.

Festival Ekraf 2020 Dibuka Secara Resmi di Tepi Batang Agam

Payakumbuh, PilarbangsaNews

Setelah digelar selama 7 hari, Pasar Ekonomi Kreatif (Ekraf) 2020 yang digelar di Kawasan Batang Agam, Agam Jua Art and Culture Cafe, Kota Payakumbuh, baru bisa dibuka secara resmi pada Sabtu (21/11) sore.

Dalam pembukaan secara resmi yang ditandai pemukulan tambua oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar Novrial bersama Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Supardi, Wali Kota diwakili Staf Ahli Herlina dan Dandim 0306/50 Kota diwakili Danramil Mayor Inf. T Barus, dan Ketua Pelaksana Deni Rianto alias Deni Rao. Serta disaksikan oleh beberapa orang perwakilan Ketua KAN dan Bundo Kanduang yang ada se Kota Payakumbuh.

Kegiatan yang didanai APBD Provinsi Sumbar ini diselenggarakan dengan protokol kesehatan ketat. Dalam pembukaan acara itu saja orang-orang menonton secara daring melalui akun media sosial influencer. Kemudian untuk pengunjung di lokasi acara dibatasi hanya 150 orang saja, bila berlebih maka harus menunggu dulu di luar pagar. Mereka wajib menggunakan masker agar diperbolehkan panitia untuk masuk.

Dari pantauan media, bahkan filter mikrofon yang diganti setiap ganti pembicara, karena panitia pelaksana dari Masyarakat Peduli Seni dan Budaya (MPSB) Kota Payakumbuh berusaha semaksimal mungkin kegiatan ini berjalan sesuai pedoman Perda Nomor 6 Tahun 2020 tentang Adaptasi Kebiasaan Baru.

Dalam sambutannya, Herlina memaparkan kalau ekonomi kreatif (ekraf) merupakan bagian program percepatan terwujudnya industri pariwisata di berbagai sektor, dimana inovasi tidak harus berupa teknologi, namun teknik berfikir kreatif meski kecil dan sederhana, sehingga memiliki imbas kepada peningkatan ekonomi.

“Pelaku ekonomi kreatif harus bisa mengembangkan sayapnya bekerjasama dengan stakeholder, mengubah kreatifitas menjadi inovasi. Kita sampaikan terima kasih kepada Pemprov yang telah memilih Payakumbuh sebagai salah satu lokasi penyelenggaraan Ekraf 2020. Kegiatan ini besar manfaatnya bagi masyarakat dan pelaku usaha ekonomi kreatif,” papar Herlina.

Herlina juga menambahkan kalau inovasi, produk, metode, dan proses pengembangan pelaku Ekraf dapat dilihat dari pelaku usaha muda yang sudah bermunculan di Payakumbuh.

Hal lainnya yang dipesankan Wali Kota Riza Falepi adalah agar seni budaya yang menampilkan anak-anak muda seperti gamad dan pertunjukan seni tradisi lainnya seperti randai, tari-tarian, dan musik minangkabau itu dapat menggaet perhatian wisatawan dari luar melalui influencer yang mempromosikannya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat Novrial menyebut pada 1 Juni 2020 lalu, memasuki tatanan new normal, gubernur mengatakan Sumbar tak bisa diselimuti duka dengan terus memikirkan Covid-19, tetapi harus pulihkan ekonomi di bidang kepariwisataan. Dinas pariwisata diperintahkan melakukan langkah aktifasi dengan kegiatan berbentuk pasar ekonomi kreatif (Ekraf).

“Sedianya kita menggelar secara konvensional, namun karena masih adanya pandemi Covid-19, kita mengubahnya menjadi kegiatan-kegiatan kecil Pasar Ekraf di beberapa Kota/kabupaten hingga sampai akhir tahun,” kata Novrial.

Kenapa Payakumbuh? Novrial menyebut sebagai pintu masuk wisatawan nusantara dari Provinsi Riau, orang akan melewati dan singgah ke Payakumbuh, meski singgah di Kabupaten Limapuluh Kota sebentar, namun wilayah servicenya adalah Payakumbuh untuk di Sumbar.

“Aasan lainnya adalah pelaku seni Payakumbuh dan Limapuluh Kota jumlahnya relatif banyak dibanding kota/kabupaten lain. Terakhir sebagai kota yang terkenal dengan kuliner siang-malamnya, suatu pikiran oleh Pemprov kalau brandingnya banyak dan bisa berubah dari galamai, batiah, menjadi randang seperti saat ini,” ujarnya.

Ditambahkannya, kegiatan serupa juga sudah digelar di Aua Sarumpun Tanah Datar, Marandang di Jembatan Ratapan Ibu, Festival Gandang Tambua dan Buluah Anau di Agam, dan minggu lalu Festival Permainan Anak Nagari di Solok Selatan.

Dijelaskan Novrial, kalau dalam pariwisata, ini namanya posisi branding position. Bagaimana membantu pelaku ekonomi kreatif tampil walaupun tak ditonton banyak orang secara langsung, diubah menjadi penampilan virtual.

“Festival Marandang di Jembatan Ratapan Ibu waktu itu saja mencapai rekor tayangan live disiarkan youtuber dan influencer. Sekitar 300.000 orang menonton langsung pada saat itu, bisa dibayangkan kalau yang datang secara konvensional tentu kurang daripada itu. Dan yang celakanya kalau tidak disiarkan secara live lewat influencer tentu yang nonton kita-kita saja. Kalau ditonton via media sosial, jangkauannya lebih luas,” tukuknya.

Sementara itu, Ketua DPRD Provinsi Sumbar Supardi menyebut pertumbuhan ekonomi Sumbar merosot menjadi minus 4 persen dari target 5 persen karena transaksi jual beli terhenti karena pandemi Covid-19 yang membatasi aktifitas masyarakat.

“Bersama gubernur, dewan sepakat sesuai dengan aturan yang berlaku, menggiatkan kembali roda pertumbuhan ekonomi di sektor pariwisata. Kami sudah berkoordinasi dan meminta dinas pariwisata merancang bagaimana menumbuhkan perekonomian di tengah pandemi Covid-19,” ujarnya.

Supardi berharap anak-anak muda yang ikut dalam pelaku seni dan ekonomi kreatif dapat mengambil kesempatan untuk unjuk gigi dalam iven ini. Menurut Supardi, anak-anak muda yang mencintai budayanya sendiri diperlukan guna menjaga dan melestarikan apa yang menjadi jadi dirinya sebagai orang Minang. (wba).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *