Pegaruh Media Sosial Terhadap Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba (Tamat)
Artikel sebelumnya;
Pegaruh Media Sosial Terhadap Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba (Bag 2)
Dengan demikian, media sosial memainkan peran penting dalam membangun dan memperkuat jaringan pertemanan siswa, yang merupakan aspek penting dari perkembangan sosial pada usia remaja.
Namun, penggunaan media sosial yang cukup intens ini juga perlu diawasi agar tidak mengganggu keseimbangan antara aktivitas daring dan aktivitas di dunia nyata. Siswa perlu didorong untuk memanfaatkan waktu mereka secara produktif dan tidak terjebak dalam konsumsi konten yang berlebihan.
Edukasi tentang manajemen waktu dan penggunaan media sosial yang sehat sangat penting untuk memastikan bahwa platform digital tersebut memberikan manfaat maksimal tanpa mengorbankan aspek lain dalam kehidupan siswa, seperti pendidikan formal dan interaksi langsung dengan keluarga serta teman sebaya.
Dengan melihat fenomena ini, dapat disimpulkan bahwa media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan siswa kelas X E.6 SMA Kartika 1-5 Padang.
Pemanfaatan media sosial yang selektif dan sadar akan dampak negatif menunjukkan bahwa siswa memiliki kontrol yang baik terhadap aktivitas daring mereka.
Namun, tetap diperlukan pengawasan dan edukasi lebih lanjut untuk memastikan penggunaan media sosial yang lebih seimbang dan mendukung perkembangan siswa secara holistik.
3. Pengaruh Media Sosial terhadap Perilaku
Berdasarkan hasil survei mengenai pengaruh media sosial terhadap perilaku siswa/i kelas X E.6 SMA Kartika 1-5 Padang, mayoritas responden (96% atau 24 orang) tidak merasa terpengaruh untuk mencoba hal-hal negatif setelah melihatnya di media sosial. Namun, terdapat 4% responden (1 orang) yang mengaku pernah terpengaruh untuk mencoba hal negatif beberapa kali, meskipun persentasenya kecil. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar siswa memiliki ketahanan terhadap pengaruh negatif media sosial, ada sebagian kecil yang masih bisa terpengaruh, yang perlu menjadi perhatian.
Pada pertanyaan kedua, sebagian besar responden (64% atau 16 orang) menyatakan tidak pernah melihat teman atau kenalannya terlibat dalam kenakalan remaja atau penyalahgunaan narkoba yang dipengaruhi media sosial. Namun, 24% responden (6 orang) mengaku beberapa kali melihat teman atau kenalannya terlibat dalam perilaku tersebut, dan 12% responden (3 orang) menjawab sering melihat teman atau kenalannya terlibat dalam kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba yang dipengaruhi oleh media sosial.
Data ini menunjukkan bahwa meskipun jumlahnya tidak dominan, masih ada pengaruh media sosial terhadap perilaku kenakalan remaja di lingkungan sekitar.
Dalam hal persepsi tentang dampak media sosial terhadap perilaku remaja, 40% responden (10 orang) setuju bahwa media sosial dapat mempercepat terjadinya perilaku kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. Sebanyak 36% responden (9 orang) cukup setuju, sementara 20% responden (5 orang) sangat setuju, menunjukkan adanya kesadaran akan potensi bahaya media sosial dalam mempercepat perilaku negatif.
Hanya 4% responden (1 orang) yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut, yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden memandang media sosial sebagai faktor yang berpotensi memperburuk perilaku remaja.
Pada pertanyaan terakhir, sebanyak 52% responden (13 orang) berpendapat bahwa media sosial cukup mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sebanyak 32% responden (8 orang) merasa bahwa media sosial sangat mempengaruhi mereka, sementara 16% responden (4 orang) merasa bahwa media sosial tidak terlalu mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak. Ini menunjukkan bahwa media sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola pikir dan perilaku siswa/i, baik dalam aspek positif maupun negatif, yang perlu diperhatikan untuk mengurangi potensi dampak buruknya.
4. Pengaruh Media Sosial terhadap Penyalahgunaan Narkoba
Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas responden, yaitu 66,7% (16 orang), mengaku tidak pernah melihat konten yang mempromosikan narkoba di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa/i lebih berhati-hati dalam mengakses konten yang mereka konsumsi atau memiliki pemahaman yang baik tentang potensi bahaya dari konten yang tidak sehat. Dengan kata lain, mereka tidak terlalu terpapar oleh konten negatif semacam itu dalam keseharian mereka di media sosial.
Namun, meskipun mayoritas responden tidak melihat konten yang mempromosikan narkoba, ada juga 33,3% responden (8 orang) yang mengaku pernah melihat konten semacam itu, baik sesekali maupun lebih sering. Meskipun jumlahnya lebih kecil, temuan ini tetap menjadi perhatian, karena menunjukkan bahwa meskipun tidak semua siswa terpapar konten tersebut, namun keberadaan konten yang tidak sesuai tetap ada di ruang digital yang dapat mempengaruhi pola pikir remaja.
Lebih lanjut, hasil survei menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) menyatakan bahwa mereka tidak merasa terpengaruh untuk menggunakan narkoba setelah melihat konten yang mempromosikan narkoba di media sosial. Ini menggambarkan tingkat ketahanan yang tinggi di kalangan siswa/i terhadap pengaruh negatif yang bisa ditimbulkan oleh konten semacam itu.
Responden tampaknya telah memiliki pemahaman yang cukup kuat tentang bahaya narkoba dan tidak merasa terdorong untuk mencoba menggunakannya.
Namun demikian, meskipun tidak ada responden yang merasa terpengaruh, 56% responden (14 orang) tetap setuju bahwa media sosial dapat berperan dalam meningkatkan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja.
Hal ini menunjukkan adanya kesadaran bahwa media sosial memiliki potensi untuk memperburuk masalah penyalahgunaan narkoba, meskipun mereka pribadi tidak terpengaruh secara langsung.
Sikap ini menunjukkan pentingnya pendidikan dan kesadaran untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap konten yang dapat membahayakan kesehatan mental dan fisik remaja.
5. Pengetahuan tentang Perilaku Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar siswa/i kelas X E.6 SMA Kartika 1-5 Padang memiliki pengetahuan yang baik mengenai perilaku kenakalan remaja. Sebanyak 92% responden (23 dari 25 orang) memahami apa yang dimaksud dengan kenakalan remaja, yang mencakup tindakan-tindakan negatif yang sering dilakukan oleh remaja, seperti tawuran, merokok, minum alkohol, dan penyalahgunaan narkoba.
Hanya 8% responden (2 dari 25 orang) yang belum sepenuhnya memahami konsep kenakalan remaja. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa telah mendapatkan edukasi tentang bahaya kenakalan remaja, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun media informasi lainnya.
Dalam hal pengidentifikasian bentuk-bentuk kenakalan remaja, mayoritas responden dapat dengan tepat mengidentifikasi berbagai perilaku negatif tersebut. Sebanyak 83,3% responden (20 dari 25 orang) berpendapat bahwa tawuran merupakan bentuk kenakalan remaja, yang menunjukkan bahwa perilaku ini masih sering terjadi di kalangan remaja. Selain itu, 70,8% responden (17 dari 25 orang) menganggap merokok sebagai bentuk kenakalan remaja, dan 45,8% responden (11 dari 25 orang) menganggap minum alkohol serta menggunakan narkoba sebagai bagian dari kenakalan remaja.
Pandangan ini menunjukkan bahwa siswa/i cukup peka terhadap bentuk-bentuk perilaku negatif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Namun, meskipun mayoritas siswa/i memiliki pengetahuan yang baik, terdapat 15% responden (18 dari 25 orang) yang belum sepenuhnya memahami hubungan antara kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi mengenai dampak jangka panjang dari penyalahgunaan narkoba perlu diperkuat. Selain itu, 33,3% responden (8 dari 25 orang) menganggap perilaku kriminal, seperti pencurian dan perampokan, juga merupakan bagian dari kenakalan remaja. Meskipun jumlahnya lebih kecil, penting untuk terus mengedukasi siswa mengenai risiko dari perilaku-perilaku tersebut agar mereka dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam kehidupan sehari-hari.
6. Sikap tentang Perilaku Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba
Sebanyak 44% responden (11 orang) memilih untuk tetap berteman dengan teman yang terlibat dalam kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba, tetapi dengan niat untuk membimbingnya agar berubah. Sikap ini menunjukkan adanya rasa empati dan keinginan untuk memberikan pengaruh positif kepada teman yang terjerumus dalam perilaku negatif. Siswa/i dengan sikap ini cenderung memilih pendekatan yang lebih rehabilitatif, mencoba membantu teman agar kembali ke jalur yang benar.
Selain itu, 28% responden (7 orang) memilih untuk menjauhi teman yang terlibat dalam kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba, dengan alasan tidak ingin terpengaruh oleh perilaku negatif tersebut. Sikap ini menunjukkan bahwa mereka lebih memilih untuk menjaga jarak demi melindungi diri dari potensi risiko yang bisa ditimbulkan akibat terlibat dengan teman yang terlibat dalam perilaku merugikan.
Sebanyak 12% responden (3 orang) memilih untuk melaporkan permasalahan ini kepada orang tua atau pihak berwenang, dengan harapan bisa mengatasi permasalahan secara lebih serius dan melibatkan pihak yang berkompeten. Pilihan ini mencerminkan sikap proaktif dalam menangani masalah, meskipun sebagian besar siswa lebih memilih pendekatan lain seperti membimbing atau menjauhi.
Selain itu, 12% responden lainnya (3 orang) memilih untuk tidak ikut campur, mungkin karena merasa tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk menghadapi situasi tersebut. Sedangkan 4% responden (1 orang) tidak tahu harus berbuat apa.
Gambar 3.Foto Bersama kelas X.E6 SMA Kartika Padang
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan, dapat disimpulkan bahwa edukasi mengenai pengaruh media sosial terhadap kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba dapat memberikan dampak positif bagi remaja dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Edukasi ini berperan dalam meningkatkan kesadaran remaja akan dampak negatif dari konten media sosial yang tidak sehat serta mendorong orang tua untuk lebih waspada dalam memantau aktivitas anak-anak mereka di media sosial. Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui langkah-langkah preemptif, preventif, dan represif, dengan dukungan dari berbagai pihak dan organisasi terkait. Dengan demikian, remaja dapat lebih terlindungi dari pengaruh buruk media sosial yang dapat mendorong mereka pada kenakalan atau penyalahgunaan narkoba.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah MKWK Bahasa Indonesia Ibu Leni Syafyahya, S.S., M.Hum atas bimbingannya pada penelitian ini. Terimakasih kepada pihak sekolah SMA Kartika 1-5 Padang yang telah mengizinkan kami melakukan sosialisasi utnuk penelitian mengenai pengaruh media sosial terhadap kenakaln remaja dan penyalahgunaan narkoba.