Erman Tolantang

Bini DODON Tea Pecahkan Televisi, Hasil “KuikKon” Pilpung Tak Sesuai Fakta

HIKAYAT
DODON TEA dan UMAR GALIE

Oleh Ermanto Tolantang (Komunitas Sansai Film, Padang, Indonesia).

Baca disini episode 1 s.d espisode 15

Serangan Fajar..!?!?

Episode (16)

Televisi Dipecahkan

Pagi ini dua hari setelah pencoblosan, Dodon Tea memasuki lepau Emak Iyai dengan wajah yang lesu. Emak Iyai juga kelihatan lesu. Umar Galie yang sudah lebih dahulu tiba di lepau Emak Iyai juga menyandarkan tubuhnya di pojok sembari bertopang dagu. Suasana lepau Emak Iyai dalam keadaan sunyi seumpama semasa perang pada zaman Belanda menjajah kampung ini.

“Dodon dan Umar, Emak tidak bisa membuatkan teh telur. Letih benar tubuh Emak dalam dua hari ini. Kalau teh manis, Emak masih bisa membuatkannya,” ujar Emak Iyai menguak suasana hening dan diam itu.

“Kalau kau Dodon, kenapa ikut letih begitu? Calon kepala kampung nomor urut 01 dalam Pilpung (Pemilihan Kepala Kampung) kan sudah menang? Semestinya kau merayakan kemenangan dengan Udin Kardus alis Udin Kaleru itu,” timpal Umar Galie.

“Iya benar itu Dodon. Sesungguhnya kami saja yang letih setelah menyaksikan hasil kuikkon alias hitung cepat yang disiarkan TV kampung kita itu,” tambah Emak Iyai.

“Bukanlah begitu juga Emak. Sesungguhnya Dodon juga masih ragu dengan hasil hitung cepat di TV kampung itu. Kalau Dodon dan Udin Kardus merayakan kemenangan, tapi nanti kalah dalam perhitungan panitia pemilihan, mau ke mana muka ini akan disurukkan, Emak dan Umar? Apalagi Dodon dan Udin tidak memiliki ‘sebo’ untuk menutup muka kami,” jelas Dodon Tea.

“Emak dengar pula, binimu marah-marah karena calon kepala kampung pilihannya kalah dalam hitung cepat tersebut,” tuding Emak Iyai.

“Benar Emak dan Umar. Pilihan politik biniku kan sama dengan pilihan Emak dan Umar. Sejak diumumkan hasil hitung cepat itu, biniku marah karena jagoannya kalah. Apalagi hasil di facebuk yang dilihatnya menunjukkan calon kepala kampung 02 yang menang. Karena hasilnya berbeda, maka dilemparkanyalah TV itu ke luar rumah. Sungguh semakin beratlah beban pikiranku ini, Emak dan Umar,” jelas Dodon Tea.

“Dodon dan Emak, sebaiknya tidak usah kita menyaksikan hasil kuikkon itu lagi. Mari kita berdamai demi hidup yang masih panjang akan kita arungi di kampung ini. Hasil pemilihan kampung ini kita serahkan kepada panitia pemilihan asal dilaksanakan secara jujur tanpa kecurangan,” tambah Umar Galie. Emak Iyai dan Dodon Tea mengangguk pertanda setujuh untuk hidup yang lebih damai.

Catatan Foto diatas adalah foto penulis hikayat ini Prof Dr Emanto S.Pd M.Hum berfoto bersama bininya.

Bersambung ke episode 17…

Entri Data Salah, Cakepung 01 Selalu Diuntungkan. Itu “YumanError”, Kata Buya Bahar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *