Apa Kata Dunia, ke Padang Panjang Tak Mampir ke Om Ben_To
Padang Panjang, PilarbangsaNews
Tempatnya biasa saja, namun berada di posisi strategis. Perlintasan utama lalu lalang warga kota arah timur, tepatnya di Jalan KH. Ahmad Dahlan No. 81, Kelurahan Guguk Malintang. Tidak jauh dari perempatan Ponpes Serambi Mekkah, atau satu blok sebelum Arena Minimarket. Namanya Coffee Om Ben_To.
Tempatnya biasa saja. Pemiliknya, Suprianto yang akrab disapa Bento, menolak bila tempatnya ini disebut sebagai coffee shop yang kini banyak bermunculan di kota kecil Padang Panjang ini. “Ini angkringan,” katanya.
Konsepnya minimalis saja. Ada meja bartender, yang di baliknya, Bento sibuk meracik kopi pesanan pengunjung. Seperti minibar, pengunjung bisa melihat dengan jelas bagaimana Bento selaku barista meracik pesanan mereka.
Jika ingin bercengkerama dengan kolega, pilihan tempat duduk bisa di ambil ke sisi luar dari meja bartender. Ada dua-tiga meja plus kursi terjejer. Jika ingin lesehan, masuk ke dalam ruangan ruko yang menjadi bangunan utama tempat kedai kopi ini beroperasi. Tapi umumnya, pengunjung lebih nyaman nongkrong di bagian luar. Menikmati berbagai pilihan kopi, lalu ngalor ngidul bareng teman atau kenalan.
Banyak pilihan menu kopi di sini. Ada kopi hitam Gayo, berbagai moctail, espresso based, non coffee dan signature yang di antaranya adalah Dalang coffee susu. Bila ingin varian berbeda, pesanlah teh telur tapai. Oh ya, juga ada snack untuk dikunyah-kunyah. Atau bisa sambil makan berat dengan memesan mie Aceh Raja Pasee yang juga buka counter di situ.
Kendati sederhana, pengunjungnya hampir ramai tiap malam. Buka sejak siang menjelang sore, tempat ini baru rame saat malam. Berbagai kalangan berdatangan. Bahkan pejabat pun ngopi di sini. Dari Ketua DPRD Padang Panjang, Kapolres, Dandim 0307/TD, pejabat OPD, pernah dan sering ngopi di sini. Di sini pula tempat beberapa wartawan ngumpul. Sekadar maota atau tengah membikin berita.
Yang dijual di sini, bukan sekadar kopi, makanan atau minuman. Tapi keakraban. Datanglah kemari, maka kita menjadi bagian komunitas penikmat kopi di sini. Dari tak kenal, berkenalan, lalu akrab kemudian. Hasilnya, menjadi pelanggan dan berteman.
Persis seperti kutipan kata di display yang terpajang di minibar itu; “Barangkali Tuhan Menciptakan Kopi Supaya Kita Semua Bisa Berteman.” (nov)