Artikel

Cakak di PDAM Painan, Wujud Dari “Babana ka Pangka Langan” (Oleh Irwandi)


Cukup terkejut saya membaca berita di Pilar Bangsa News pada jumat malam ( 19/11/21 ) mengenai berita baku tinju di kantor PDAM Painan. Sebelumnya saya tidak mengetahui apa sebab musabab dari semua itu terjadi, yang saya tahu baku tinju selain di atas ring tanpa disaksikan wasit dan hakim adalah implementasi dari tidak berfunsinya otak pada saat tersebut untuk berfikir.

Mungkin dari sebelah pihak, atau kedua belah pihak, yang jelas pada saat itu otak dikendalikan oleh otot.
Setahu saya air daerah Pesisir Selatan begitu sejuk, tapi mengapa karyawan yang ditugasi mengurus masalah air “kepanasan”. Atau ada yang salah di pipa paralon yang menghubungkan? Jika mau tuan-tuan yang berpakaian rapi, turun mengamati petani ke sawah saat musim kesawah tiba. Coba amati baik-baik, para petani saling antri dan bersabar dalam mengairi sawahnya. Memang kemungkinan ada satu dua terjadi juga gesekan, tapi semua tetangga sawah sudah faham biasanya mereka yang sering memulai membuat keributan itu orangnya itu-itu juga. Ya agak boco salayang.
Atau oknum karyawan tersebut tidak faham dengan filosofi air? Entahlah, mereka orang-orang yang bersekolah.

Baca juga;

Beredar Video Baku Tinju di Kantor PDAM Painan, Bupati; Masih Tunggu Laporan

Biasanya kalau berbicara mengenai pertengkaran dalam memperebutkan air untuk mengaliri sawah, andai masalah tidak bisa selesai di tepi pematang, pihak mamak atau pemuka masyarakat akan memediasi dunsanak atau keponakan yang berselisih tersebut. Disitulah fungsi mereka, kusuik manyalasaikan dan karuah mampajaniah.

Begitu pula kiranya untuk pemimpin di daerah Pesisir Selatan ini, sorak lah samo kadangaran seandainya plt DirPDAM Painan telat mengasih laporan mungkin tidak ada salahnya jemput bola. Bukankah saat kampanye dulu jemput bola? Masak untuk menjaga kemaslahatan administrasi terkesan menunggu.


Sudah saatnya pemimpin membuat gebrakan, bahwa jajaran dan bawahannya benar-benar dihuni oleh insan-insan yang cerdas, baik dari segi ilmu begitu juga dari segi akhlak. Hal ini juga bisa menafikan istilah “titipan”kalau ada. Kalaupun seandainya memang ada, namun apabila yang bersangkutan mumpuni, setidaknya kabar miring bisa sirna dengan sendirinya.
Dari segi ilmu bisa dilihat lewat ijazah dan dan hasil tes saat masuk, dari segi akhlak bisa dilihat melalui cerminan tabi’at sehari-hari.

Mudah-mudahan kejadian baku tinju tersebut bisa menjadi evaluasi dari awal untuk langkah selanjutnya. Banyak sebenarnya orang yang ingin bekerja dengan penuh tanggung jawab, namun hanya karena mamak orangbiasa orang tua dari desa ada hijab yang jadi kendala. Tidak ada jaminan mereka yang bekerja dengan pakaian ‘distrika” lebih pintar dari anak muda yang ke sawah dengan mengayuh sepeda.


Kejadian baku tinju disatu tempat tersebut juga bisa menjadi jendela untuk melihat tempat-tempat yang lain. Mungkin dengan kasus-kasus yang lain pula. Adakah? Dilihat dulu, air beriak tanda tak dalam, air dalam tentu diam. Sudah sepatutnya pimpinan tahu dengan keluh kesah dan harapan anak buah, sabalun hanyuik lah dipinteh sabalun hilang lah dicari. Dengan latar pekerjaan seorang guru, tentu seorang Bupati Pesisir Selatan sangat faham terhadap kondisi psikologi seseorang. Panggillah dan saksikanlah, kenapa itu terjadi.


Permasalahan pergesekan fisik di kantor yang difasilitasi oleh dana negara tidak boleh terjadi. Jan babana ka pangka langan. Jika air keruh maka silaulah ke hulu, harusnya kata-kata petuah tersebut di fahami. Adakah permasalahan yang tidak bisa diselesaikan, jawabannya tentu tidak, yang penting ada komunikasi yang baik diantara sesama. Jan barundiang basikasek jan bakato basikasa. Dari komunikasi yang baik akan tercipta suasana nyaman di dunia kerja, bila nyaman tentu hasil yang pekerjaan akan memuaskan. Fastabiqul khairat.

Catatan: — isi dari artikel ini menjadi tanggung jawab penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *