Pariwisata

Kawasan Mandeh, Pesona Wisata yang Menakjubkan di Pesisir Selatan

Oleh Enjelika Saputri dan Anesa Putri

(Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas Tahun 2020).

Mendengar kata “mandeh”, apalagi jika yang mendengar itu adalah orang Minang, maka yang terlintas dalam fikirannya untuk pertama kali adalah sosok seorang ibu. Karena dalam bahasa minang kata “mandeh’ atau “mande” berarti panggilan untuk seorang ibu.

Sekarang “mandeh” bukan hanya sebatas sebutan untuk seorang ibu lagi, karena di Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Pesisir Selatan ada sebuah nagari yang bernama Nagari Mandeh.

Jika menyebut kata “mandeh” akhir-akhir ini maka pikiran kita akan tertuju pada Nagari Mandeh, yang terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan di Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

Pesisir Selatan merupakan kabupaten yang memiliki banyak panorama indah, terutama pantai.

Dulu nama Nagari Mandeh tidak begitu dikenal oleh orang, maklum saja sampai dengan tahun 2014 Nagari Mandeh hanyalah sebuah nagari terpencil yang terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan. Jalan darat sudah ada, namun masih berupa jalan tanah yang dipenuhi oleh semak dan rumput liar. Untuk menuju Nagari Mandeh orang lebih banyak menggunakan jalur laut dengan menaiki perahu yang biasa disebut oleh masyarakat sekitar dengan sebutan bot.

Pesona Kawasan Teluk Mandeh

Di sepanjang Kawasan Mandeh terdapat pulau-pulau kecil maupun sedang yang melingkar seolah berbentuk formasi yang seperti pelindung untuk Mandeh. Pulau-pulau itu bernama Pulau Setan, Pulau Sironjong Ketek dan Sironjong Besar dan juga ada Pulau Cubadak, Pulau Cubadak ini dikontrak oleh orang asing dan mereka mendirikan penginapan khusus untuk tamu-tamu mereka (orang-orang asing juga).

Berkat adanya pulau-pulau ini yang menutupi Mandeh dari laut lepas, sehingga laut Mandeh tidak terlalu berombak, paling hanya ketika cuaca sedang hujan dan angin kencang saja, itupun hanya ombak-ombak kecil. Namun ketika panas atau kemarau akan terlihat seperti danau yang airnya begitu tenang.

Pemandangan di laut Mandeh sangat indah, dilengkapi dengan pemandangan air laut yang berwarna biru dan menenangkan bagi mata yang melihatnya.

Mahasiswa KKN Tematik Unand Enjelika dan Anesa bersama pedagang di Kawasan Mandeh

Ketertinggalan dan sebutan daerah terpencil untuk Nagari Mandeh berubah setelah tahun 2015. Pada tahun 2015 stasiun televisi Transtv datang ke Mandeh dengan membawa acara My Trip My Adventure. Dalam acara My Trip My Adventure waktu itu semua keindahan laut Mandeh disorot, mulai dari pemandangan pulau-pulau, air terjun yang bermuara langsung ke laut, hingga keindahan karang bawah air sampai pada penyelaman di titik tenggelamnya bangkai kapal milik Belanda yang bernama MV Boelengan Nederland sebagai bukti dari sejarah kedatangan Belanda di Sumatera Barat. Kapal itu tenggelam karena dibom oleh Jepang pada tahun 1942.

Setelah acara My Trip My Adventure itu tayang di televisi, semenjak itu pula nama Mandeh semakin melambung. Semenjak itu diberilah nama Kawasan Wisata Mandeh, yang setiap hari selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan.

Sebelum jalan Mandeh selesai dibangun, maka wisata lebih banyak dihabiskan di air dengan mengelilingi pulau-pulau, berenang di laut, memainkan wahana permainan air. Namun setelah jalan Mandeh selesai dibangun pada tahun 2019 maka sekarang menikmati wisata Mandeh juga bisa dilakukan dari darat dengan menikmati pemandangan gugusan pulau-pulau yang indah.

Homestay dan Penginapan di Teluk Mandeh

Terhitung sejak tahun 2015 hingga kini tahun 2020, kawasan wisata Mandeh menjadi salah satu destinasi andalan di Pesisir Selatan terlebih sejak jalan raya Teluk Kabung-Mandeh selesai dibangun pada tahun 2019. Banyak orang yang memilih alternatif dari Padang menuju Painan atau sebaliknya, karena jalan ini tidak macet dan juga disuguhi pemandangan laut di sepanjang perjalanan membuat sejuk mata yang melihat.

Kawasan Wisata Mandeh adalah sebutan yang diberikan untuk tempat yang indah ini. Banyak yang memberi julukan dengan sebutan “Raja Ampat”-nya Sumatera Barat. Karena memang mirip dengan Raja Ampat yang ada di Papua, yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil dan memiliki air yang tenang. Membuat mata betah berlama-lama berada disini.

Sesuai namanya Mandeh, adalah ibu membuat siapapun nyaman dalam pangkuannya dan juga memberi ketenangan. Banyak wisatawan yang datang karena beralasan bahwa Mandeh merupakan tempat yang cocok untuk melepas penat.

Masyarakat menjadi canggung setelah Kawasan Wisata Mandeh ditutup untuk sementara, psda waktu pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Canggung dikarenakan biasanya di Mandeh sangat ramai kendaraan yang mondar-mandir ataupun yang datang untuk berwisata bersama keluarga mereka.

Namun sekarang semuanya terasa sepi, tak ada lagi kendaraan yang mondar-mandir. Tidak ada lagi keramaian pengunjung yang singgah untuk berwisata. Kawasan Mandeh menjadi sepi, seakan seperti tak ada yang peduli lagi untuk melihat keelokan pesonanya.

Enjelika dan Anesa bersama pedagang kecil di Kawasan Mandeh

Pedagang kecil yang banyak di Kawasan Mandeh ini mengatakan, bahwa pada masa pandemi virus corona ini penghasilannya menurun. Biasanya ia bisa memperoleh transaksi sekitar Rp500.000 perhari, namun pada masa pandemi ini hanya bisa memperoleh sekitar Rp150.000 perharinya.

Dalam wawancara mahasiswa KKN Tematik Unand dengan beberapa orang pedagang di Kawasan Wisata Mandeh seperti Yuslaini, Leoni Febrida dan Imis, mengakui penurunan transaksi pedagang sejak pandemi Covid-19 datang melanda.

Biasanya transaksi Rp300 ribu hingga Rp500 ribu itu sudah biasa, bahkan lebih banyak dari itu juga sering dirasakan oleh pedagang di Kawasan Mandeh.

Namun karena dampak corona ini, dan Kawasan Mandeh ditutup, maka pedagang hanya bisa memperoleh transaksi Rp50.000 hingga Rp150.000 perharinya. Itu pun sangat susah.

Banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 ini membuat masyarakat kecil di Kawasan Mandeh menjerit, karena mereka tidak bisa lagi memperoleh pendapatan seperti hari biasa seperti saat Kawasan Wisata Mandeh masih ramai pengunjung.

Masyarakat sangat berharap wabah pandemi Covid-19 ini segera berakhir dan kehidupan dapat berjalan kembali normal.

Kawasan Wisata Mandeh hendaknya dapat ramai kembali oleh kunjungan wisatawan, tentunya dengan protokol kesehatan. Sehingga kehidupan perekonomian masyarakat di Kawasan Mandeh dapat bangkit kembali. Insya Allah.

*) Enjelika Saputri dan Anesa Putri adalah Mahasiswa KKN Tematik Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas Tahun 2020, di Nagari Mandeh, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan. Dosen Pembimbing Lapangan adalah Dr.Khanizar, M.Si.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *