terjadi justru sebaliknya. Aparat begitu brutal dan beringas. Mahasiswa dan pelajar jadi bulan-bulanan pukulan dan penganiayaan. Bahkan mesjid sebagai tempat suci ummat Islam yang mayoritas di negeri ini mereka injak-injak tanpa rasa berdosa.

Sudah puluhan korban luka, bahkan kritis dan koma di rumah sakit. Bentrok antara mahasiswa dengan aparat begitu brutal dan anarkisme. Tak ada istilah HAM disuarakan disini. Anehkan ?Jangankan minta maaf dan merasa berdosa, justru agitasi dan propaganda yang dimainkan dengan ‘sinema’ demo anarkis mahasiswa gadungan dan pengrusakan oleh kelompok pro penguasa. Untuk mendegradasi gerakan moral mahasiswa yang turun ke jalan.

Belum lagi propaganda perang opini dan isu pembenaran dan alibi dari sebuah kebiadaban dan pembenaran tindakan kekerasan. Penulis tidak mau terjebak dengan isu apa yg dibawa oleh mahasiswa karena begitu sarat dengan kepentingan elit tertentu yang menunggangi. Tetapi penulis hanya risih melihat tindakan kekerasan yang terjadi kepada mahasiswa dan juga aparat itu sendiri. Kedua belah pihak adalah korban.

Aparat menuduh mahasiswa ditunggangi. Mahasiswa menuduh aparat dikangkangi dan menjadi alat kekuasaan. Akhirnya dua kubu berbenturan dan jadi korban. Sesama anak bangsa, yang satu generasi penerus yang satu lagi alat negara yang digaji dan dibiayai negara, dilapangan beradu saling emosi. Sedih dan miris melihat ini semua. Bahkan terakhir para pelajar STM dengan khas pakaian putih abu-abunya juga ikut tawuran bersama aparat. Naudzubillahhminzaliq.

Sebagai orang yang berakal sehat. Melihat fenomena yang terjadi tentu kita bertanya-tanya. Apa sebenarnya yang sedang terjadi di negeri ini ? Siapa yang bermain dan tega mengorbankan sesama anak bangsa saling bunuh dan saling ingin menghabisi ? Apa motif dibalik ini semua ? Dan langkah serta solusi apa yang harus dilakukan kita semua agar kerusuhan ini berhenti ?

Berikut catatan dan pandangan penulis tentang kondisi carut marut negeri kita hari ini.

1. Apa yang terjadi hari ini adalah akumulasi dari sebuah kekecewaan, ketidakadilan, dan kegagalan pemimpin hari ini mengelola negara dengan baik dan benar. Dimana, pemimpin negeri hari ini gagap dan selalu menyelesaikan permasalahan dengan kaca mata kuda dan sudut konflik.

Pemerintahan hari ini terjebak kedalam jurang sempit kepentingan elit dan kelompoknya sendiri. Sehingga mengabaikan berbagai kepentingan negara dan bangsa ini secara luas. Sehingga muncullah kekecewaan atas reaksi dari sebuah ketidakadilan. Baik itu dalam hal politik, ekonomi, budaya, dan ideologi (SARA). Diskriminasi terjadi dimana-mana. Bagi yang pro penguasa akan mendapatkan perlakuan khusus. Bagi yang berseberangan dengan penguasa akan dihabisi dengan berbagai macam alibi. Dan semunya dilakukan dengan pola tindakan kekerasan menggunakan tangan kekuasaan. Mirip negara sosialis otoriter. Sedangkan Indonesia adalah negara Pancasila yang mempunyai kearifan lokal gotong royong, musyawarah dan mufakat. Tapi semua kalah oleh kepentingan pragmatis dan cari muka agar tetap menjabat serta berkuasa

2. Rusuh wamena papua tidak sesederhana yang diberitakan media hari ini. Dalam tulisan terdahulu penulis pernah menuliskan apa motif dibalik rusuh di Papua secara umum. Yaitu tidak lebih dari sebuah permainan kontra inteligent dari beberapa negara blok Amerika yang seakan memberikan warning kepada Indonesia akan kendali dan kepentingan mereka di Papua. Kondisi ini diperparah dan dimanfaatkan oleh kelompok saparatisme, kelompok proxy untuk mengeskalasi rusuh papua menjadi ‘pembersihan’ papua dari warga non papua. Kelompok ini menginginkan papua bersih dari warga non papua yang kebetulan secara ekonomi lebih banyak berhasil dan sukses hidup di papua. Aneh bin ajaibnya, kondisi ini seakan ada yang memelihara dan membiarkan terjadi.

Penulis pernah berdiskusi dengan beberapa personil TNI-Polri yang aktif disana. Sebenarnya kalau pemerintah mau dan tegas, tidak butuh waktu lama untuk menghabisi dan menangkap para OPM yang jelas mau merdeka ini dari Indonesia. Tetapi, pemerintah pusat kayak ketakutan dan paranoid dengan isu HAM dan intervensi asing sehingga rela mengorbankan rakyatnya sendiri dibantai di Papua.

3. Demo mahasiswa di DPR dan KPK menurut hemat penulis juga membingungkan atau memang sengaja dibuat ‘absurd’. Sehingga masyarakat bingung mana isu yang benar dan salah.

Disatu sisi beredar isu pelemahan KPK dan dikebiri. Disisi lain, isu ini ditunggangi kelompok tertentu. Dengan alasan, KPK adalah organisasi titipan asing era awal reformasi atas perjanjian pinjaman 65 milyar USD IMF dengan Indonesia. Dimana KPK adalah salah satu syaratnya. Kemudian KPK berhasil menjadi lembaga super body tiada tanding di Indonesia dengan tingkat kepercayaan tinggi di masyarakat. Namun kemudian seiring waktu berjalan, banyak yang menganggap KPK over dosis alias banyak melakukan ‘abuse of power’ dan menjadi alat politik kelompok tertentu khususnya kelompok liberal-borjuis dan amerika. Sehingga perlu pembatasan wewenang, untuk mengawasi KPK dengan membentuk dewan pengawas KPK dan aturan SP3 di KPK.

Perdebatan ini berlanjut ke jalanan. Tidak hanya isu KPK, tentang isu RUU-KUHP, RUU-PKS pun menjadi alasan mahasiswa turun ke jalan. Aroma kepentingan LGBT juga bermain dalam isu RUU-PKS ini. Semua begalau saling kunci. Entah siapa yg benar, dan mana yang salah.

Seperti tulisan di atas sebelumnya. Penulis belum mau terjebak dengan propaganda isu yang menunggangi isu utama diatas, namun penulis fokus peduli pada perlakuan dan tindakan kemanusian terhadap rakyat Indonesia dibumi nusantara ini. Terkait analisis terhadap modus isu diatas akan dituliskan kedalm tulisan selanjutnya.

Penulis hanya berharap, bagaimana negara hadir dan melindungi warga non papua agar tidak lagi jadi sasaran pembunuhan warga papua. Dan sebaliknya menindak tegas siapa saja yang melakukan tindakan kekerasan tanpa pandang bulu

Begitu juga terhadap tindakan anarkisme aparat terhadap mahasiswa dan pelajar. Kapolri dalam hal ini harus menindak tegas dan memberi hukuman seberat-beratnya kepada aparat yang kelewat batas apapun alasannya. Indonesia negara hukum, semua sama dimata hukum.

Begitu juga terhadap tuduhan aktor yang menunggangi rusuh. Kalau pihak aparat punya data dan bukti segera tangkap dan umumkan kepada publik. Jangan praduga dibalas praduga. Opini dibala opini. Harus cerdas dong. Agar ada kepastian dan kejelasan informasi ditengah masyarakat. Mohon diingat. Dalam psikologi massa, suasana ketidakpastian akan rentan meningkatkan tensi politik dan kepanikan. Dan ini sangat berbahaya kalau terus dibiarkan.

4. Dua isu besar diatas sangat complecated. Akan kita bahas khusus dalam tulisan selanjutnya. Namun penulis hanya berpesan dan mengingatkan kita semua untuk selektif dan hati-hati dalam menerima setiap berita, opini, video, gambar dari siapapun. Pastikan semua itu akurat dan benar baru dibagikan. Kondisi politik kita hari ini penuh trik in trik tingkat tinggi. Kadang berit hoax sengaja disebarkan untuk membuat jebakan kepada kelompok tertentu untuk kemudian kalau umpan jebakan itu dimakan maka akan langsung dipidanakan.

Ada juga kadang berita hoax diciptakan untuk mendegradasi serta membelokkan berita utama sesungguhnya agar masyarakat bingung dan terkecoh (apatis).

Tetapi, kalau sebuah berita itu tentang sebuah nilai kebenaran dan kebaikan maka sebarkanlah. Karena dunia sosial media ini juga harus di ramaikan oleh suara-suara kebenaran yang bertanggung jawab.

Akhir kata, Penulis berharap. Sudah saatnya pemimpin negeri ini instropeksi diri dan menurunkan ego serta keangkuhannya. Indonesia negara yang berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Artinya, Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai dan norma kehidupan, baik yang bersumber dari kearifan lokal maupun agama.

Mengurus negara ini harus dengan hati. Tidak bisa dengan emosi. Rusuh hari ini tidak bisa dianggap remeh. Salah mengambil langkah, akan beresiko besar dan berbahaya bagi integrasi bangsa.

Wallaualam.

(Bersambung……)

Jakarta, 26 september 2019.

Isi artikel jadi tanggung jawab penulisnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *