BKKBN: Stunting Tidak Hanya karena Kemiskinan
Bekasi, PilarbangsaNews
Direktur Advokasi Hubungan Antar Lembaga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Wahidah Pahen, mengatakan Indonesia adalah negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Tapi situasi itu tidak membuat Indonesia lepas dari persoalan stunting. Wahidah menyebut ternyata stunting tidak hanya disebabkan kemiskinan dan kekurangan gizi. Tapi karena kurangnya pemahaman untuk mengelola keluarga.
“Negara kita ini negara kaya. Tapi stunting kita tinggi. Itulah yang terjadi. Penyebabnya bukan karena kemiskinan. Tapi kurangnya pemahaman untuk mengelola keluarga,” kata Wahidah, saat kegiatan Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga dan Kelompok Sasaran Bangga Kencana Bersama Mitra Tahun 2021, di Kantor Kepala Desa Danau Indah, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (14/10/2021).
Wahidah menilai, untuk mencegah stunting, pemerintah harus mendidik semua masyarakat mulai dari usia remaja supaya punya pemahaman tentang pengelolaan rumah tangga. Mulai dari pasangan yang akan menikah, pengantin baru sampai pasangan dewasa menurut dia harus diedukasi. Supaya ketika sudah akan mempunyai anak, setiap orang tahu untuk membangun keluarga yang sehat dan bahagia.
BKKBN menurut Wahidah getol melakukan sosialisasi supaya masyarakat teredukasi dengan baik dalam pengembangan keluarga. Supaya setiap keluarga dapat melahirkan anak yang tumbuh sehat dan cerdas. Karena dari situlah bibit-bibit generasi penerus bangsa akan tumbuh.
Dalam acara yang sama, Koordinator Latbang BKKBN Provinsi Jawa Barat, Angelia Sri Melani, mengatakan pembangunan keluarga merupakan kegiatan yang mencakup semua siklus kehidupan manusia. Mulai dari sebelum menikah, remaja, orang yang baru menikah, setelah menikah sampai dia punya anak.
Tidak hanya sampai di situ, ketika seseorang sudah menjadi orang tua, menurut Angelia, tetap harus punya pemahaman membesarkan anaknya sejak dari bayi sampai berusia remaja. Supaya tercipta generasi penerus yang terdidik sejak dari lingkungan keluarga.
“Kuncinya yang dibina itu bukan anaknya, tapi orang tuanya. Karena orang tuanya lah yang akan memberikan pemahaman tentang kiat hidup sehat dan nilai-nilai dari kehidupan,” ujar Angelia.
Masih dalam forum yang sama, Anggota Komisi IX DPR RI, Putih Sari, mengatakan menciptakan keluarga berencana sudah masuk ke dalam upaya mencegah stunting. Dengan keluarga berencana, menurut Putih, akan terbangun keluarga kecil sederhana, sehat dan bahagia. Ia meyakini bila sudah tercipta keluarga berencana, generasi penerus akan tumbuh kembang menjadi SDM berkualitas.
“Beri pemahaman para ibu-ibu dan generasi muda agar dapat menciptakan keluarga yang sehat,” kata Putih.
Putih menyebut, konsep keluarga berencana dengan cukup dengan dua anak terbukti ampuh untuk menurunkan angka stunting. Dua anak dengan jarak yang ideal yakni minimal 5 tahun akan membuat masing-masing anak terawat dengan baik. Di mana masing-masing anak tumbuh dengan mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tua dan keluarga besar.
Bila jarak anak yang satu dengan yang lain nya berdekatan, Putih khawatir orang tua tidak fokus lagi dalam menjaga asupan gizi dan perhatian lainnya. Karena sudah terkonsentrasi kepada bayi yang baru lahir. (ryn)