Artikel

Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Era Revolusi Industri 4.0

Oleh: Mistra Jamil *)

Orang tua merupakan satu hal terpenting dalam pendidikan anak karena anak dibesarkan dan dibimbing oleh orang tua. Berdasarkan fakta di lapangan yang kami temui menyatakan bahwa orang tua pada era generasi milenial memilih untuk membebaskan anak-anak mereka dalam menentukan tujuan mereka. Peran orang tua dalam mendidik anak tersebut hanya mengarahkan atau membimbing anak apabila anak kesulitan untuk mencapai tujuannya. Pemilihan cara mendidik ini didasarkan pada perkembangan teknologi yang sudah canggih, orang tua merasa bahwa anak sudah lebih mahir dalam mencari berbagai informasi sendiri sehingga orang tua berperan untuk mengarahkan anak agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif.

Cara mendidik orang tua yang membebaskan anak untuk menentukan pilihannya sendiri cenderung yang diharapkan oleh anak-anak generasi milenial karena mereka berpendapat bahwa anak harus diberi kebebasan dalam menentukan pilihan. Orang tua mendukung dan memberi motivasi selama pilihan serta tujuannya positif. Namun, cara mendidik ini memiliki kekhawatiran dan tantangan tersendiri bagi orang tua dalam mengarahkan anak untuk menggunakan alat-alat elektronik seperti gawai. Gawai memiliki fungsi yang sangat luas sehingga anak dapat mendapat informasi yang tak terbatas, baik informasi yang positif maupun informasi yang negatif. Fungsi gawai yang sangat luas ini harus mendapatkan kontrol dari orang tua supaya anak tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif.

Kontrol yang dilakukan orang tua termasuk salah satu metode dalam pendidikan keluarga untuk menanamkan nilai-nilai, norma, dan mengawasi anak sehingga lebih terarah. Fungsi pendidikan dalam keluarga yaitu keluarga diajak untuk mengkondisikan kehidupan keluarga sebagai “instusi” pendidikan, sehingga terdapat proses saling berinteraksi antara anggota keluarga. Orang tua melakukan kegiatan melalui bimbingan dan pendampingan, serta teladan nyata untuk mengontrol pola pergaulan. Orang tua saat ini menerapkan peraturan-peraturan dalam penggunaan gawai guna mempertahankan norma norma keluarga dan komunikasi antar anggota keluarga. Peraturan seperti tidak menggunakan gawai pada kondisi tertentu misalnya ketika sedang makan bersama, berkumpul bersama keluarga, dan tidak menggunakan gawai hingga larut malam.

Berdasarkan sudut pandang anak, peraturan tersebut sudah sewajarnya diterapkan karena mereka merasa bahwa gawai juga memiliki dampak negatif. Salah satu anak yang kami temui mengatakan bahwa dia sekarang menjadi jarang berolah raga, jarang berkunjung ke rumah teman, dan jarang melakukan aktivitas-aktivitas yang menghasilkan keringat banyak. Kurang berolahraga dapat menyebabkan anak menjadi tidak sehat, memainkan gawai dirasa lebih menyenangkan dibandingkan harus berolah raga. Anak tersebut mengaku lebih suka menggunakan gawai untuk memainkan game sehingga orang tua memberikan peraturan kepadanya agar tidak terlalu sering menggunakan gawai. Salah satu otang tua juga membatasi pemakaian gawai dalam penggunaan youtube agar tidak berlebihan. Namun, gawai juga memiliki banyak manfaat dalam pembelajaran anak terutama di sekolah.

Anak belajar dengan menggunakan gawai untuk mendapatkan informasi-informasi yang tidak anak dapatkan dari buku. Orang tua membiarkan anaknya untuk menggunakan gawai ketika belajar dengan syarat kalau anak memang sudah tidak mengetahui cara mengerjakannya dan tidak menemukannya di buku. Peran orang tua selain dalam mengatur tentang penggunaan gawai, orang tua juga menanamkan nilai-nilai agama agar anak menjadi umat beragama yang baik. Penanaman nilai-nilai agama ini lebih efektif ketika orang tua juga memberikan contoh langsung misalnya dalam beribadah sholat subuh orang tua mengaktifkan alarm pukul 5 pagi, pada saat alarm berbunyi pukul 5 pagi orang tua bangun dan mengajak anak untuk mandi serta sholat subuh.Tidak hanya nilai-nilai agama yang diberikan orang tua kepada anaknya, tetapi nilai moral juga diberikan untuk membuat anak dapat menghadapi lingkungan disekitarnya.

Semua usaha tersebut dilakukan orang tua supaya anaknya dapat menjadi anak yang baik, bias membedakan hal baik maupun buruk, dan bertanggungjawab dengan pilihannya. Keinginan tersebut yang membuat orang tua merasa bahwa pendidikan keluarga sangatlah penting. Mereka memilih untuk membebaskan anak dalam memilih tujuan hidup, tetapi juga membimbing anak agar tidak salah arah serta memberi motivasi anak hingga mencapai tujuan tersebut.

Orang tua adalah sebagai madrasah utama yang diharapkan mampu memberikan bekal pertama yang bersifat alamiah dalam usaha mempersiapkan generasi milenial. Orang tua mempersiapkan anak untuk menjalani tingkatan-tingkatan perkembangannya sebagai bekal ketika memasuki tantangan di era Revolusi Industri 4.0. Pendidikan orang tua memiliki urgensi yang sangat penting dalam mempersiapkan nilai-nilai positif bagi tumbuh kembang anak sebagai fondasi pendidikan selanjutnya. Keluarga diharapkan selalu berusaha menyediakan kebutuhan, baik biologis maupun psikologis bagi anak, serta merawat dan mendidiknya. Keluarga diharapkan mampu menghasilkan anak-anak yang dapat tumbuh menjadi pribadi yang unggul, serta mampu hidup di tengah-tengah masyarakat sekaligus dapat menerima dan mewarisi nilainilai kehidupan dan kebudayaan.

Keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki fungsi yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, sosial, sikap keagamaan anak. Pada dasarnya, manusia mempunyai potensi yang positif untuk berkembang namun realisasi dari potensi itu sangat ditentukan oleh pendidikan dalam keluarga khususnya dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri generasi empat tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milineal. Tantangan yang terdekat berasal dari anggota keluarga khususnya orang tua. Banyak orang tua yang kurang mengetahui dan memahami bagaimana cara mendidik anak. Keadaan ini semakin kompleks dengan fakta yang menyebutkan bahwa di era ini memasuki Revolusi Industri 4.0. Dengan adanya Revolusi Industri 4.0 menandakan adanya pengaruh globalisasi saat ini diantaranya semakin mudahnya masyarakat mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang begitu pesat. Hal Ini membawa pengaruh positif maupun pengaruh negatif khususnya dalam ranah pendidikan keluarga.

Pengaruh positif adanya Revolusi Industri 4.0 terhadap pendidikan keluarga menyebabkan adanya pergeseran nilai dan sikap anggota keluarga yang semula irasional menjadi rasional sedangkan pengaruh negative adanya Revolusi Industri 4.0 terhadap pendidikan keluarga adalah anggota keluarga merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktifitas, dimana kadang mereka lupa bahwa mereka adalah mahluk social yang perlu berinteraksi dengan sesamanya, sehingga intensitas interaksi antar anggota keluarga berkurang. Pengaruh negatif tersebut berdampak signifikan terhadap peran orang tua khususnya dalam melakukan controlling terhadap anaknya.

Peran pendidikan keluarga di era Revolusi Industri 4.0 diantaranya mengarahkan anak-anaknya agar mampu menghadapi banyaknya tuntutan serta menanamkan nilai dan sikap pada anak. Nilai dan sikap yang ditanamkan pada anak tercermin dalam sikap serta perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Adanya penanaman nilai dan moral diharapkan anak mampu terbiasa dengan sifat-sifat yang baik seperti sifat jujur, ikhlas, adil dan selalu menerapkan nilai-nilai ibadah.

Salah satu cara untuk dapat menanamkan nilai dan sikap pada anak adalah mendorong anak untuk memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills). HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Ketika anak mempunyai kemampuan berfikir tingkat tinggi, diharapkan anak dapat bersaing dengan kompetitif dan menciptakan inovasi serta kreativitas yang dimiliki untuk memecahkan masalah masalah yang ada di lingkungan.

Misra Jamil *) adalah Mahasiswa Pascasarjana UNAND/ Peneliti Komunikasi Keluarga di Era Revolusi Industri 4.0

Catatan; Isi artikel menjadi tanggungjawab penulisnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *