.

SIAPA PEMENANG PILKADA SUMBAR 2020?

Oleh : Anton Permana Datuak Hitam

Ada empat pasangan fixed yang masuk “pedok” KPUD Sumbar. Tak jauh dari hasil analisa tulisan saya terdahulu (Menyigi Pilkada Sumbar), pasangan kandidat yang jadi tak lebih dari tiga poros yaitu ; poros politisi (kader partai), kepala daerah (profesional), dan tokoh dan pejabat nasional.

Ke-empat pasang ini tentu sudah melalui prosesi yang panjang dan melelahkan agar dapat tiket B1-KWK untuk dapat mendaftar di KPUD Sumbar. Dan semuanya fixed usungan dari partai politik “no independent”.

Berbagai tulisan saya lihat berseliweran di media massa tentang analisis dan tanggapan terhadap empat pasang putera-putera terbaik Sumbar ini. Ada yang tulisan ilmiah, tulisan pesanan, dan ada juga tulisan agitasi bermuatan politik tertentu dari kandidat walaupun dibungkus seolah ilmiah. Tapi itulah dinamika dan semaraknya Pilkada di ranah Minangkabau ini. Sah-sah saja.

Untuk itulah saya “tergerak” juga untuk menyumbangkan pikiran dan analisa saya tentang peluang para masing kandidat ini. Namun jujur saya katakan, Pilkada hari ini adalah Pilkada paling ketat, paling boneh, paling tageh, dan paling seru dibandingkan Pilkada Sumbar sebelumnya yang mudah ditebak sejak awal. Dan jujur saya katakan, Pilkada hari ini saya seolah “buta” untuk melihat siapa yang akan menang nantinya.

Namun setidaknya, tulisan ini dapat mengupas sedikit sebagai perimbangan dari berbagai tulisan partisan lainnya. Karena menurut saya empat pasang kandidat ini sama-sama punya peluang dan tantangan yang hampir sama. Berikut analisanya.

Pasangan Mulyadi – Ali Mukhni

Untuk wilayah Sumbar 2, sebagai anggota DPR RI tiga periode dari partai Demokrat nama Mulyadi tentu tidak asing lagi. Ditambah beliau adalah yang mendapatkan suara terbanyak perolehan suara seluruh Caleg DPR RI Dapil Sumbar 1 dan 2.

Berpasangan dengan Ali Mukhni Bupati Padang Pariaman dua periode juga bagaikan suplemen besar buat Mulyadi. Karena suara “urang piaman laweh” ini terkenal kompak dan solid di mana-mana di bawah bendera PKDP.

Namun tantangan terbaru pasangan ini adalah dengan blundernya ucapan Puan Maharani yang menyinggung perasaan masyarakat Minangkabau kemaren cukup memberikan “tamparan keras” bagi kemungkinan elektabilitas pasangan ini. Kita tidak tahu seberapa efektif pengembalian dukungan kepada PDIP oleh pasangan ini dalam mengcounter blunder isu tersebut.

Kesimpulannya ; Pasangan Mulyadi-Ali Mukhni punya keunggulan modal deposit elektabilitas di area Sumbar 2, punya akses dukungan dari rang pariaman, dan Mulyadi sejak awal sudah punya modal elektabilitas yang cukup besar.

Cuma tantangan bagi pasangan ini adalah, mampu tidak meredam blunder statemen Puan kemaren, sambil memperluas daya jangkau di area Sumbar 1 yang masih rentan, dan memperkuat pagar kantong suara (Agam-Pariaman) yang rentan beririsan dengan pasangan Fakhrizal-Genius Umar.

Pasangan Nasrul Abit – Indra Catri

Sebagai wakil gubernur dan juga dari usungan partai Gerindra sebagai partai pemenang di Sumbar. Posisi Nasrul Abit sedikit diuntungkan. Apalagi sesama kita ketahui, Gerindra dengan sosok Prabowonya menang telak di Sumbar yang mengakibatkan suara Gerindra membuncah ruah di ranah Minangkabau ini.

Ditambah berpasangan dengan Indra Catri Bupati Agam seakan saling melengkapi antara basis suara Sumbar 1 dan Sumbar 2 kalau kita berbicara peta demografis dapil. Sebagai Bupati dengan DPT terbesar nomor dua setelah kota Padang, Indra Catri yang juga alumni ITB dan IPDN ini jitu menutupi celah kekosongan Nasrul Abit.

Namun tantangannya adalah ; dengan status tersangkanya Indra Catri akan menjadi batu sandungan yang bisa digoreng oleh lawan politik. Tantangan selanjutnya adalah ; bergesernya Prabowo ke dalam kubu pemerintah juga memberikan “shock” bagi elektabilitas Nasrul Abit dan wajah Gerindranya.

Kesimpulannya ; Pasangan NA-IC ini punya kans besar dengan memanfaatkan gerbong partai pemenang di Sumbar, sama-sama masih menjabat, dan tentu sebagai partai pendukung pemerintah punya “tools” pemenangan non-teknis yang sulit diukur. Ditambah ada sosok Prabowo di dalamnya.

Tantangannya kedepan adalah, seberapa pengaruh degradasi suara masyarakat Minang setelah pergeseran Prabowo menjadi bahagian pemerintahan Jokowi. Karena hal ini di satu sisi juga memantik kekecewaan masyarakat Minangkabau. Selanjutnya berbagai macam masalah pelaporan kasus pidana juga membayangi duet pasangan kandidat ini. Jadi memang perlu treatmeant khusus untuk menetralisir ini semua agar tidak jadi faktor celah kebocoran elektabilitas di tengah perjalanan menjelang pencoblosan.

Pasangan Mahyeldi – Audi

Menjabat sebagai Walikota Padang ibu kota Sumatera Barat dengan DPT terbesar, adalah berkah tersendiri bagi pasangan ini. Apalagi Mahyeldi dengan prestasinya menata pinggiran Taplau pantai kota Padang yang monumental menjadi “trade mark” tersendiri bagi beliau.

Ditambah dengan keberanian PKS memasangkan “Buya” (panggilan akrab) Mahyeldi dengan Audi juga spekulasi besar. Antara strategi meraup suara milenialls (karena Audi pasangan usia termuda 39 tahun), dengan beban elektabilitas yang masih minim dari Audi karena pendatang baru.

Tantangan pasangan ini adalah sebagai kelanjutan dari pemerintahan sebelumnya dari Irwan Prayitno sesama dari PKS tentu juga punya dampak positif negatifnya. Dampak positif, Mahyeldi otomatis sudah punya “tools” pemenangan dari barisan dan jaringan PKS yang terkenal militan. Dampak negatifnya adalah lahirnya sentimen kuat dari para lawan politik untuk memutus mata rantai kekuasaan PKS di Pilkada Sumbar. Dendam politik dari para lawan Politik PKS akan berjibaku bagaimana mengalahkan pasangan ini.

Kesimpulannya ; Sebagai penguasa ibu kota (Padang dengan DPT terbesar) Sumatera Barat, dan juga punya basis suara PKS yang militan, serta popularitas cukup tinggi atas prestasi penataan pantai Padang yang mendunia, Buya Mahyeldi juga tak bisa dianggap remeh. Ditambah mesin politik PKS yang terbiasa bergerak sistematis.

Hanya tantangannya adalah, sosok Audi bisa jadi senjata tapi juga bisa jadi beban. Jadi senjata kalau bisa memanfaatkan lumbung suara Sumbar 1 dimana Audi satu-satunya kandidat dari area ini (Dharmasraya-Solok-Sijunjung-Sawahlunto). Ditambah sebagai representasi kaum milenialls yang hampir 40 persen dari jumlah pemilih.

Sedangkan kemungkinan untuk jadi beban adalah kalau Audi ini “pasif” dan terkait isu keluarga Dempo yang digoreng lawan politik cukup menjadi sandungan ke depan kalau tidak dinetralisir. Ibaratnya sekarang Buya Mahyeldi “makan ban sebelah” kalau kita ibaratkan dengan kendaraan roda empat.

Pasangan Fachrizal – Genius Umar

Tiba-tiba muncul di “last minute”, setelah kandas maju dari jalur independent, cukup mengejutkan jagad politik Sumbar. Itulah yang terjadi pada duet mantan Kapolda Sumbar Fachrizal dan Walikota Pariaman Genius Umar ini.

Sebagai mantan Kapolda yang menjabat cukup lama dan juga kaya dengan segala prestasi selama menjabat, tentu mempunyai arti penting bagi pasangan ini. Setidaknya para keluarga polisi sudah pasti akan mendukung Kapolda yang terkenal humanis ini. Dan kita tahu saat ini, peran fungsi Polri dalam masyarakat juga sudah sangat kuat melalui Babinkamtibmas. Jiwa korsa ini pasti akan berpengaruh kepada mantan komandannya. Meskipun Polri harus netral.

Begitu juga dengan Genius Umar selain basicnya sebagai Walikota juga sebagai orang Pariaman yang juga terkenal kompak dan solid dimananpun berada.

Tantangan pasangan ini ada pada bagaimana mengefektifkan infrastruktur pemenangan semaksimal mungkin, karena berhadapan dengan para kandidat yang secara jam terbang dalam Pilkada sudah terlatih berpengalaman. Namun sebagai Jendral Polisi yang berpasangan dengan seorang Doktor yang juga Walikota, tentu pasangan ini sudah menyiapkan langkah strategi baik teknis dan non teknis.

Kesimpulannya ; Masuk di last minute bukan berarti ketinggalan. Tetapi justru akan memberi warna berbeda dan merubah peta demografis irisan basis pemilih. Sebagai mantan komandan tertinggi polisi di Sumbar, tentu Fakhrizal sudah punya data dan tahu seluk beluk Sumbar. Apalagi Gubernur pertama di Sumbar itu secara sejarah pernah dijabat oleh seorang Polisi yaitu Brigjend Pol Kaharuddin. Apakah sejarah akan bisa berulang ? Siapa yang tahu.

Ditambah, sosok Genius Umar sebagai pamong dan birokrat tulen juga akan memberikan tambahan energi besar bagi pasangan ini.

Tantangannya adalah ; pasangan ini harus mampu mengimbangi bahkan harus lebih dari kandidat pesaing yang rata-rata sudah berpengalaman bermain dalam skop luas Sumatera Barat dalam ajang politik praktis.

Demikian sekilas kulit-kulit dari dari sosok para pasangan kandidat Pilkada Sumbar. Yang begitu ketat dan menurut saya hampir mempunyai peluang yang sama.

Dengan hadirnya pasangan Fachrizal-Genius Umar di last minute juga cukup mengguncang khususnya kepada pasangan Mulyadi-Ali. Karena irisan basis masanya langsung beririsan.

Siapa yang akan menang ?? Semuanya sudah ada di dalam lauh mahfuzh catatan Allah. Sebagai manusia kita hanya bisa ikhtiar dan berdo’a mana yang akan menjadi terbaik. Dan saya yakin, masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang logis, kritis, dan cerdas. Tidak mudah untuk “menaklukkan” pilihan orang Minang. Butuh strategi khusus, jeli membaca, pandai mencari “cara” mengambil hati orang Minangkabau.

Sekarang tinggal bagaimana masing-masing kandidat menerapkan strategi yang jitu (karena Pilkada fase covid19 ini sedikit berbeda), tim yang solid, kejelian berkolaborasi dengan Pilkada tingkat kab/kota yang juga sedang berlangsung, kemampuan finansial, serta trigger isu dan siapa yang menang dalam perang opini di tengah masyarakat.

Tapi yang jelas juga, saya yakin 70 persen masyarakat Sumbar sudah ada pilihan. Tinggal merebutkan sisa 30 persen lagi. Apakah itu suara berbasis irisan ideologi, basis daerah, profesi, hingga tawaran visi dan misi mana yang paling diterima masyarakat untuk kalangan elitnya.

Harus saya akui sekali lagi. Pilkada Sumbar hari ini sangat kompetitif dan semuanya berbobot. Semuanya adalah memang yang terbaik. Jadi siapapun yang akan jadi Gubernur dan Wakil Gubernur nantinya, insyaAllah memang yang terbaik dari rahim ranah Minangkabau untuk kita semua. Aamminnn.

Batam, 11 Agustus 2020

*) Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *