.

Terjadi Di Pariaman, Calon Pengantin Urung Menikah Lantaran Terjangkit HIV/AIDS

Pariaman, Pilarbangasanews.com,-– Di Kabupaten Padang Pariaman ada calon penganten yang dijodohkan orang tua, tak jadi menikah lantaran salah satu calonnya diketahui tertular HIV/Aids

Demikian terungkap dari pertemuan Capacity Building of Civil Society Organitation (CSO) 3-4 Management Programmatic & Volunteerism bersama SSR TBC-HIV Care Aisyiyah Padang Pariaman, Rabu (12/9/2018) di kawasan By Pass, Pariaman. Pertemuan yang berlangsung selama tiga hari, Rabu-Jumat (12-14/9/2018).

Berdasarkan sumber yang layak dipercaya, salah satu calon pasangan pengantin itu diketahui terjangkit kasus HIV, ketika dilakukan imunisasi calon pengantin (catin).

Kedua pasangan itu urung menikah, meskipun kedua belah pihak keluarga pada awalnya telah sempat menentukan hari pernikahan.mereka.

Di Padang Pariaman, kasus penderita HIV-AIDS terus mengkuat. Tempo dua bulan saja, Juni- Agustus 2018 ditemukan 16 kasus HIV-AIDS. Pada Januari – Juni 2018 ditemukan 20 kasus HIV-AIDS. Sehingga Januari – Agustus 2018 sudah ditemukan 36 kasus HIV-AIDS. Kondisi ini ibarat Padang Pariaman sudah darurat HIV, rangking ketiga di Sumbar.

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Padang Pariaman Deby Afrina,SKM menyebutkan, dari 20 kasus HIV, 19 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Perilaku seksnya, 15 orang laki-laki suka laki-laki (homoseks), 4 seks bebas dan 1 dari pasangannya sendiri. “Dari sisi umur 15-19 tahun 1 orang, 20-24 tahun 2 orang dan 25-49 tahun 17 orang,” kata Deby.

Terkait gerakan nikah sehat Padang Pariaman (Gernis Papa), kata Deby, sampai Juni 2018 sudah dilakukan skrining 458 orang calon pengantin (catin) di 10 puskemas. Sedangkan 15 puskesmas lainnya masih belum melaksanakan skrining.

“Walaupun sudah ada MoU Dinas Kesehatan dengan Kemenag dalam pelaksanaan Gernis Papa ini, sebelum nikah dilakukan skrining, tapi pelaksanaan di lapangan masih belum maksimal. Perlu peran aktif Kepala KUA dan Puskesmas. Dari 25 Puskesmas, hanya Puskesmas Pauh kambar, Enam Lingkung, Lubuk Alung dan Batu Basa yang melibatkan peran ninik mamak dalam berbagai kegiatannya,” kata Deby.

Dibagian lain Deby menyebutkan, penduduk Padang Pariaman 413.272 jiwa (data 2018) dengan target yang diduga sampel penderita TBC 9.300 dan target pasien TBC 930 orang. Bersyukur adanya keterlibatan Aisyiah dalam penanggulangan penyakit TBC ini. Dinas Kesehatan memiliki anggaran yang sangat terbatas. Bayangkan, 12 penyakit menular anggaran cuma Rp 95 juta. Termasuk di dalamnya penyakit menular TBC Rp 11.550.000 dan HIV-AIDS Rp 28.150.000. Total dana BOK dan HIV RP 38.775.000. Walaupun diusulkan Rp 200 juta, tapi hasilnya tak berubah.

Seluruh penderita TBC diskrining dengan HIV sejak dua tahun lalu. Yang dikuatirkan juga TBC di kalangan anak-anak. Semua anak-anak usia dibawah lima tahun yang kontak dengan penderita TBC sudah diantisipasi dengan obat, sehingga tidak menular kepada yang lain, kata Deby menambahkan.

Menurut Koordinator Program SSR TBC-HIV Care Aisyiyah Padang Pariaman Dasril, dalam mewujudkan zero penderita penyakit TBC di Padang Pariaman, sangat dibutuhkan keterlibatan semua pihak. Ke depan kita akan melibatkanstakeholderkecamatan, memaksimalkan keterlibatan Pengurus Cabang Muhammadiyah-PC Aisyiyah, melibatkan forum Bamus dan Walinagari.

Sekretaris Forum Kabupaten Sehat (FKS) Padang Pariaman Armaidi Tanjung menambahkan, tingginya temuan kasus HIV-AIDS di Padang Pariaman sangat dibutuhkan kepedulian semua pihak. Baik pemerintah, tokoh masyarakat maupun orangtua. “Jangan biarkan keluarga kita terkena HIV-AIDS. Pergaulan anak dan remaja harus jadi perhatian serius orangtua sehingga jangan sampai terjerumus pada perilaku tidak sehat tersebut,” tutur Armaidi Tanjung. (AT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *