.

Haji Eri Nazar, Dari Sopir Oplet, Tukang Hingga Jadi Toke Pakan Ayam

Payakumbuh, PilarbangsaNews

Sebuah masjid yang berukuran sedang, 16×16 meter berdiri megah diatas tanah seluas 3.500 m di lingkungan Padang Baru, Kelurahan Tiakar, Kecamatan Payakumbuh Timur. Ornamen dan arsitektur bangunan rumah Allah itu cukup mempesona mata memandangnya. Direncanakan hari Jum’at (2/4) mendatang masjid yang bernama Al Mubarok tersebut akan diresmikan oleh Wali Kota Payakumbuh Riza Falepi.

Siapa dibelakang keberadaan pembangunan masjid nan anggun tersebut? Orangnya tak lain adalah Haji Eri Nazar (49 tahun).

Sabtu (20/3) sore, wartawan PilarbangsaNews berkesempatan berbincang-bincang dengan ayah 5 orang anak ini di lokasi masjid Al Mubarok.

Eri Nazar merupakan si bungsu dari 8 bersaudara buah pernikahan Nurlaili-Ali Nazar. Kedua orangtua Eri Nazar yang berasal kampung Nan Kodok, Koto Nan Gadang, Kecamatan Payakumbuh Utara itu telah tiada.

“Kami berasal dari kekuarga miskin. Orangtuapun tak mampu menyekolahkan saya ke jenjang lebih tinggi. Saya hanya berpendidikan Sekolah Dasar,” ujar Eri Nazar mengenang kondisi perekonomian mendiang orangtuanya.

Tapi dirinya masih ingat sekali nasehat orang tuanya, dimana dikatakannya, kalau anak-anaknya memiliki rejeki dapatkanlah dari sumber yang halal, dan jangan lupa menolong sesama. “Hingga saat ini nasehat kedua orang tua itu, komit saya jalankan,” aku Eri.

Kehiduoan perekonomian Eri Nazar saat ini sudah cukup mapan. Ia punya usaha pengadaan makanan/pakan ternak ayam dengan merek usaha Garuda PS yang berlokasi di pinggir jalan raya Tiakar. Sumando rang Tiakar ini juga mempunyai 10 unit truk tronton.

Masjid yang dibangun Eri Nazar ini bisa menampung 200 orang jemaah dengan lahan parkir cukup luas. Pada bangunan masjid tersebut juga disediakan tempat belajar hafal quran. Tidak hanya sampai di situ, untuk garin dan imam masjid juga dibangun rumah tinggal dalam komplek masjid tersebut.

Berapa dana yang telah dikeluarkannya membangun mesjid? Haji Eri tidak menjawab secara detail. Hanya saja ia katakan, tanah seluas 3.500 m itu dibeli dan ditambah bangunan masjid telah menghabiskan dana tidak kurang dari Rp5 miliar.

Perjalanan kesuksesan yang diraih Eri Nazar ini tidaklah gampang. Prosesnya cukup panjang kalau diceritakan. “Tahun 1987 saya merantau ke Jakarta. Saya pernah 10 tahun menjadi sopir oplet di Tanggerang. Bos saya namanya Harianto, yang saat ini kita kenal sebagai pemilik PO Harianto yang jumlah busnya cukup banyak dengan trayek Jakarta ke kota-kota di pulau Jawa,” kenang Eri.

Selama jadi sopir, hidupnya pas-pasan. Tapi Eri mengaku banyak belajar dari filosofi berusaha bosnya itu. “Terus terang, yang menginspirasi saya untuk melakoni usaha ini, ya dari Pak Harianto,” sebut Eri Nazar.

Belum berhasil secara ekonomi di Jakarta, tahun 2009 dirinya pulang kampung ke Payakumbuh. Di kampung mencoba mencari peluang-peluang usaha.

“Pekerjaan yang pernah saya lakoni selama di kampung mulai dari bertukang hingga jualan ayam di Pasar Ibuh. Di Pasar Ibuh, teman-teman memanggil saya dengan nama Eri Sauak,” ujarnya sembari tertawa.

Prinsip dan filosofi hidup yang dipegang Eri Nazar adalah jangan menganggap remeh seseorang meski
tingkat sosial ekonominya rendah. Kemudian, santunilah orang yang tidak mampu. “Kalau tidak sepenuhnya bisa membantu orang yang susah, ya berapa kesanggupan,” pungkasnya.(wba).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *