PATUNG JENDRAL SOEDIRMAN (karya; Jonson Effendi)
.
Jonson Effendi
Tugu bisu menjadi saksi
Kalau di bumi ini pernah lahir
Sang Jendral Soedirman Wahai anak cucu generasi muda
Bangsa ini punya pahlawan
Berani melawan kurawa
Keangkara murka penjajahan
Kini
Mari kita tafakur
Meskipun mereka telah dikubur
Tentukan nilai tulang-tulang itu.
Palembang, 12/02/2018
2. MENGGUNCANG MALAM
Jonson Effendi
daun-daun merunduk
suara angin pilu mendesau
mata kelelawar menangkap risau
daku terhanyut dalam rentangan malam
di jiwa-jiwa sunyi
memendam rindu
mengguncang kalbu
pada dinding hati memilu
derap langkah kuda terdengar
dari kejauhan
seakan menggetarkan malam
dengan pekikan satu komando
perang sudah dimulai
di medan laga
menyabung nyawa
antara hidup dan mati
demi sebuah kedamaian.
Palembang, 12/02/2018
3. KEMBALI KE SURAU
Jonson Effendi
kembalilah ke surau
seperti zaman kita kecil dulu
mengaji dan tidur di surau
hari-hari terbiasa ke surau
hingga kini ingin selalu ke surau
lima waktu selalu menuju surau
surau menjadi rumahku
kembali ke rumah pun terasa di surau
Yuk! Kita kembali lagi ke surau
di surau tidak hanya mengaji
belajar ilmu tata krama budi pekerti
Jangan robohkan surau kita.
Palembang, 17/02/2018
4. Curhat Cinta
Jonson Effendi
Ya Rabbi …
Engkau Maha Mendengar curahan hati
namun aku malu diri ini begitu banyak dosa
seakan sebuah kapal timbul tenggelam di lautan maksiat
kapal pesiar begitu mewah pun bisa tenggelam apatah bidukku ini, kecil lagi pun rapuh, tiang sampan hampir patah layar terkembang cabik pula
Ya Rabbi …
hati siapa dapat mendengar rintihan pilu ketika dosa telah memunggung setinggi gunung, berat beban tak terpikulkan
bila dosa dinampakkan pada wajah akan menjadi bisul, bila dinampakkan pada mata menjadi buta, nampak di kaki menjadi lumpuh, nampak di tangan terkulai
Ya Rabbi …
namun rahmat kasih sayang-Mu
lebih besar dari semua itu
biarlah kurajut benang tali kasih-Mu
menjadi pakaian kehidupan
penutup rasa malu atas adab santun tingkah laku menjadi manusia berbudi luhur tahu akan benar dan salah
kepada-Mu jua kami kembali.
Palembang, 08/03/2018
5. LEMBARAN WAKTU
Jonson Effendi
perputaran bola dunia
terus bergulir mengitari mayapada
awan berarak tanpa kaki
berjalan tanpa komando
bumi dipijak menjadi saksi
nyanyian insekta di malam hari
uwir-uwir di rimbun padi
simponi dzikir Ilahi
manusia sebagai khalifah di bumi
perjalanan hidup silih berganti
Tercatat di lembaran waktu
hingga menghadap Ilahi
berlabuh pada sebuah bandar
tak pernah sepi
penduduknya selalu bertambah
kampung akhirat kita kembali
Palembang, 09/03/2018