Bertemu dan Selfie dengan Sahabat Muslim dari Qinghai China (29)
Bagi yang belom baca episode 28 baca dulu klik link dibawah ini;
Khotib dan Imam Sholat Jum’at Syeikh Sudais yang Semasa Kecil Sering dikutuk Ibunya (28)
Kegiatan kami setelah menunaikan sholat Jum’at kembali ke penginapan, makan siang di lantai M Majestic Hotel.
Sepertinya Majestic Hotel ini dihuni oleh jema’ah umrah dari Indonesia dan Malaysia.
Sebab menu makanan yang tersaji adalah sasuai dengan salera orang Indonesia dan Malaysia.
Satu kali di hotel itu saat berada didalam lift, saya bertanya, bapak dari mana?
” Saye dari Kedah, ” jawab bapak itu.
“Kedah Malaysia?, ” saya ulang untuk lebih memastikan.
“Betol, ” ucapnya.
Saya dan pak cik dari Malaysia itu berpisah setelah turun lift, kami sama-sama hendak ke Masjidil Haram lagi untuk menunaikan sholat ashar.
Saya ke masjid bersama papi doli, pak Amir Dt Rajo Intan dan pak Rasyidin. Dua cowok remaja diatas angka 17 terbalik ini selalu saya ajak jika hendak ke Masjidil Haram.
Kadang mereka kelihatan letih, ingin istirahat tapi setelah saya katakan kita ke sini bukan untuk rehat di hotel tapi untuk menunaikan ibadah. Ingat bahwa ibadah sholat kita di masjid Haran 100.000x lipat pahalanya dibanding masjid di tanah air. Kalau hanya untuk rehat lebih baik di Padang saja banyak hotel yang lebih baik dibanding Majestic Hotel ini.
Stimulus itu mengena, kedua remaja 17 angka terbalik ini bangkit dan dengan penuh semangat siap mengikuti saya dan Papi Doli bila kami ke Masjidil Haram.
Kami terlambat, saat memasuki pintu masjidil Haram kami diarahkan ke lantai atas, karena pelataran Ka’bah dan lantai satu Masjid telah penuh. Sampai di lantai 2 juga penuh, kami diarahkan oleh pak polisi Mekkah terus naik ke lantai 3, lantai paling atas.
Dilantai paling atas ini kami sholat Ashar. Usai menunaikan sholat, saya sempat mengabil foto bersama sahabat muslim yang katanya datang sebuah provinsi di China, Qinghai. Dia menunaikan Umrah bersama keluarga, istri dan 3 orang putra putrinya.
Foto saya bersama si koko lihat diatas foto ungulan dari artikel ini. Saya lua bertanya namanya.
LANJUT SHOLAT MAGHRIB
Pak Rasyidin Malin Kayo dan Pak Amirudin Dt Rajo Intan, entah kemana hilang, saya dan papi doli sepakat untuk tidak pulang ke hotel. Kita langsung saja nunggu sampai waktu maghrib tiba. Sebab kalau kembali ke hotel takutnya nanti kita tak bisa menunaikan sholat di dekat Ka’bah.
Saya ingin sholat tak jauh dari bangunan purbakala yang teramat suci dan yang menjadi arah kiblat sholat umat muslim sedunia itu.
“Okey pa,” kata Doly sepakat dengan keinginan saya. Doly pun katanya, dia akan mencoba untuk bisa mencium Hajar Aswat (Batu hitam) yang berasal dari Syurga itu.
Mencium Hajar Aswat tidak mudah, perlu tekad dan kemauan yang keras,
Karena untuk mendekati area Hajar Aswad, para jamaah harus bisa menembus ribuan jamaah lain yang sedang berkeliling Kabah (tawaf).
Papi Doly hilang dari pandangan saya, hilang dan merangsek diantara barisan umat yang sedang tawaf.
Sekitar 25 menit kemudian, kembali Doly bertemu dengan saya. Nafas nya sedikit sesak.
“Alhamdulillah…,Pa.., Oly berhasil mencium Hajar Aswat Batu itu, ” ujar papi Doly terengah-engah.
Kelihatan sekali dia sangat gembira. Karena itu tadi, untuk bisa mencium Hajar Aswat itu sungguh tidak mudah. Namun Doly berhasil. Inilah yang membuat ada kepuasan didalam batinnya.
Doly percaya kalau kita niat dan ikhlas, Allah pasti akan membantu. Begitu juga dengan doa kita. Makanya berbuat sesuatu dengan iklas lalu berdoa. In sha Allah, Allah Yang Maha Pember akan mengabulkan do’a hambaNya sesuai dengan kepercayaan hambaNya itu padaNya.
Mencium hajar aswad. Sebuah ritual yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW dan diyakini sebagai salah satu tempat mustajab untuk berdoa. Namun, apa sebenarnya makna dari mencium hajar aswad?
Dikutip dari Media online Detik.com, Sunnah mencium serta mengusapkan tangan pada batu hitam ini, sebagaimana kisah Sayyidina Umar bin Khattab, yang suatu saat mendatangi Hajar Aswad lalu menciumnya. Umar berkata:
إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
Artinya: “Sungguh, aku tahu, kamu hanya batu. Tidak bisa memberi manfaat atau bahaya apa pun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menciummu, aku pun enggan menciummu.” (HR Bukhari)
Hadits di atas mengisahkan, bahwa Sayyidina Umar dengan mata kepalanya sendiri telah menyaksikan Rasulullah Saw mencium Hajar Aswad, sehingga menjadikannya ingin meniru perilaku Nabi Saw sebagaimana yang disampaikan di atas.
ooooOooo
Letih melaksanakan tawaf rehat dulu, dan waktu sholat maghrib pun tiba.
Saya mengambil tempat disalah satu sisi dinding Ka’bah. Ada 4 atau 5 shaf didepan saya baru kemudian dinding Ka’bah.
Saya tak lagi melihat papi Doly pak Amir dan pak Rasyidin. Kami terpisah satu sama lainya.
Dengan pesawat handphone saya kontek Papi doli, nanti jika mau pulang tunggu di tangga yang dekat dengan pintu keluar masuk masjid sisi Barat Masjidil Haram.
Silahkan tonton video ini; https://youtu.be/aqhyMCX6Uxo
Saya minta juga pada papi doli agar sekalian kita langsung saja menunggu waktu Isya masuk. Setelah menunaikan sholat Isya baru kembali ke Majestic Hotel.
Bersambung…