Pessel

Pagar Menuju Tambang Batuan di Lubuk Buaya Air Haji itu Diruntuhkan Lagi, Warga Ganti Dengan Parit

Air Haji,
PilarbangsaNews, –– Pagar menuju lokasi tambang Butuan di Lubuk Buaya, Air Haji Tenggara, Kecamatan Linggo Sari, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar, yang didirikan oleh wakil kaum Suku Malayu dan Suku Kampai sebagai bentuk protes terhadap aktifitas tambang batuan disana kembali dicabut dan dihanyutkan ke sungai oleh orang tak dikenal, Senin sore (20/7).

Sudah 2 kali jalan menuju ke lokasi tambang kami pagari dengan bambu, 2 kali pula diruntuhkan dan dihanyutkan oleh pihak yang tak diketahui.

Tak hilang akal, pagar yang diruntuhkan itu kini mereka ganti dengan membuat parit pada lahan yang dijadikan aksesibilitas ke areal tambang

Untuk yang ke 3 ini, kami tidak lagi memagar seperti 2 kali yang sebelumnya, tetapi membuat parit pada lahan yang digunakan untuk jalan keluar masuk ke lokasi.

Baca juga;

Kaum Suku Melayu dan Kampai Lakukan Aksi Pemagaran Lokasi Galian C di Lubuk Buayo Air Haji

Aksi Pemagaran Lokasi Tambang Batuan di Air Haji Dikadukan ke Polisi

Dengan membuat parit ini diharapkan kegiatan pertambangan distop untuk sementara menjelang pihak pengelola bisa memperlihatkan izin tambang yang dikantongi.

Pagar yang diruntuhkan

Dengan adanya parit itu, mobil truk pengangkut batu tidak lagi bisa melewati parit tersebut, sehingga praktis kegiatan pertambangan pun akan terhenti.

Salah seorang tokoh warga disana Iin mengatakan warga membuat parit ini juga merupakan salah satu upaya bentuk penolakan terhadap aktifitas tambang di kampung mereka. Penolakan ini justru melibatkan masyarakat yang lebih banyak lagi. Setelah dua kali dilakukan pemagaran, selalu bongkar diam-diam dan dihanyutkan oleh pihak pengelola tambang, kini warga melakukan dengan menggali parit bersama-sama.

Terpantau di lapangan, warga yang juga melibatkan kaum ibu yang berjumlah sekitar 40 orang, menggali tanah untuk membuat parit. Karena, menurut mereka. Kalau masih juga menggunakan pagar, sudah dipastikan akan dibongkar dan dihanyutkan kembali.

SUDAH LAMA

seperti yang diberitakan sebelumnya tambang batuan ini sudah belasan tahun beroperasi dan dikelola oleh ketua KAN setempat Jafri Dt Rajo Lelo.

Sekitar awal bulan Juli ketua KAN Jafri Dt Rajo Lelo meninggal dunia. Posisinya di tambang digantikan oleh salah anak almarhum bernama Yudi.

Yudi kepada pilarbangsaNews menyatakan dia memiliki izin. “Kalau tidak ada izin mana mungkin saya bisa melakukan penambangan,” kata Yudi

INI DAMPAKNYA

Akibat penambangan batuan itu beberapa bagian tebing sudah runtuh sehingga membuat aliran sungai itu semakin melebar.

Tak jauh dari titik pengambilan bahan galian, terdapat gedung Sekolah Dasar, tak jauh dari SD tersebut di ujung tebing ada pandam pakuburan.

Baik loaksi bangunan SD maupun lokasi pandam pekuburan, semakin sempit akibat tebing tergerus arus sungai.

Warga yang turut membuat parit mempertanyakan perihal amdal dari galian C yang terdapat di kampung mereka. Saat ini, yang dirasakan warga adalah sumur-sumur yang mengalami kekeringan, padahal rumah mereka terdapat di pinggir sungai. Selain itu, fasilitas umum seperti masjid dan sekolah taman kanak-kanak pun mendapat imbas dari kekeringan ini.

Kami mempertanyakan izin tambang galian C ini. Jika memang izinnya ada, tentu akan ada kajian-kajian terhadap lingkungan agar tidak terjadi kerusakan dan titik-titik pengerjaannya jelas. Ungkap Iin, salah seorang warga di sela-sela penggalian parit.

WALINAGARI TAK JAWAB

Walinagari Air Haji Tenggara Erdifan dicoba menghubunginya, tidak ada jawaban dari panggilan telfon selulernya.

Menurut warga, tambang galian C yang terdapat di Lubuk Buaya ini harus menjadi perhatian bersama sebelum bencana datang. Ini adalah bentuk antisipasi kami selaku warga. (Sultan/****)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *