Pessel

Tragedi Wamena Menyisakan Duka Akankah Terulang Lagi?

Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com,–
“Ayah…. Tulisan ayah selalu saya baca. Saya mendapat informasi sekaligus terhibur membaca cerbung Tam Arang Utiah Kapeh yang Ayah tulis bersambung itu. Tapi alangkah eloknya kalau ayah buat tulisan tentang tragedi Wamena. Sebab banyak orang Pasisir Salatan yang jadi korban pembataian di Tanah Papua itu,” demikian pesan Chat whatsapp, saya bersama Darwiandi SH salah seorang anggota DPRD Pesisir Selatan memanggil saya ayah. Pesan itu saya terima malam kamaren Minggu (29/9).

Lama baru saya jawab pesan itu, ada sekitar 5 menit saya berfikir. Saya tak tahu mau jawab bagaimana. Apakah saya akan berterus terang padanya atau mencoba mencari jawaban lain, sehingga dia tetap yakin punya kemampuan. Padahal sesungguhnya saya tidak punya kemampuan untuk menulis seputar tragedi Wamena.

Akhirnya…., saya putus menjawab dengan jujur.

“Bang…, Ayah tak punya bahan serta kemampuan untuk menuliskan tulisan berbetuk opini terkait masalah Wamena itu sebab nanti kalau salah tulis dapat memperburuk situasi disana.

“Kalau soal bahan, kan banyak bahan bahan di media lain yang bisa Ayah jadikan sumber,” Jawab si abang yang tampaknya tak puas dengan jawab saya.

Lalu kemudian si abang menulis pesannya lagi. Katanya; dia sedih melihat tragedi Wamena itu. Sampai hari kini dg jmlah korban jiwa dan harta yg sebesar itu negara seperti kurang peduli…, apalagi penangan para pengungsi asal Minang yg kini sdg mengalami trauma berat..pasca rusuh. Kini yg ado baru himbauan agar kito saling bantu sesama dan penggalangan dana dari fhk informal. Mestinyo dlm hal ini negara harus sdh ambil andil…ini tragedi kemanusian ma ayah…😭😭😭.

” Ya bang,” jawab saya takut panjang panjang menulis balasannya.

Tak lama kemudian pesan saya dibalas lagi:
“Kita sangat terpukul dengan pembantaian etnis non asli Papua, yang terjadi di Wamena. Tidak ada yg boleh mentolerir pembantaian ini. Masalah vertikal dapat didekati dengan berbagai dialog, Namun pembantaian etnis haruslah dilakukan dengan kekuatan negara, “at all force dan at all cost.” (Begitu byk fhk menulis diberbagai media).” Siabang merudal saya dengan pesan whatsappnya.

Sebagai seorang wakil rakyat yang sudah 3 priode duduk di DPRD Pesisir Selatan, si abang mungkin berharap dengan saya menulis tentang tragedi di Wamena, akan ada informasi tambahan yang diperoleh pembaca. Benar juga keinginan si abang . Yang tidak benar kalau si abang menganggap tulisan saya ini dapat sebagai pemicu pemerintah pusat serius menangani pasca tragedi di Wamena dan pemerintah daerah melakukan aksi bagaimana agar penderitaan warga Minang disana cepat teratasi.

Kini yang menjadi pertanyannya kita adalah serius kah Jokowi menangani tragedi Wamena. Kalau serius kenapa Jokowi masih belum mengucapkan belangsukawa untuk warga minang yang di batai di Wamena?

Terlambat nya Jokowi mengucapkan belangsukawa pada warga Minang yang dibunuh di Wamena memacu politisi partai Gerindra Andre Rosiade mentweet di akun Twitternya, seperti dibawah ini;

Sy @andre_rosiade sbg Ketua Harian DPP Ikatan Keluarga Minang bertanya ,kenapa anda Pak @jokowi bisa ucapkan belasungkawa utk mantan Presiden Perancis.? Tapi utk Puluhan Rakyat anda yg terbunuh di Wamena. Mana ucapan belasungkawa anda Pak Presiden @jokowi ??

Kenapa presiden Jokowi terlambat mengucapkan belangsukawa, kita tidak tahu sebabnya. Namun kalau dikatakan terlambat mengatasi mengatasi kerusuhan pada pasca peristiwa, menurut saya juga tidak, karena sampai saat ini sejak rusuh pembantaian itu terjadi , tidak ada lagi rusuh susulan.

Isu yang menyebutkan akan turun dari gunung warga Pribumi di Wamena membantai warga pendatang ternyata sampai saat ini hanyalah sebuah isu yang disampaikan pihak yang ingin melihat negeri ini kacau.

Walaupun kini kondisi di Wamena aman, namun warga pendatang kini tentu belum bisa begitu saja menghilangkan rasa ketakutan dan trauma yang mereka alami. Kejadian yang terjadi di hadapan mata dan berlangsung sangat kejam dan mengerikan akan menjadi pengalaman pahit selama nafas dikandung badan.

Kita berharap dengan adanya pernyataan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (30/9/2019) siang tadi, kejadian serupa tak terulang lagi.

Menurut presiden, suasana sudah tenang, tak ada konflik horizontal. Aparat telah menjamin keamanan di daerah tersebut.

Jokowi menuding, kerusuhan di Wamena diperbesar oleh kelompok bersenjata. Presiden tengah mencoba membuktikan tudingan itu dengan memerintahkan TNI-Polri mengejar perusuh-perusuh yang belum tertangkap.

Apa yang dikatakan Presiden Jokowi bahwa yang terjadi bukan konflik horizontal, kita tidak akan membantahnya. Biarkanlah Presiden berusaha membuktikamnya.

Kita yakin sebenarnya Presiden telah mengatahui inti dari semua persoalan yang terakumulasi dan itu meledak di Wamena. Sebab tak mungkin tak tahu sebelum peristiwa Wamena terjadi ribuan mahasiswa yang tersebar di beberapa kota di Indonesia eksodus pulang ke Papua. Salah seorang tokoh agama di Papua mengatakan kepulangan mereka bukan karena husutan dari KNPB (Komite Nasional Papua Barat) tapi eksodus itu tet kait dengan rasisme yang berawal dari kejadian di Surabaya.

Langkah pemerintah lewat Kapolri menggati kapolda Papua dari Irjen Rudolf A Rodja kepada Irjen Paulus Waterpau (putra asli Papua) sebuah langkah yang tepat meredam mindset mayoritas warga Pribumi Papua yang telah terprovokasi ingin lepas dari NKRI.

Baca juga ;

Ribuan Mhs Papua Pulang Kampung, IrjenPol Paulus Waterpauw; Cegah dan Cari Tindakan Solutif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *