.

Ikut Misi Kemanusiaan ke Turki, Malam Pertama Tidur Didalam Tenda (6)

Laporan; Dr Budhi Mulyadi, S.Kp. M.Kep.Ns.Sp.Kep.Kom. Dt Bandaro Sati.

Sebaiknya baca dulu laporan (5) dengan cara klik link dibawah ini;

Ikut Tim Kemanusiaan ke Turki, RS Lapangan Indonesia Lakukan Tindakan Medis Operatif (5)

Bermalam tidur diperkemahan (tenda) dialam terbuka, bagi saya pribadi mungkin — tanpa ingin yombongkan diri lho— merupakan hal sudah biasa, sebab saya pernah ikut ambil bahagian dalam melakukan misi kemanusiaan didalam negeri. Seperti ikut memberikan bantuan saat musibah gempa bumi di Lombok tahun 2018 lalu. Kalau tidur didalam kamar dengan suhu udara minus dua darjat celcius (-2°C) ya pernah juga lah saat berkunjung ke Eropa. Tapi tidur di alam terbuka didalam tenda ini merupakan pengalaman pertama bagi saya. Bayangkan suhu -2°C, dinginnya serasa berendam didalam bak air atau bathtub yang berisi es cair.

Walaupun dingin menusuk kedalam tulang dan menyatu dengan sum sum, namun anggota tim tetap terlelap tidur, mungkin itu akibat pada siangnya bekerja keras mengerjakan apa yang menjadi kebutuhan operasional Rumah Sakit Lapangan. Siang bekerja full dan badan terasa lelah sehingga malamnya dapat tidur dengan nyenyak.

Saat tersentak tidur pada dini hari, ingin buang air kecil, tapi malas bangun dari rebahan untuk pergi ke WC. Apalagi letak WC jauhnya sekitar 30 Meter dari tenda tempat saya tidur. Tapi rasa kebelet buang air kecil, benar benar tak bisa diajak kompromi lagi, maka tak ada pilihan lain kecuali harus buru buru berlari ketek ketek (ketek ketek bahasa minang, artinya lari kecil-tidak kencang) ke WC mencorohkan urine (air kencing) yang menumpuk dikantung kemih.

Beberapa saat lagi waktu subuh masuk, saya langsung ambil wudhu, dan pergi ke Masjid menunaikan sholat Subuh berjamaah. Masjid jauhnya dari tenda sekitar 500 Meter. Meskipun negeri ini diguncang gempa M7, 8, kondisi banguna Masjid masih utuh. Oleh warga setempat hanya digunakan untuk sholat subuh berjemaah. Saat menunaikan sholat subuh berjemaah, para jemaah diperbolehkan masuk kedalam bangunan Masjid. Tapi selain subuh, jemaah hanya diperbolehkan menunaikannya dipelataran mesjid. Pertimbangannya karena takut roboh, jika terjadi gempa susulan.

Saat saya menunaikan Sholat Subuh badan ini menggigil kedinginan. Jari kaki dan jari tangan semua rasa es walaupun sudah dalam masjid. Alhamdulillah…., beruntung ada AC (Air Condition) untuk mengatur suhu ruangan menjadi 30° celcius
Suhu dalam masjid berangsur naik menjadi 8°C.

Habis sholat subuh berebut mendekat ke AC mencari kehangatan.

Pukul 7.00 pagi, tubuh yang dingin mulai menghangat, jadwal sarapan pagipun tiba. Kami sarapan pagi bersama.

Sarapan pagi

Setelah sarapan pagi lanjut apel pagi briefing terkait agenda kerja hari ini.

Didahului dengan senam pagi di lapangan depan tenda, dan bersama smaa seluruh anggota tim menyuarakan yel yel EMT INDONESIA, penuh dengan semangat membara.

Sudah 100 Pasien

Sedikitnya 100 pasien sudah mendapat pelayanan medis sejak Rumah Sakit Lapangan Indonesia (RSLI) ini kami operasikan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga terdampak di Kota distrik Hassa, Provinsi Hatay.

Berdasarkan keterangan resmi yang dilaporkan kepada Ketua Tim Kemanusiaan Indonesia Bambang Surya Putra, hingga saat ini RS tersebut sudah melayani lebih dari 100 pasien di wilayah Hassa.

Rumah sakit lapangan ini memberikan berbagai layanan kepada warga yang ingin berobat. Rumah sakit tersebut didukung dokter spesialis, dokter umum, apoteker, bidan, psychologist, nutritionist, epidemiologist, tenaga medis lain dan fasilitas EMT tipe 2, di antaranya ruang operasi.

Pelayanan kesehatan terdiri dari rawat jalan, rawat inap dan tindakan operasi.

Rumah sakit lapangan ini juga bisa menerima rujukan dari rumah sakit setempat.

Tim kami juga memiliki tenaga untuk penanganan psikososial atau trauma healing kepada warga yang terdampak gempa.

Operasional Rumah Sakit Lapangan Indonesia ( RSLI) ini berkoordinasi dengan dinas kesehatan Kota Hassa dan badan penanggulangan bencana Turki atau AFAD.

Kapasitas RSLI dapat melayani pasien sebanyak 150 hingga 200 pasien setiap hari. Operasi minor sebanyak 5 hingga 10 pasien dan operasi besar 2 hingga 3 pasien, serta 20 pasien rawat inap.

Baca sambungannya klok link dibawah ini ;

Ikut Tim Kemanusiaan ke Turki, 17 Dokter Kembali ke Tanah Air (7)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *