.

PKI DULU dan SEKARANG (Oleh : Anton Permana)

………………………………………….

China (zaman singasari) dan komunisme (PKI) sejak dulu ngebet untuk kuasai Nusantara. Tapi selalu gagal dan hancur sebelum jadi. Era moderen dan pasca kemerdekaan mereka sempat berhasil masuk dalam kekuasaan dan menjadi partai bernama PKI

tapi mereka mempunyai cacat ideologi dan cacat lahir yaitu ; terburu-buru dan mempunyai maniak psikologi yaitu orgasme dengan menyakiti dan menyiksa lawan dan musuhnya. Jadi wajar niat jahat mereka selalu gagal dan berakhir petaka

Setelah pemberontakan 1948 dan 1965, di era Soeharto (Orba) paham sesat ini dilarang secara konstitusional. Karena paham ini terbukti sangat jahat, kejam, sadis, dan sangat berbahaya bagi Indonesia yg berPancasila (negara yg memgakui eksistensi Agama dlm kehidupannya). Sedangkan PKI ini atheis (anti agama) dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya

Namun seiring waktu berjalan, ternyata ibarat lahan sawah, ideologi dan paham ini tetap ada. Hidup matinya tergantung curah hujan dan kondisi lahan tanahnya. Kalau lahannya sudah dicurahi hujan lagi, diberi pupuk lagi, maka ideologi itu akan tumbuh lagi walau berapa tahun pun menjadi lahan kosong dan kering. Begitu jugalah perumpamaan ideologi PKI ini. Setelah 32 tahun mati suri di zaman Orba, era reformasi bagaikan hujan bagi kekeringan lahan ideologi mereka untuk tumbuh eksis kembali.

Sekarang kita baru sadar bahwasanya ideologi PKI ini berhasil mengelabui bangsa Indonesia dgn membonceng bahkan aktor utama yg merancang era Reformasi untuk tumbangkan Soeharto yg dianggap srbagai momok utama penjaga Garuda (Indonesia). Anak anak PKI ini berkolaborasi dgn para komprador kelompok liberalis-sekuler bahkan barat sekalipun yg pada satu sisi mulai cemas melihat kedekatan Soeharto dgn kelompok Islam yg disinyalir bisa menjadi kekuatan besar kedepannya

Reformasi bergulir, infiltrasi mereka pertama kali masuk melalui amandemen UUD 1945 (khususnya pasal 6, pasal 33, dan down grade MPR/GBHN). Ditambah crossing yuridis beberapa UU ‘pesanan’ yg intinya untuk melemahkan Indonesia dari dalam. Termasuk pemisahan TNI dan Polri, serta membuang peran fungsi TNI jauh keluar dari pemerintahan dgn alasan reformasi tentara dari politik. Padahal semua itu hanya akal/akalan mereka untuk mudah mengobok-ngobok para politisi yg ketika itu banyak yg masih awam dan tidak paham dgn geopolitik dan geostrategi bernegara

Mulai dari presiden Habibie, GusDur, Megawati, nampak sekali beberapa sentuhan hasil infiltrasi PKI ini mulai masuk, bangkit, mencengkram dari dalam. 10 tahun pemerintahan SBY juga dari satu sisi dgn type demokrasi liberalnya, menjadikan apapun gerakan ideologis di Indonesia tumbuh subur dalam bingkai performance beliau sebagai seorang Demokrat sejati

Jadi wajar pada aura rezim sekarang sangat tidak ramah terhadap kelompok Islam dan TNI (karena pentolan anak anak PKI bergabung dibarisan rezim ini) Karena ada sejarah dendam masa lalu terhadap dua kekuatan bangsa ini yang dulunnya menghabisi mereka. Cuma bedanya sekarang mereka lebih sistematis, dukungan kuat dari induk semangnya komunis china yg juga sudah menjadi raksasa dunia

Ditambah, gerakan mereka ini jauh hari disiapkan sangat matang dan terorganisir. Kegagalan berulang kali ternyata menjadikan mereka lebih banyak belahar dan up grade. Contohnya, secara sistematis ideologi PKI ini tidak saja mengandalkan senjata khas andalan mereka sebagi ahli agitasi, propaganda, dan gerakan doktrinisasi. Tetapi juga menggunakan pendekatan sosial kultural yg masive melalui TV dan media

Maksudnya adalah, dengan alasan keterbukaan informasi dan kebebasan berekspresi, mereka berhasil menguasai secara bertahap TV dan media utama nasional. Mulailah mereka memproduksi secara masive film, sinetron, hiburan, infotaintmen, dan kontrol informasi, dimana didalam konten setiap produk ini mereka racuni masyarakat dengan prilaku, sifat, budaya yg sejalan dengan ideologi komunisme secara halus

Contohnya ; aslinya Indonesia itu adalah masyarakat yg ramah, suka tolong menolong, toleransi, saling menghormati, gotong royong, sederhana, dan sangat baik hati. Tapi lihatlah didalam setiap tayangan film, sinetron, dan hiburan pasca reformasi ini 99 persen penuh dengan nilai nilai matrealistis, hedonis, kemaruk harta, klenik (pendangkalan akidah), boleh saling caci, iri dengki ttg harta-wanita-dan cinta cinta memabuk kan

Didalam tayangan itu diajarkan bagaimana kurang ajar (ngerjain) guru, ulama, bohongi orang tua, pokoknya kalau ada orang baik akan sengsara, yg kaya hidup enak adalah yg jahat dan licik. Sehingga jangan heran pergeseran budaya ini sekarang menjadikan bangsa kita jadi biasa saling caci, mudah korupsi, saling benci, tak peduli agama dan norma, saling hasut, fitnah merajalela, dst

Kalau dulu didalam keluarga kita (khususnya saya pribadi) sempat mgomong iri dan kejelekan saudara saja langsung kena marah dan dimaki kita PKI. Artinya ideologi PKI itu mmg identik dgn hasutan, fitnah, dan caci maki. Nahh sekarang para PKI itu telag membumikan prilaku dan cara berpikir mereka kepada masyarakat secara masive melalui media media yang mereka kuasai itu. Disinilah cerdiknya mereka sekarang. Berhasil menggeser prilaku bangsa Indonesia secara tak sadar menjadi prilaku ala PKI ! Yang otomaris secara pemikiran, prilaku, akhlak, tentu sejalan dgn PKI.

Dengan tulisan singkat ini, penulis berharap dapat mengingatkan kita semua kembali. Bahwasanya nenek moyang kita para pendahulu kita adalah orang orang hebat dan beradab. Banyak peninggalan berharga mereka yg mesti kita jaga dan budayakan kembali. Yaitu sebuah bangsa yang baik, tangguh, dan berpegang teguh kepada ajatan agama dan nilai budayanya masing-masing

Ancaman kebangkitan PKI ini sudah jelas fan nyata. Mari kita ingatkan kembali para saudara kita yang terlanjur terjebak masuk tersandera oleh doktrinasi ala PKI ini. Jangan pernah salahkan mereka, karena hanya orang-orang terpilih yang bisa tidak terpengaruh oleh propaganda, agitasi, infiltrasi ala PKI ini.

Mari kita selamatkan bangsa Indonesia sebelum terlambat. NKRI harga mati. Pancasila dan UUD 1945 final srbagai konsensus bangsa Indonesia. Wallahualam.

*Penulis adalah alumni Lemhannas PPRA LVIII tahun 2018.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *