Pessel

Patung di Bukit Putuih Painan Pessel itu; Barabab Atau Babiola?

Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com,
Pemda Pesisir Selatan lewat Dinas PUPR membangun sebuah Tugu terletak di simpang Bukit Putus Painan.

“Tugu tersbut sudah rampung dan tinggal menunggu kesiapan pak bupati untuk meresmikannya, ” kata Kepala Dinas PUPR Pesisir Selatan, Era Sukma menjawab pilarbangsanews.com.

Di atas Tugu ada patung berwujud seperti manusia yang duduk bersila sedeng menggesek Rabab. Rabab itu sendiri adalah salah satu alat musik tradisional yang dahulu digemari oleh warga Pesisir Selatan baik yang muda maupun yang tua.

Barabab atau Babiola sekitar 30 tahun yang lalu, menjadi sesuatu keharusan jika ada salah satu kelurga yang kenduri selalu menggelar kesenian ini. Jika tidak ada acara barabab atau babiola alek terasa senyap dan tidak meriah.

Sebelum Pirin Asmara seorang penggesek Rabab Pesisie masuk rekaman, banyak warga Sumbar yang tak tahu karena tak pernah mendengar dendang dan gesekan Rabab.

Setelah kaset kaset Tipe Recorder dan piring VCD diperbanyak dan beredar secara luas, dendang Rabab Pirin Asmara yang mendayu dayu itu semakin dikenal.

Kini, kesenian Rabab Pesisir Selatan itu beberapa tahun belakangan sudah mulai jarang digelar. Rabab tergilas dengan musik orgen tinggal. Namun masih ada juga yang menampilkan kesenian ini untuk memeriahkan helat kenduri mereka.

Penonton atau pendengar Rabab itu kini mayoritas adalah kalangan yang berusia 45 tahun keatas. Anak anak muda masih mau mendengar jika Rabab ini dikhaloborasikan dengan alat musik ada orgen dan ada pakai gedang.

Dendang yang dilagukan juga mirip dengan lagu lagu berirama dangdut. Modifikasi Rabab masa kini dipelopori dan dirilis oleh Pirin Ketek.

Pirin Ketek seperti halnya Pirin Asmara juga masuk dapur rekaman di Padang. Waktu zaman CD beberapa waktu yang lalu piring CD dendang Rabab Modifikasi Pirin Ketek banyak beredar.

Kembali pada tugu diatas, tugu ini dibangun tentu bukan tanpa alasan. Salah satunya mungkin sebagai bukti bahwa Pessel punya kesenian asli yang disebut dengan Barabab atau Babiola.

KONTROVERSIAL

Tugu di Simpang Bukit Putuih Painan itu menimbulkan kontroversi dikalangan Facebooker. Munculnya kontroversi itu terkait persoalan nama.

Tugu ini di beri nama Babiola. Karena patung itu dalam wujud orang sedang menggessek biola.

Perdebatan cukup menarik masing masing mengemukan alasan yang bisa diterima logika dan bersumber kan literature.

Yang menjadi perdebatan kata benda alat musik itu yang satu mengatakan Rabab dan satu lagi mengatakan Biola.

“Tapi jika Pirin Asmara kini masih hidup dan ada yang bertanya saat dia hendak pergi ketempat konser, dapat dipastikan dia akan menjawab “Den pai Babiola” dan tak akan dia jawab “Den pai Barabab”,” kata sumber Pilarbangsanews.com di Muaro Batang Kapeh.

Sumber itu menambahkan, Pirin itu lahir dan besar di Muaro Batang Kapeh, sementara kami di Muaro Batang Kapeh khusus Nagari IV Koto Hilie menyebut Barabab itu dengan Babiola.

BOLEH SALAH SATU DIPAKAI

Seorang Profesor Lungistis UNP Padang Prof Dr Emanto S.Pd M.Hum diminta komentarnya, dia mengatakan ada sedikit perbedaan dalam istilah alat musik ini.

Awalnya kato Biola lebih moderen pengaruh bahasa Indonesia dan dari Eropa dengan 4 senar (dawai), sadangkan rabab lebih tradisional meniru biola nan modern dengan 4 senar juga tetapi senarnya dawai dan tali kasar.

Dalam sejarah musik tradisi di Minangkabau, kato biola (alat) jo kato babiola (kegiatan seni tradisi menggunakan biola) juga digunakan di babarapa tempat di Pasisir Selatan Namun kato rabab (alat musik) dengan kata Barabab (kegiatan musik tradisi manggunokan rabab) labiah banyak digunakan. Kata Rabab Pasisia makin dikenal di Sumatera Barat lantaran popolernya rekaman Rabab Pasisia Pirin Asmara.

Jadi, Rabab Pasisia lebih banyak dikenal orang dari pada Biola atau Babiola.

Namun kaduonyo buliah dan tak salah dipakai salah ciek. Cuma kalau labia rancak iyo Barabab, dan labiah khas tradisi pasisia dan jauah labiah populer rabab pasisia. Tapi alah tabuek babiola tu baa juo lai.” kata Dekan FBS UNP putra Tuik Batang Kapas ini. (****)

Baca juga;

Beberpa Unit Bangunan Pusat Bisnis di Silaut Pessel Dibiarkan Kosong. Ini Alasannya..!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *