Bupati Hendrajoni Pandai Bikin “Lapek Sagan” (Bag; 33)
Yang belum baca Bag 1 s.d bag 32 klik link di bawah ini;
Bupati Hendrajoni; Berikan Stimulasi Pada Anak Usia Dini Untuk “Bermimpi” (Bag; 32)
Sambungan dari bag 32…
Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com, —
Sebenarnya ibuk tidak setuju saya masuk polisi. Ibu menyuruh saya kalau sudah tamat SMA, masuk PGSLP (Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama). Pada masa itu negara kita kekurangan guru. Untuk memenuhi formasi guru pemerintah mencetak guru melalui Program Studi PGSLP untuk guru SMP dan PGSLA (Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Atas) untuk mengajar di SMA.
Penyelenggara program studi PGSLP/PGSLA ini dilakukan oleh IKIP (Institut Keguruan Ilmu Pendidikan) dimasing-masing provisi dengan lama program pendidikan satu tahun untuk PGSLP maupun PGSLA.
Banyak tamatan SMA sedarjat pada masa itu yang masuk PGSLP maupun PGSLA. Mereka begitu menamatkan pendidikan langsung di angkat sebagai guru PNS diberikan SK dan ditempat di sekolah sekolah dengan golongan ruang II/a.
Ketika Hendrajoni, mengirim surat pada ibuknya di kampung dan mengabarkan dia akan masuk polisi. Ibuk menyuruh masuk PGSLP saja.
“Tidak usahlah joni masuk polisi. Masuk polisi itu banyak duitnya, harus punya backingan. Kita tak punya backingan dan tak punya uang bayar dekingan. Kalau joni gigih mencoba, nanti Joni tidak lulus, kan percuma,” demikian Ibuk, melarang Hendrajoni masuk polisi.
Dasarnya anak tangka (gigih), Tanpa setahu ibuk dikampung tetap dicoba oleh si pemuda Hendrajoni mendaftarkan dirinya masuk polisi dan mengikuti seleksi.
“Alhamdulillah…. Saya lulus. Prediksi pak provost saat saya diuji nyemes bola voli itu ternyata tepat.” kata Hendrajoni.
“Apa kata Ibuk pak bupati setelah beliau dapat kabar anaknya lulus secaba Polri?” tanya Ujang Saga.
“Pastilah Ibuk dan Apa sangat gembira. Beliau melarang saya masuk polisi bukan karena tidak suka, tapi merasa cemas kalau nanti saya gagal, takut anaknya akan merasa kecewa,” jawab Bupati.
Menurut Hendrajoni, bagi ibuknya yang penting anak anak rajin sekolah. Pilihan pendidikan sekolah Guru pada anak-anaknya, karena pengangkatan guru saat itu sangat cepat dan mudah jika dibandingkan dengan bekerja kantoran lainnya. Kemudian pendidikan guru, seperti tamat SPG sedarjat dengan SMA, begitu tamat sudah dapat mengikuti testing jadi guru PNS. “Lantaran inilah anak anak Ibuk semuanya di sekolahkan di sekolah pencetak guru, ” Tambah Hendrajoni.
Kata Hendrajoni, ibuknya, walaupun mengarahkan anak-anak, menuntut ilmu di SPG, dilakukan bukan karena anak anak harus menuruti keinginannya. Bagi Ibuk anak anak boleh memilih hidupnya sesuai yang dia inginkan. Sebagai seorang guru, ibuk memahami dan dapat mengimplementasikan bahwa, orang tua sebagai yang mendidik anaknya, Tut Wuri Handayani
Sebagaimana diketahui Tut Wuri Handayani adalah penggalan dari kalimat panjang yang terkenal dari Ki Hajar Dewantoro, pendiri Taman Siswa, bapak pendidikan kita, yang baris terakhirnya juga menjadi bagian dari logo Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia : Ing Ngarso Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Maknanya lebih kurang : di depan memberi teladan, ditengah membimbing (memotivasi, memberi semangat, menciptakan situasi kondusif) dan dibelakang mendorong (dukungan moral).
Ibuknya, kata Hendrajoni memberi tuntunan bagaimana seorang guru yang digugu dan ditiru dalam bertindak. Itu telah diperankan ibu dengan baik dan diaplikasikan beliau ketika mendidik murid dan anak anaknya.
Ibuk tidak hanya mendidik kami anak anak beliau dengan kata-kata. Melainkan juga mendidik anak anak dengan perbuatan.
“Contoh seperti apa?” tanya Tam Arang.
Ibuk kan seorang guru. Waktu itu gaji guru dan PNS lainnya sangat sedikit. Tidak ada dana sertifikasi yang diterima oleh ibu dan bapak guru. Seperti yang pernah saya katakan sebalumnya. Penghasilan ibuk sebagai guru dan digabung dengan pendapatan Apa (ayah) sebagai petani penggarap lahan yang sempit tidak mencukupi untuk menutup biaya keluarga.
Dalam menghadapi kondisi yang serba sulit itu, ibuk melakukan kerja keras. Bangun dipagi buta, sebelum masuk waktu subuh, dibantu adik adik saya beliau membuat Lapek Sagan.
“Lapek itu dijual. Adik saya yang bungsu (sekarang sudah almarhumah) bertugas menjajakan Lapek Sagan tersebut. Dan tugas saya diberikan ibuk, mangicok (mencicipi) Lapek tersebut jika sudah matang dikukus, ” ungkap Hendrajoni.
“Lapek Sagan itu bentuknya seperti apa pak bupati?”
“Utiah tak tahu bentuk Lepek Sagan itu?” Bupati balik bertanya.
“Kalau ambo tahu, pak bupati, sebab ibu ambo juga suka buat Lapek Sagan itu, ” Utiah Kapeh menjawab.
“Kalau memang tahu, seperti apa. Ayo.!” bupati minta Utiah Kapeh menjelaskan.
“Lapek Sagan itu bahannya terdiri dari beras pulut (ketan) yang berwarna pirang atau hitam. Dicampur dengan Pisang. Beras ketan itu digelimangkan dengan pisang. Setelah siap adonannya, lalu kemudian dibungkus dengan daun pisang. Setelah itu baru di kukus, ” Utiah Kapeh menjelaskan.
“Ya betul itu. Memang seperti itu membuat Lapek Sagan…, deyen kalau ada perlombaan membuat lapek Sagan itu mungkin deyen bisa juara, ” kata Hendrajoni membanggakan dirinya bisa membuat Lapek Sagan.
Resep Lapek Sagan
Bahan Yang Dibutuhkan
- 1 sisir pisang kepok ranum (+8-10 buah)
- 1 gelas beras ketan
- 1 butir kelapa muda yang sudah diparut
- 1 gram vanili
- Daun pisang secukupnya
- Garam secukupnya
Cara Membuat
- Bersihkan beras ketan dengan cara mencuci menggunakan air bersih.
- Kupas pisang lalu dicampur menjadi satu dengan kelapa parut, tambahkan vanili lalu remas-remas dengan tangan sampai menjadi adonan.
- Siapkan daun pisang untuk membungkus adonan.
- Bungkus adonan satu persatu berbentuk memanjang.
- Kukus adonan hingga matang, Lapek sagan siap dihidangkan
Selamat mencoba resep Lapek sagan ini, semoga hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh anggota keluarga dan nantikan resep masakan lainnya dari kami …. (Resep blogspot.com)
Bersambung ke bag 34…