Dharmasraya

Kata- Kata Orang Tua Yang Menyedihkan Hati Anak Laki Laki Di Kampung Kami

Oleh Rijal Af

Dharmasraya, PilarbangsaNews- Suatu hari, saat duduk santai di Kedai kopi di Jorong Sungai Kilangan, Nagari Sungai Dareh, Pulau Punjung, Dharmasraya, saya bersama Andi seorang anggota TNI berdiskusi tentang kampung kami.

Ada beberapa hal yang sangat menyentuh hati disampaikan oleh Andi pada saya, terkait pola pikir dan kebiasaan yang berlaku di kampung kami.

Namun untuk penulisan kali ini, cukup satu hal saja dulu yang ingin saya kupas, yang lainnya nanti menyusul, berikut pembicaraan kami.

Andi : Ada kata kata dari orang orang tua yang jadi kebiasaan di kampung kita ini, harus kita hilangkan da..

Belum sempat saya bertanya, Andi langsung menyambung pembicaraannya.

Andi : Kata kata ini menimbulkan rasa sedih di hati yang amat dalam bagi kita kaum laki laki di kampung kita ini, hal ini harus kita sebar luaskan, agar kebiasaan ini bisa hilang da..

Saya : Apa kata kata yang jadi kebiasaan dan membuat hati kita laki laki jadi sedih itu Ndi.

Sahut saya menimpali apa yang disampaikan Andi tadi…

Andi : Cucuang Diateh rumah urang (Cucu di rumah orang), kata kata ini menjarakkan kita anak laki dengan saudara kita yang perempuan, yang diliucapkan oleh bapak atau ibu kita, saat mereka menjawab jumlah cucunya, kalau ada orang yang bertanya.

Saya : Benar itu Ndi, saya juga sering mendengarnya, kata kata itu membuat saya terpanah saat mendengarnya.

Ungkap saya setelah mendengar yang Andi ceritakan.

Andi : Artinya da, seakan cucu anak laki laki itu agak terpisahkan bagi mereka, seperti ada sekat dimulut mereka, ada nada bicara yang membedakan diantara semua cucu mereka.

Kata kata yang terucap dimulut Andi terdengar menyayat hatinya, merasakan anaknya terbedakan dari pada anak saudaranya yang perempuan.

Andi : Status anak kita yang laki laki dengan anak saudara kita yang perempuan itu adalah cucu mereka juga, kenapa harus ada kata yang menjadi pembeda.

Ada desahan nafas panjang yang terdengar dari kata kata yang keluar dari mulut Andi, kata kata membuat mata saya menerawang jauh membayangkan perbedaan status cucu pada anak saya, bisa jadi kata kata Andi ini juga ada yang merasakannya.

Andi : Bagusnya kata kata Cucuang Diateh Rumah urang ( Cucu di rumah orang ) ini kita sebar luaskan dilingkungan kita, agar tak ada lagi sebutan semacam itu.

Andi : Bagaimana perasaan anak kita kalau mereka mendengar kata kata tadi, tentu ada yang membuat hati mereka ikut terganjal dengan tambahan kata pembeda tadi.

Kata pamungkas Andi menutup topik diskusi kami.

Itulah salah satu topik yang kami bahas antara saya dan Andi di kedai kopi si En di Sungai kilangan.

Semoga kata” Cucuang diateh rumah urang ” tidak jadi penyebutan lagi, karena kata itu menyedihkan kami sebagai anak laki laki yang mendengarnya.

Jadi ketika ada yang bertanya, berapa cucunya Mak atau Bapak jawab saja jumlahnya, kalau pun ingin menjelaskan jawab saja anak si Jhon 2 orang, anak Rina 3 orang, jadi cucunya 5 orang. ( Rijal Af )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *