.Catatan Perjalanan Umroh

Panggilan Ibadah Umrah dan Haji Itu Misterius ..! (Bag 1) Oleh; Yuharzi Yunus

Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com, — Beberapa tahun lalu, saya sudah pesimistis dan pasrah. Saya merasa tak mungkin bisa menunaikan ibadah umrah. Alasannya potensi finalsial yang saya miliki rasa-rasanya tak mungkin bisa mendeliver saya ke Tanah Suci.

Kepasrahan dan pesisimistis saya itu mendapat protes keras dari Tam Arang dan Utiah Kapeh. Yakni dua tokoh fiksi yang sering hadir dalam tulisan saya di media online Pilarbangsanews.com. Mereka sangat tidak setuju jika kepasrahan saya itu saya sebut sumbernya dari kondisi potensi finansial.

Pernyataan saya itu mereka anggap salah. Jika salah Tam Arang dan Utiah Kapeh tidak segan segan memarahi saya; “Iiih…, Apak jangan bilang tak punya potensi finansial. Salah besar jika Apak ngomong begitu.” kata Utiah Kapeh memprotes.

“Benar itu mah, masa seorang pensiunan PNS menyatakan tak punya potensi finansial. Bukankah saat Apak memasuki masa pensiun dulu Apak terima uang Taspen Rp 50 juta lebih? Dan ibu juga terima Taspen itu. Kalau digabungkan uang Taspen Apak sama Ibu Rp100juta lebih. Buat apa saja uang tersebut Apak gunakan ?” kata Tam Arang menimpali.

“Dengan uang Taspen yang Apak terima, Apak sebenarnya sudah bisa Umrah bersama Ibu. Atau dengan uang Taspen itu cukup membayar ongkos Umrah satu orang dan separohnya lagi bisa digunakan sebagai uang setoran biaya daftar Haji jika Apak benar benar memiliki tekad untuk ke Tanah Suci dengan uang Taspen itu,” sambung Utiah Kapeh

Saya tak berani lagi menjawab kalau Tam Arang dan Utiah Kapeh memprotes saya. Sebab mereka sangat paham dan bisa dengan cepat membaca arah dan alur pikiran saya. Mereka sangat tahu kelemahan dan kelebihan saya.

“Iya. Ya…, uang Taspen itu habis tak meninggalkan bekas. Ya biarlah tak apa apa, yang penting uang itu tidak digunakan untuk melakukan tindakan atau perbuatan yang dibenci Allah, ” kata saya membatin saat dicocor pertanyaan Tam Arang dan Utiah Kapeh

Pitih habih tadagak tumbuah”. Artinya uang habis keinginan baru muncul.
dari sinilah muncul kepasrahan dan sikap pesisimistis saya itu.

Tapi walupun begitu, saya punya Permaisuri yang rajin ibadah. Dia rajin mendoa dalam tahajud dan dhuha nya. Sehabis menunaikan qiyam mullaik yang hampir setiap malam dia tunaikan. Dia selalu panjatkan do’a agar dia bisa pergi Umrah bersama suaminya. Doa yang sama juga dipanjatkan sehabis dhuha.

Satu kali pernah ditanya oleh Tam Arang, kenapa ibu ingin banget pergi ke Makkah bersama Apak. Kan ibu sudah pernah menunaikan ibadah haji?

“Apakah perlu pertanyaan itu aku jawab?” Permaisuri ku balik bertanya pada Tam Arang.

Tam Arang tak berani lagi bertanya, sebab biasanya jika sebuah pertanyaan dibalik menjadi pertanyaan itu tandanya yang membalikkan pertanyaan tak suka dengan pertanyaan itu.

Kembali kepada cerita saya yang telah pasrah tadi. akhirnya bisa melaksanakan ibadah umrah bareng dengan istri dan seorang anak bujang saya yang bernama M Brayuma Shadeli Harzi.

Kami berangkat dari kampung pada tanggal 30 November. Pada tanggal 1 Desember Tinggal Landas dari BIM (Bandara Internasional Minangkabau) sekitar pukul 6:00 WIB menuju Medinah.

Siapa yang membiayai?

Anak dan menantu ditambah bantuan dari adik saya lain ayah lain ibu.

Jidi kalau ada diantara pembaca yang memiliki sikap dan perasaan yang sama dengan saya. Sama sama merasa diri tak mungkin bisa menunaikan ibadah haji atau umrah ke Makkah karena faktor finansial itu, mulai sekarang buanglah itu jauh jauh.

Ingat…, panggilan untuk pergi ke tanah suci, kata Tam Arang dan Utiah Kapeh, memang sangat misterius.

Mereka yang punya uang banyak, badannya sehat, tapi tidak punya waktu luang = akhirnya tak jadi sampai kesana.

Ada yang punya badan sehat, waktu yang luang, tapi rezeki belum mencukupi = tak bakal kesampaian ( saya sebelumnya termasuk dalam kelompok ini)

Ada yang rezeki sudah mencukupi dan bahkan kelihatan berlebih-lebih, juga punya waktu luang, tapi merasa belum ada niat, sehingga sampai kini tak juga pergi ke Tanah Suci.

Labbaika Allahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbaika, inal hamda wan ni’mata laka wal mulka laa syariika laka.”

Artinya : “Aku setujui panggilan-Mu ya Allah. Aku penuhi izin-Mu ya Allah dan sekutu apapun bagi-Mu. Sesungguhnya puji, nikmat, dan kekuasaan hanya bagi-Mu tanpa sekutu bagi-Mu ” tahun kemudian.

Klik dibawah ini sambungannya ;

Persiapan Fisik Menjelang Umrah (Bag 2) Oleh: Yuharzi Yunus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *