.

Pemuda Kampung Adat Balai Kaliki Belajar Membuat Kerambit

Payakumbuh, PilarbangsaNews

Hari kedua, pelaksanaan kegiatan Silek Arts Festival (SAF) Tahun 2021 untuk Kota Payakumbuh berlangsung padat dengan kegiatan Workshop Kerambit. Workshop membuat Kerambit itu diikuti pemuda perkampungan Adat Balai Kaliki bertempat di Medan Nan Bapaneh Kelurahan Koto Kociak Kubu Tapak Rajo, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh, Sumbar, Minggu (29/8).

Sekretaris Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kota Payakumbuh Doni Saputra, S.Sos yang didaulat sebagai nara sumber memaparkan, saat ini banyak warisan leluhur yang hampir dilupakan. Salah satunya adalah Kerambit. Kerambit atau Karambit merupakan senjata tradisional Indonesia yang berasal dari Minangkabau, yang saat ini banyak diproduksi di negara Malaysia dan Filipina.

“Kerambit adalah sebuah pisau kecil berbentuk melengkung yang digunakan pendekar Minangkabau untuk melawan penjajahan yang dianggap sebuah senjata yang mematikan di dunia. Bentuknya kecil dan imut. Walaupun kecil dan imut, tetapi sangat berbahaya sebab bisa menyayat yang paling dalam dan merobek yang paling luas terhadap anggota tubuh lawan,” kata Doni dihadapan peserta.

Pada kegiatan SAF Tahun 2021 dari 6 kota/kabupaten yang digelar secara serentak di Sumatera Barat berlangsung dari 21 s/d 31 Agustus 2021 yaitu Kota Padang, Kota Solok, Kota Payakumbuh Kabupaten Sinjujung, Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman Barat. Untuk Kota Payakumbuh sengaja menampilkan agenda tersendiri yang khas. “Kita menampilkan Pameran Kurambit dan langsung pembuatan Kurambit di arena acara, dari menempa besi, membuat hulu/tangkai dan sarung Kurambit,” pungkas Doni.

Salah seorang peserta Muhammad Arif, pemuda Kampuang Adat Balai Kaliki, mengaku senang dengan kegiatan Workshop Kurambit ini. “Sebagai anak muda kita melupakan senjata tradisonal Minangkabau seperti Kurambit ini. Senjata yang sangat mematikan ini sangat ditakuti penjajah Belanda saat itu, mestinya anak muda sebagai pewaris adat, perlu tahu dan melestarikan kembali,” kata Muhammad Arif.

Disayangkan, senjata warisan leluhur yang dipakai Pendekar Minangkabau ini justru banyak diproduksi di negara lain seperti Malaysia dan Filipina. (wba)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *