.

Mau Tahu Dimana Proklamasi RI Dibacakan Pertama di Sumatera?

Padang Panjang, PilarbangsaNews

Mau tahu dimana naskah Proklamasi RI dibacakan pertama kali di Sumatera Tengah atau tepatnya di Pulau Sumatera? Rupanya Mhd Sjafei membacakan pada tanggal 19 Agustus 1945 di Padang Panjang, Sumatera Barat. Sebuah rumah yang ditempati dokter Rasyidin. Listriknya pun sampai sekarang masih atas nama dokter itu.

Awalnya, Jumat, 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi, Soekarno dengan didampingi Muhammad Hatta membacakan teks proklamasi di Jl. Pegangsaan Timur, Jakarta. Indonesia Merdeka.

Kabar gembira itu kemudian dikirim ke seluruh wilayah nusantara, ada yang melalui radio ada pula melalui telegram. Sumatera yang waktu itu masih terisolasi, baru menerima kabar tersebut habis berbuka puasa di Bukittinggi.

“Kabar itu diterima seseorang di Bukittinggi melalui telegram. Menggigil lututnya saat menerima kabar gembira itu,” kata Khairul Jasmi, pemerhati sejarah asal Supayang, Tanah Datar.

Kabar itu pun kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Sumatera Tengah, termasuk kota kecil Padang Panjang. Dua hari kemudian, tepatnya 19 Agustus, salah seorang pejuang M. Sjafei membacakan proklamasi di rumah dr. Rasyidin.

Sjafei antara percaya dan tidak, pada awalnya. Akhirnya ia yakin. Dibuatlah pertemuan di Padang Panjang. Tokoh ini membacakan teks Proklamasi. Pertama di Sumatera Tengah, bahkan mungkin di Sumatera.

Seperti dilaporkan oleh portal topsatu.com yang dikutip PilarbangsaNews, awak media mencoba menelusuri dimana persisnya rumah dr. Rasyidin tersebut. Dari berbagai informasi yang dikumpulkan, rumah tersebut berada di pinggir Jalan Soekarno-Hatta, Bukit Surungan Padang Panjang.

Awalnya ada yang menyebut rumah tersebut dulunya berada di lokasi Ruko Fajar Harapan (seberang Masjid Jihadu Walidaina) saat ini, ada pula yang menyebut berada di lokasi eks Radio Dian Erata. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata rumah tersebut berada di samping Ruko Fajar Harapan.

“Benar sekali, dr. Rasyidin pernah tinggal di rumah ini. Di rumah ini ia juga buka praktik dokter. Ini rumah nenek saya (Siti Fatimah), dr. Rasyidin dulunya ngontrak bersama keluarga,” kata Syahdanur, cucu si pemilik rumah.

Ia menuturkan, rumah yang dikontrak dr. Rasyidin itu dulunya hanya sebuah paviliun. Dan hingga kini paviliun itu masih ada. Hanya saja, rumah itu sudah banyak perubahan. Tahun 1970 paviliun itu diperbesar menjadi rumah sebagaimana terlihat saat ini.

Uniknya, hingga saat ini rekening listrik rumah tersebut masih atas nama dr. Rasyidin. “Saat ngontrak di paviliun tersebut, dr. Rasyidin yang memasukan listrik. Dan sampai sekarang rekeningnya masih atas nama beliau,” ujar Syahdanur.

Terkait informasi di halaman rumah tersebut dulunya dibacakan teks proklamasi untuk pertamakalinya di Sumatera Tengah, Syahdanur mengaku tidak mengetahuinya. “Saya mendengar informasi itu pertamakali justru dari pemberitaan media,” jawabnya.

Di rumah dengan nomor 11 tersebut kini tinggal ibunda dari Syahdanur, Nursyam. Wanita berumur 90 tahun itu tinggal dengan kerabatnya. Paviliun yang dulunya tempat tinggal dr. Rasyidin hingga kini masih terawat cukup baik. (tops/gk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *