.Tam Arang dan Utiah Kapeh

Usul Tam Arang Pada Bupati Hendrajoni (Bag 18)

Yang belum baca Bag 1 s.d bag 17 klik link di bawah ini;

Sekali Lagi..! DPRD Pessel Jangan Gelar Sidang Terbuka Terkait RSUD Painan Itu (bag:17)

Sambungan dari Bag 17…

Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com, —
Hujan lebat yang merata mengguyur bumi Kabupaten Pasir Santan semalam, telah membuat iklim pada Subuh tadi pagi di Surau Lebai Litak terasa sejuk dibanding beberapa hari sebelumnya. Di Kabupaten kampung Tam Arang dan Utiah Kapeh, pergantian musim tidak mempengaruhi terhadap cuaca. Maksudnya, meskipun di kabupaten ini sedang berlangsung musim kemarau panjang kebutuhan warga akan air baik untuk irigasi maupun untuk MCK (Mandi Cuci Kakus) tetap ada.

Semua itu berkat hutan masih terjaga kelestariannya. Pohon pohon besar tidak semuanya dibabat. Warga yang berprofesi sebagai pedagang maupun penebang kayu, betul betul taat dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Begitu juga aparat keamanan di Kabupaten Pasir Santan, tidak pernah ikut bermain kayu seperti yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan dua puluh tahun lalu.

Aparat di kabupaten Pasir Santan memiliki integritas yang tangguh serta jujur, bersih dari kecendrungan untuk melakukan korupsi sekali pun korupsi waktu. Ini bisa tercipta karena pucuk pimpinannya tidak bercela dan sulit mencari kesalahan/kekurangan, terutama dalam penggunaan dana operasional bagi anak buahnya.

Dana operasional benar benar dibagi bagikan tanpa potongan sepersenpun oleh sang komandan kepada anak buahnya, kecuali potongan pajak. Di Kabupaten Pasir Santan, seseorang yang ingin mendapatkan jabatan Kapolres, Kepala Dinas, tidak sepersenpun harus bayar uang sogok.

Akibat semunya harus pakai wanipiro, semuanya harus bayar, sehingga muncul istilah “tak ada minum pagi yang gratis“. Di Kabupaten Pasir santan, istilah itu menjadi anonimnya. “Semua gratis sampai kepada minum pagipun tak bayar

ooOOoo

Sementara itu di Lepau Mak Gambuang, biaya minuman kopi Tam Arang cs untuk kemaren dan hari ini, telah dibayarkan oleh Novermal Yuska. Mungkin uang itu, diduga uang honorarium/gaji pertama pak Enye sebagai anggota DPRD Pesisir Selatan periodi 2019-2024.

Apakah Tam Arang cs tidak menolak ketika minum pagi mereka dibayarkan oleh Pak Novermal?

Jawabnya, tidak. Karena ada kamus yang mengatakan “tidak ada doa penolak rezeki”. Kendatipun begitu, para kandidat bupati atau caleg jangan coba coba memeberi mereka uang disaat kampanye. Akan mereka tolak mentah mentah. Bagi mereka menerima uang disaat kampanye dianggap pemberian yang tidak iklas dan pasti ada tujuannya. Karena itu mereka menganggap pemberian itu dosa.

Pemilihan umum mulai dari Kepala Desa sampai kepada pemilihan kepala negara (presiden) tidak dilakukan secara langsung. Tetapi lewat perwakilan, dilakukan secara musyawarah dan muafakat sama seperti yang berlaku di Indonesia sebelum zaman Reformasi dulu. .

Hendrajoni terpilih jadi bupati, berkat izin Allah SWT itu tak bisa dibantah. Pasti itu. Namun dia punya kiat tersendiri. Apa kiatnya? Yaitu suka memberikan sumbangan pada rumah rumah ibadah jauh sebelum pemilu digelar. Lisda istrinya bisa terpilih dan berhasil meraup suara di Pesisir Selatan meskipun dia dijegal dengan isu bukan orang Pesisir Selatan, tapi Lisda, ibarat bertani, telah banyak menebar benih dan menanamkanya dibanyak lahan.

Bagi pasangan ini, memberi sedekah ataupun memberi orang duit telah menjadi sebuah ketagihan. Ada rasa kekurangan dalam diri, bila tak memberikan sebagian reski kepada orang lain.

” Semakin banyak awak muagiah urang jan disangko awak ka bansek. Tapi yakinlah Allah itu ndak amuah barutang pada hambaNya. Malu beliau. Membelanjakan rezeki dijalan Allah itu samo mampautangi Allah Yang Maha Kayo. Urang Kayo nan buhati pamurah, cubo agiah nyo hutang, pasti nyo bayia capek dan nyo labiahkan. Apalagi nan batang tu Allah Yang Maha Pemurah dan Pengasih lagi penyayang. Wow…, tak dapek ciek pun nan ka disabuik le,” kata bupati kepada Utiah Kapeh sekali pernah.

Pagi ini bupati Hendrajoni, tidak keluar kota, makanya subuh tadi dia sudah berada di Lepau Mak Gambuang ngopi bareng bersama Utiah Kapeh cs.

Jum’at yang lalu, sorenya Hendrajoni ke Muaro Batang Kapeh, mengunjungi korban terdampak musibah gelombang pasang yang menyebabkan abrasi pantai di Muaro Barang Kapeh. Musibah itu adalah fenomena alam yang secara siklus 10 tahun sekali selalu terjadi. Namun tahun ini dampaknya cukup besar memporak-porandakan sedikitnya 10 rumah dan pondok pondok milik nelayan yang berumah di tepi pantai Muaro dihondoh gelombang pasang.

Untuk membersihkan puing puing rumah yang porak-poranda itu, bupati lewat dinas PUPR mendatangkan alat berat. Selain itu kehadiran bupati disana merupakan sitawa si dingin bagi mereka yang terdampak musibah. Apalagi bupati juga membawa bantuan sembako untuk para korban terdampak gelombang pasang tersebut.

Melihat kondisi hempasan ombak yang besar bupati menyadari bahwa untuk penangan musibah ini jangan sampai terulang lagi perlu dipasang batu ceti berupa dam ditepi pantai.

“Saya tahun 2020 mengusulkan untuk Lengayang. Tapi karano Batang Kapeh yang terparah, proyek itu saya pindah kan nanti ke Batang Kapeh, ” Kata bupati disambut warga hidup pak bupati, Hendrajoni 2 periode, sahut yang lain serempak.

Malam harinya pada Jumat Bupati Hendrajoni “manyumbua” (tampil) pula di Bayang menghadiri doa bersama bagi korban tragedi Wamena. Pada kesempatan ini bupati, berjanji akan memfasilitasi para korban yang masih hidup untuk mengurus administrasi pulang kampung mereka.

“Pak bupati kurang merasa lamak karena ada yang mengatakan Pemda Pessel kurang pro aktif dalam menangani para korban kerusuhan. Tapi beliau menyadari pula bahwa upek dan puji itu adalah air mandinya pimpinan sejak zaman dahulunyo dan itu akan tetap berlaku sampai dunia takambang.

” Apo carito awak pagi ko Tam,” Tanya bupati pada Tam Arang.

“Buliah usul ciek pak? ” kata Tam Arang…….

Bersambung ke Bag 18..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *