.Pessel

“Musim Pandiaman” Di Nagari IV Koto Hilie Batang Kapeh Kapan Berakhir?

Musim Pandiaman di Nagari IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapeh, Kabupeten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, akan semakin panjang dan kapan akan berakhir?

Apa itu Musim Pandiaman? Ini adalah sebuah istilah, istilah lama, bagi pak tani penggarap lahan sawah di Nagari IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapeh.

Istilah ini digunakan untuk menyebut lahan yang diberakan.

Apa itu lahan diberakan?

Lahan diberakan, salah satu sistem pertanian sawah di mana sesudah lahan ditanami 2 atau satu kali musim, lahan tersebut kesuburannya akan menurun dan/atau gulma sulit diatasi, lahan diterlantarkan selama beberapa bulan kemudian baru ditanam kembali. Inilah yang disebut dengan lahan diberakan atau dalam istilah setempat disebut dengan Musim Pandiaman.

Namun Musim Pandiaman yang dialami petani Nagari IV Koto Hilie saat ini, bukanlah persolan kesuburan tanah yang menurun, tetapi karena ketiadaan irigasi sebagai yang akan mengairi sawah di Nagari tersebut.

Ada sekitar 500 H lahan sawah di Nagari IV Koto Hilie yang mengalami musim Pandiaman yang panjang. Akibat bendungan iragasi Batang Jalamu Bobol sejak sekitar 25 bulan yang lalu.

Bendungan irigasi itu bobol dihondoh batang kayu besar ketika aie gabuak (air besar) di Sungai Batang Jalamu.

Sejak sekitar 25 bulan itu praktis iragasi Batang Jalamu tak dapat lagi dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian masyarakat di Nagari IV Koto Hilie.

Akibat tak berfungsi irigasi Batang Jalamu, semua lahan di nagari ini menjadi sawah tadah hujan.

Terakhir sekitar 5 bulan yang lalu petani penggarap sawah mengolah lahan mereka, tapi hasil panen turun drastis dibanding musim tanam sebelumnya.

Turunnya hasil panen bukan lantaran ketiadaan air, saat itu meskipun iragasi tak berfungsi, lahan masih bisa ditanami padi, kebetulan pada waktu itu saat petani menggarap lahan mereka musim hujan tiba, jadi kebutuhan air tanaman padi disawah terpenuhi dengan musim hujan waktu itu.

“Pendapatan turun karena padi habih di Mancik,” kata seorang petani di IV Koto Hilie menyebutkan tanaman padinya habis akibat dimakan tikus yang menyebabkan hasil panen turun secara dratis.

Sejak 5 bulan itu lahan pertanian sawah masyakarat di IV Koto Hilie tak dapat ditanami lagi. Sawah sawah yang biasanya dapat diairi oleh pengairan setengah tehnis Batang Jalamu, menajadi kering dan dapat digunakan oleh anak anak sebagai tempat bermain bola kaki.

Kapan irigasi yang bobol itu berfungsi lagi?

Camat Batang Kapas, Wendra Rovikto, telah gelisah dengan kondisi itu, karena apabila warga IV Koro Hilie tak batahun (tak turun menggarap sawah) alamat harga beras melonjak, angka inflasi di Batang Kapeh naik.

Wendra, 10 bulan yang lalu telah membuat proposal bagaimana agar irigasi yang bobol itu cepat direhab.

Proposal usulan program sudah ditandatangani oleh Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni.

Tapi …. Sampai kini irigasi itu masih belum jua berfungsi

Wartawan media ini mencoba menghubungi Kepala Dinas PSDA Pesisir Selatan, Doni Gusrizal.

Foto pak Doni bersama Istrinya

Kata Doni, sebenarnya Pemda Pesisir Selatan menginginkan Batang Jalamu itu direhabilitasi dengan spesifikasi teknis yang memadai.

Tapi karena anggaran belum ada di tahun lalu dan tahun ini sehingga iragasi itu tak direhab. Lewat kesepakatan kita dengan BPBD ( Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Pesisir Selatan, direhab dengan menggunakan
dana tanggap darurat atau dana oncal.

“Kita berharap secepat masalah irigasi di IV Koto Hilie dapat ditanggulangi dan kini tinggal menunggu proses admnya di BPBD Pessel, jika sudah OK sudah bisa dimulai” kata Doni Gusrizal ketika ditanya Pilarbangsanews.com lewat Aplikasi Whatsappnya.

Itu artinya, menurut Doni, untuk penanganan darurat tetap BPBD Pessel. Tapi untuk perbaikan konstruksi permanennya kita limpahkan wewewnangnya ke Prop. Disamping biayanya yang cukup besar. Juga luas area sawahnya total sadah lebih 1000 Ha. Ini Sesauai aturan Kepmen PUPR,” (Yuharzi Yunus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *