Erman Tolantang

Kemaren DODON Tea Bilang Hukum Tebang Pilih, Kini Kata UMAR Galie; “Hukum Tajam Sebelah”

HIKAYAT
DODON TEA dan UMAR GALIE
Oleh Ermanto Tolantang (Komunitas Sansai Film, Padang, Indonesia)

Episode 1 SD 11 klik disini :

Hukum Harus Tebang Pilih, Kalau Tidak Habis Semua (Episode 11)

Episode (12)

Hukum Seumpama Pisau

“Sobatku Dodon Tea dan Emakku, Emak Iyai, yang amat cerdas lagi bersahaja, bingung sekali aku melihat hukum yang tajam sebelah yang diterapkan di kampung kita ini,” ujar Umar Galie membuka cakrawala pagi di lepau Emak Iyai.

“Maksudmu apa itu, Umar Galie?” tanya Dodon Tea dengan nada suara yang sudah tidak netral lagi.

Emak Iyai mulai melirik Umar Galie sembari meletakkan telapak tangan di dadanya. Umar Galie sudah maklum, jika begitu Emak Iyai berarti memintanya untuk bersabar.

“Begini sobatku Dodon Tea. Aku sadar bahwa kita sudah tidak sebiduk dalam politik kampung ini. Akan tetapi dan bagaimanapun serta apapun yang terjadi, kita tetap berkawan. Aku melihat hukum yang dijalankan di kampung ini ya hukum yang tajam sebelah namanya yang seumpama pisau itu,” jelas Umar Galie sambil menunjuk pisau lepau Emak Iyai yang tajam sebelah.

Emak Iyai segera menyembunyikan pisaunya yang baru diasah ke belakangnya. Emak Iyai takut terjadi apa-apa dengan pisaunya nanti.

“Maksudmu apa ini, Umar? Tidak ngerti aku dengan titahmu. Aku setuju saja dengan hukum tajam sebelah seperti pisau itu. Kalau hukum tajam dua belah itu seumpama keris namanya. Nenek moyang kita dulu mengatakan memang hukum tajam sebelah. Kalau kini tetap diterapkan, janganlah disalahkan. Salahkanlah nenek moyang dahulu,” suara Dodon Tea yang mulai menanjak untuk membantah. Emak Iyai mulai menggaruk-garuk kepala mendengar pendapat Dodon Tea.

“Dodon. Maksudku hukum di kampung ini tajam ke satu kelompok dan tumpul ke kelompok lain. Kesalahan pada satu kelompok segera ditangkap dan diproses sesuai hukum dan kesalahan yang sama pada kelompok lain tidak pernah ditangkap dan tidak pernah diproses sesuai hukum di kampung kita ini. Itu namanya penegakan hukum yang tajam sebelah itu, Dodon Tea,” jelas Umar Galie.

“Pokoknya aku tidak setuju dengan anggapan negatifmu itu, Umar. Pokoknya penegakan hukum memang begitu. Hukum pisau memang tajam sebelah. Salahkan saja nenek moyang kenapa tidak menyebut hukum bak pisau bermata dua atau keris yang tajam untuk kedua belah,” tangkis Dodon Tea.

Umar Galie dan Emak Iyai semakin bingung. Keduanya bingung melihat cara berpikir Dodon Tea.

“Orang yang cerdas seperti kita ini Emak harus terus mengalah,” bisik Umar Galie membujuk Emak Iyai.

“Ya, kita mengalah saja demi keutuhan kampung kita ini,” kata Emak Iyai membalas bisik Umar Galie.

Catatan Redaksi: Apa pula yang akan mereka ceritakan pada Episode 13? ikuti terus hikayat ini..

Disini klik episode 13

Kesepakatan Damai Di Lepau Emak Iyai (Episode 13)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *