Politik

Pidato Anies Baswedan Setelah Dideklarasikan Sebagai Calon Presiden Berpasangan dengan Cak Imin

Jakarta, PilarbangsaNews.com,– Anies Baswedan dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) resmi dideklarasikan sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Deklarasi tersebut diumumkan langsung oleh Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu (2/9).

Selain Paloh, Anies dan Cak Imin menyampaikan pidato dalam kesempatan itu.

Berikut pidato lengkap Anies Baswedan:

Bismillahirohmanirohim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya muliakan, yang saya hormati, yang kita cintai yang kita teladani, para kiai, alim ulama, gus, ning, khususnya yang hadir dari jauh ini kiai Kholil Hasad Syamsul Arifin.

Yang saya hormati para pimpinan partai koalisi. Baik yang hadir langsung di sini maupun yang memantau mengikuti dari Jakarta.

Yang saya hormati Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Wakil Ketua Umum Ahmad Ali, Sekjen Hermawi Taslim, dan seluruh fraksi.

Yang saya hormati juga, anggota baru koalisi perubahan, Ketua Umum Partai PKB dan sekaligus Calon Wakil Presiden Republik Indonesia Abdul Muhaimin Iskandar, Wakil Ketua Umum Jazilul dan Muhammad Hanid, Sekjen Hasanuddin, dan seluruh jajaran dan fraksi PKB.

Yang mengikuti dari Jakarta, anggota Koalisi Perubahan, Ketua Majelis Syuro dan jajaran PKS, Presiden PKS Ahmad Syaikhu dan seluruh jajaran, Sekjen Habib Aboe Bakar Al Habsyi dan keluarga besar di seluruh Indonesia.

Serta yang kami muliakan, seluruh keluarga besar pejuang PKB yang berkumpul di tempat ini. Ibu Muhaimin yang saya hormati, dan seluruh keluarga besar.

Alhamdulillah, yang tadi sudah disampaikan oleh Surya Paloh bahwa koalisi ini dibangun dengan sebuah niat baik, koalisi ini dibangun dengan cita-cita mulia, koalisi ini dibangun bukan sekadar untuk mendapatkan mencari kekuasaan, ada sebuah tanggung jawab moral untuk republik ini jadi lebih baik di masa yang akan datang. Itulah cita-cita awal dan sama.

Gus Imin, ketika saya ketemu dengan Surya Paloh, kira-kira ya begitu, sekarang atau tidak. Tanggalnya 2 Oktober. 3 itu pengumumannya. Tanggal 2 Oktober kira-kira jam segini, jam setengah empat sore. Saya lagi di jalan tol di Bekasi, habis hadir resepsi. Yang telepon kakak Billy, “Kak lagi di mana?” “Di Bekasi” “Bisa ke DPP?” “Bisa”.

Dipikir mau diajak ngopi sore. Ketika datang seluruh keluarga besar DPP sudah ada, wajahnya nampak berbeda semua. Ternyata apa yang terjadi, begitu masuk ruangan, kita ngobrol berdua, “Kita akan deklarasikan besok, apakah Anda siap? Apakah Anda siap besok?” Saya bilang “Bang, ini niat baik, Bismillah”. Berangkat kita. Jadi Cak Imin, you are the second victim hahahahaha.

Tapi Surya mengerjakan ini semua adalah bukan untuk dirinya, bukan untuk partainya, bukan untuk keluarganya, tapi dikerjakan untuk bangsanya yang dia cintai, untuk negerinya yang dia cintai. Dia tidak mengambil, tidak mengundang sekadar bicara tentang yang dekat pribadi, bukan, ini adalah cita-cita mulia.

Karena itu, saya rasa, kita semua yang berkumpul di sini, kita pegang betul nilai ini, bahwa ini dimulai dengan niat ikhlas, dimulai dengan tujuan mulia, dimulai dengan cara yang benar, dijalankan dengan cara yang baik, yang Insya Allah ini akan dibukakan takdirnya untuk keberhasilan.

Lalu, bulan Agustus peristiwa itu berulang lagi. Dan hari ini ketika kemudian diputuskan untuk tanggal 2 September, dipilih sebuah tempat yang punya sejarah yang luar biasa. Di Hotel Yamato, 19 September 1945, ini peristiwa penting karena di sini terjadi perobekan bendera dan kemudian menjadi merah putih.

22 Oktober resolusi jihad dimunculkan. Dan 10 November tempat ini menjadi sejarah anak-abak muda republik ini bertarung mengusir kolonialisme. Pilihan tempat ini adalah pilihan luar biasa. Karena ini mengirimkan pesan bahwa Surabaya ini, di tempat kita berada sekarang ini, di sinilah anak muda memilih untuk tak hanya menonton ketika sekelompok intelektual di Jakarta memilih merdeka, anak-anak muda di tempat ini menyatakan “Saya hibahkan nyawa saya untuk republik yang merdeka”.

Sebuah keputusan yang luar baisa dan keberanian itu kemudian menular. InsyaAllah ini menandai juga, kita ambil nyali itu karena nyali itu yang menjadi bekal ubtuk menghadapi ikhtiar perubahan ini. Katanya pemimpin itu pemimpi plus n, n apa? Nyali. Dan tempat ini memberikan nyali.

Secara kebetulan orang tua-orang tua kita berasal dari Surabaya. Tadi cerita Gus Imin, kakek saya lahirnya di sini, di Ampel, dan kawasan ini dulu adalah kawasan tempat tinggal.

Kemudian ke depan tantangan kita besar. Jika tadi kita berkisah tentang menggulung kolonialisme, maka tugas hari ini menggelar kesejahteraan. Tugas kita memastikan perubahan ini berjalan terus dan kita ingin tiap hari menjadi lebih baik, tiap tahun menjadi lebih baik.

78 tahun perjalanan republik ini, tiap lima tahun berhenti sejenak, menentukan etape lima tahun berikutnya, menentukan kepada siapa kita titipkan amanah, ke arah mana kita ambil perjalanan ini. Tiap lima tahun sekali kita ambil jeda. Karena itu, Pemilu Pilpres bukan sekadar melanjutkan dan tidak melanjutkan, tapi tentang menunaikan janji kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia. Ini juga yang membuat kita semua merasa bersyukur, terbentuk koalisi yang didasari dengan niat baik itu.

Alhamdulillah, dengan bergabungnya PKB, rasanya koalisi ini akan bergerak lebih cepat, lebih besar, lebih mantap bagi semua. PKB menajdi sebuah penguat, mengisi rongga-rongga yang selama ini belum terisi. Membawa warna-warna yang selama ini belum ada. Memberikan perspektif baru. InsyaAllah koalisi ini akan memadukan ideologi nasionalis, religius menjadi sebuah kekuatan bersama, kekuatan masyarakat kota, masyarakat desa, masyarakat Jawa, dan masyarakat di seluruh Indonesia. Ini adalah ikhtiar bersama.

Saya dan Gus Imin bukan kenal barusan, kenalnya sudah lama. Kalau dihitung tahun barangkali lebih dari 30 tahun. Karena di tahun 90an itu kita sama-sama di Jogja, sama-sama kuliah di Gadjah Mada. Saya ekonomi, beliau FISIP, bersebrangan, berjejer kampusnya, berbeda parkirannya. Ekonomi lebih banyak mobil daripada di FISIP waktu itu. Tapi katanya FISIP lebih banyak mobil sekarang. Temlat parkirnya agak beda dulu itu, tapi kita semua berteman.

Dan saya ingin sampaikan bahwa Gus Imin ini adalah seorang pribadi yang memiliki rekam jejak aktivisme yang bisa menginspirasi dan bergerak dalam organisasi. Seorang organisatoris ulung yang rekam jejaknya panjang, bukan dadakan. Mulai dari Ketua PMII, KNPI, LKIS, Wakil Ketua DPR, Menteri, Wakil Ketua MPR. Posisi apa lagi yang belum pernah didudukinya. Jadi bukan nikmat apalagi yang kau dustakan, tapi posisi apa lagi yang belum pernah didudukinya. InsyaAllah Wakil Presiden Republik Indonesia.

Memimpin sebuah partai sejak 2005 perlu stamina yang luar biasa, ketekunan, kerja keras, konsistensi untuk bisa memimpin selama 18 tahun dan yang dipimpin generasi-generasi baru yang memiliki semangat aktivisme yang luar biasa.

Walaupun tadi dia bilang karena ada yang baru, maka ada senior, ada senior, ada senior, ada senior. Tetapi yang junior itu berani ambil keputusan. Kira kira begini, lebih baik minta maaf daripada minta izin. Itu hanya orang yang punya rekam jejak yang panjang. Kenapa berani, kita semua lihat ketika kita menyaksikan seseorang memiliki keberanian karena dia memiliki keyakinan bahwa yang dikerjakan adalah kebenaran, kebaikan, bukan tentang dirinya tapi tentang bagaimana Indonesia lebih baik, lebih maju, lebih makmur. Karena itu bisa dipertanggungjawabkan kepada siapapun yang bertanya atas apa yang diputuskan oleh Ketua Umum PKB.

Ini sebuah keberanian yang InsyaAllah kita sama-sama bawa sebagai bekal. Kita berharap ke depannya koalisi ini makin solid, makin kuat. Kita hargai yang memutuskan untuk tidak berada di koalisi perubahan. Kita hormati itu. Sambil kita mengatakan bahwa kita bergerak di sini bukan soal bagi-bagi, kita bergerak di sini soal bagaimana Indoensia lebih baik. Kita bergerak di sini dengan niat yang tulus. Ini yang selalu disampaikan Surya bicara soal kata yang selalu digunakan, kata ikhlas, kata tulus.

Ini pesan bagi kita semua. Kita berada dalam suatu tempat di mana perjuangan itu dilakukan dan menjadi legenda. Kita berharap hari ini kita bukan saja mengerti sejarah mengapa di Hotel Yamato ini terjadi peristiwa 19 September, resolusi jihad 22 Oktober, peristiwa 10 November, tapi kita berada di tempat ini untuk membuat sejarah baru untuk Indonesia.

Dan izinkan saya mengajak kepada semua keluarga besar partai koalisi dan barisan relawan dan pendukung. Mari melangkah lebih mantap, mari melangkah dengan lebih bersemangat, dan tentu lebih cepat dan luas jangkauannya.

Perjuangan ini membutuhkan kedisiplinan, militansi, kepemimpinan. Karena itu kita mengajak kepada semua, mari gunakan cara-cara baik bersama orang-orang baik untuk menemput kebaikan untuk negeri ini.

Jalan ke depan mungkin tidak landai. Tapi memang begitulah perjalanan ke puncak. Kalau mengikuti jalan yang landai, maka dia tidak mengantarkan kita ke puncak. Kalau jalan ke puncak pasti mendaki, jalan mendaki pasti melelahkan, tapi jalan ke puncak itulah yang membuat kita bisa menggaungkan pesan kebaikan untuk seluruh Indoensia. InsyaAllah perjalanan yang mendaki ini tidak terasa berat, tapi terasa ringan.

Dengan apa? Dengan doa ibu-ibu kita, doa kiai alim ulama, doa para pemimpin agama di seluruh Indonesia. Mereka membukakan pintu-pintu langit untuk ikhtiar baik ini dibukakan jalan oleh Allah SWT. Dan nantinya kita bisa bersama-sama untuk menjemput takdir untuk Indonesia yang lebih baik.

InsyaAllah kita semua yang ada di tempat ini menjadi saksi, dan akan menggaungkan perjuangan ini ke seluruh penjuru Indonesia.

Semoga Allah terus mengirimkan pertolongannya kepada kita, terus memberikan ridhonya, memberikan lindungannya kepada kita. Dan InsyaAllah pada akhirnya kemenangan di antarakan ke kita semua di sini.

Terima kasih. Insya Allah, Gus imin, kita jalan bersama-sama, kita jalan bergandengan tangan, kita tengok ke depan, dan kita tengok bukan hanya percaya diri, tapi karena kita yakin bahwa yang sedang kita ikhtiarkan adalah kebaikan untuk semua.

Gus Imin, saya merasa bersyukur bisa bersama-sama dan InsyaAllah perjalanan mendaki kita daki bersama hingga sampai di puncak nanti.

Terima kasih kepada semua yang telah terlibat. Sebagian besar yang terlibat tidak terlihat di panggung. Banyak yanh terlibat di belakang panggung. Memang yang pegang mikrofon hanya tiga orang hari ini. Tapi sesusungguhnya yqng menyalakan lampunya, yang menyalakan amplifier-nya, kalau mereka mematikan, selesai perhelatan ini. Siapa itu? Orang-orang belakang layar yang selama ini bekerja dengan ikhlas, tulus, InsyaAllah dicatat sebagai amal sholeh semua yang terlibat.

Demikian dari kami, kurang lebih mohon dimaafkan.

(pop/rds)

Disadur dari: CNNIndonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *