Jokowi-Ma’aruf dan Masyarakat Sumbar
Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com, — Sejak kampanye Pilpres 2019 berlangsung sampai sekarang telah berkali kali Jokowi merencanakan datang ke Sumbar, tapi selalu gagal. Terakhir rencana datang menghadiri acara
Puncak peringatan hari Kesatuan Gerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (HKG-PKK) tingkat nasional ke 47 2019, di Sumbar pada tanggal 25 Juli lalu, juga gagal.
Tidak diketahui kenapa
Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak hadir dalam helat ibu ibu PKK tersebut.
Ketidak hadiran Presiden Jokowi menimbulkan berbagai spekulasi dikalangan pemerhati, diantaranya ada yang mengatakan jokowi ogah hadir ke Sumbar, lantaran warga Ranah Minang, banyak tak memilih pasangan 01 pada pilpres yang lalu. Jokowi kalah telak di Sumbar.
Koordinator Komunitas Pemerhati Sumbar (Kapas) Isa Kurniawan dalam salah satu postingannya di linimasa akun Facebooknya menulis dengan judul; Presiden Jokowi Sudah “Malas” Datang Ke Sumbar?
Judul dari postingan status Facebook Isa Kurniawan itu bernada tanya. Karena tidak ada informasi yang pasti alasan ketidak hadiran Presiden Jokowi pada acara Hari Gerak PKK di Sumbar, pada hal jauh sebelum acara panitia telah mematangkan rencana kehadiran Presiden pada acara HUT hari kiprahnya ibu ibu tersebut. Bahkan panitia di Sumbar telah mengadakan rapat di jakarta mempersiapkan rencana kehadiran Presiden Jokowi. Tapi kenapa pada akhirnya presiden tidak hadir?
Walaupun begitu, tulis Isa Kurniawan, Acara tetap berlangsung, ribuan peserta dari seluruh Indonesia berdatangan ikut meramaikan acara tersebut dan acara itu dibuka oleh Mendagri Tjahjo Kumolo –bukan Menko, atau Wakil Presiden.
Apakah memang Presiden Jokowi sudah “malas” datang ke Sumbar, lantaran warga Sumbar tidak memilih pasangan 01 itu?
Tentu untuk menjawab ini yang lebih pas adalah Presiden Jokowi sendiri.
Namun jika ada seorang politisi yang mencoba menjelaskan bahwa Jokowi bukan malas tapi belum ada kesempatan, apakah penjelasan itu dapat kita anggap sebagai representasi dari jawaban dari Presiden Jokowi?
Tentu bisa dianggap demikian apalagi yang menyampaikannya adalah seorang politisi partai PDIP yang telah membesarkan Jokowi dari seorang pengusaha Mabel hingga berhasil jadi Walikota Solo, kemudian Gubernur Jakarta, trakhir 2 priode menjadi RI1.
Politisi itu adalah Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, dikutip dari media online Detik.com, Hasto
mengatakan Prsiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin sudah melupakan kekalahan telak dari pasangan Prabowo-Sandiaga Uno di wilayah Sumatra Barat pada Pilpres lalu.
Menurut Hasto, Jokowi-Ma’ruf sekarang akan jadi pemimpin buat seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya pemimpin untuk pendukung dan pemilihnya saja. Hasto menyebut selama lima tahun kedepan pada periode kedua jabatannya, Jokowi tetap akan melanjutkan pembangunan Sumbar.
“Meskipun kalah di Sumbar, tetapi beliau Pak Jokowi adalah presiden seluruh rakyat Indonesia. Yang juga memperhatikan kemajuan, perkembangan baik secara fisik dan kemajuan budi pekerti,” kata Hasto kepada wartawan usai menghadiri Konfercab dan Konferda PDIP se-Sumatera Barat di Kota Padang, Ahad (28/7).
Politikus asal Daerah Istimewa Yogyakarta itu menilai wilayah Sumbar merupakan bagian sentral dari seluruh keluarga PDIP di Indonesia. Ia meyakini Sumbar mampu memberikan peran bagi pembangunan Indonesia di bawah kepimpinan Jokowi-Ma’ruf.
Hasto menyebut hal itulah yang mendasari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri menugaskan ia turun ke Sumbar untuk menjembatani Jokowi-Ma’ruf dengan, Pemprov dan masyarakat Sumbar secara umun.
Jadi kehadiran Hasto ke Sumbar selain mewakili ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada konfercab dan Konferda PDIP Di Ranah Minang, sekaligus katanya dia mencoba menjembatani Jokowi-Ma’aruf dengan Pemrov dan masyarakat Sumbar.
Pertanyaanya, bisakah jokowi melupakan kekalahannya dalam pilpres 2019 di Sumbar?
Kalau kata melupakan itu diberi tanda kutip, pastilah bisa karena jokowi itu adalah seorang Presiden bagi seluruh bangsa Indonesia.
Tapi kalau kata melupakan ini tidak diberi tanda kutip, kita tidak yakin Jokowi-Ma’aruf bisa melupakan kekalahannya. Sebab ini merupakan bagian dari sejarah yang terdokumentasi.
Sebagai manusia, baik Jokowi-Ma’aruf maupun kita semua. Biasanya yang sering berlaku itu kita suka lupa atas kebaikan orang. Makanya ada istilah lupa kacang pada kulitnya.
Yang kita takutkan jangan jangan nanti Sumbar menjadi daerah mendapat perhatian istimewa, sementara daerah lain yang mayoritas memilih Jokowi-Ma’aruf menjadi terlupakan… Allahu alam.. (Yuharzi Yunus)