.

Mereka Tak Ingin Seperti Ini…..

Entah dimana lokasi foto yang diunggah oleh Pemilik Akun Facebook atas nama Asep Prasetyo Asep Prasetyo, saya ambil dari grup Lumajang Jawa Timur.

Didalam foto terlihat seorang anak laki laki diperkirakan berumur antara 11-14 tahun, sedang terlelap pulas. Kepalanya disandarkan ke semen bantaran tiang besi. Sementara didepan anak laki laki yang tertidur pulas itu terlihat anak kecil, dari pakaiannya bocah itu sepertinya dia berjenis kelamin perempuan. Juga tidur tak sadarkan diri atas aspal dipinggir jalan.

Tidak diketahui secara pasti apakah bocah yang didepan nya itu adik kandung dari bocah lelaki yang berpakaian kumal penuh debu dan asap hitam knelpol sepeda motor dan mobil yang lalu lalang melintas dijalan mereka “ngepos”.

Juga tidak diketahui sudah berapa lama kedua bocah ini disana ngepos. Siapa orang tua mereka ? Apakah masih hidup ayah maupun ibu mereka? Sayangnya pengunggah foto di Facebook tidak menyebutkanya.

Diatas foto yang diunggahnya itu Asep Prasetyo Asep Prasetyo hanya menulis coption “Ya Allah ampunilah dosa mereka, berilah jalan rejekiMu Ya Allah semoga mereka kuat dan sabar, amin”.

Lha kok didoain agar dosa kedua anak itu diampuni? Apa salah mereka? Salahkah jika ada orang meminta minta? Dosa apa yang telah dibuat oleh anak anak sebesar itu?

Wow…., pintar…, pintar sekali bung Asep Prasetyo menulis kalimat narasinya, agar orang tak tersinggung dan sakit hati. Pandai bung Asep ini menulis kalimat yang tidak bernadakan ujaran kebencian disana. Tapi Asep Prasetyo Asep Prasetyo, berhasil nyidir saya secara halus.

“Saya telah berdosa, semoga dosa saya diampuni Allah. Sebab saya seorang lelaki kuat dan boleh dibilang mampu, tapi saat saya tadi lewat didepan anak anak yang tertidur pulas itu, saya acuh dan tak sedikitpun punya niat untuk mengeluarkan selembar uang dua ribuan mengisi tabung plastik yang ada didepan kedua anak yang sedang terlelap pulas itu.

Dimana hati nurani saya sebagai buruh angkat yang hari ini mendapat Reski dari Allah…

Mas Asep Prasetyo Asep Prasetyo, telah menyadarkan saya, dia telah mendoakan saya, agar Allah mengampuni dosa saya yang menyia-nyiakan/mengabaikan kedua bocah itu,” gumam Pak Bintang Permadi sendirian merenung.

Pak Bintang Permadi ini adalah tokoh halusinasi penulis (Pak Bintang itu tokoh Hoax), dia mengaku sebagai seorang buruh angkat disalah satu pasar tak jauh dari kedua anak itu ngepos ( duduk tenang) menunggu uluran tangan warga yang melintas dihadapan mereka.

Meski sebagai buruh angkat tapi pak Bintang merasa berdosa, saya sebagai penulis tulisan ini lebih tinggi status sosialnya dan mendapat pensiunan setiap bulan dari pemerintah kehidupan saya secara ekonomi lebih sejahtera dari Pak Binatang, tadi ketika saya lewat dengan mobil pribadi didepan anak itu, saya melihat mereka, tak ada keinginan saya mengeruk kantong memberikan lembaran uang recehan. Saya diam tak merasa apa apa.

Dari cerita Pak Bintang Permadi, mengingatkan saya kembali saat belajar agama di Sekolah Dasar puluhan tahun yang silam , bahwa mengabaikan atau acuh kepada anak anak yatim adalah sesuatu tindakan yang tidak mencontoh kepada Rasulullah.

Banyak orang berprinsip memberi kepada anak anak yang meminta minta itu tidak baik bagi perkembangan psikologi sianak.

Kata siapa tidak baik bagi perkembangan psikologi?

Cerita yang dibuat buat mencari alasan saja itu, yang jelas kepedulian kita sudah hilang, duit 5 ribuan atau dua ribuan pun membuat kita enggan mengeruk kantong untuk anak anak yang seperti didalam foto diatas. Kalau mereka orang berada tak mungkin mereka mau meminta minta…., dan mereka tak ingin seperti itu mau tidur dijalanan, ber-kelambu-kan embun malam. (YY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *