.ArtikelPendidikan

Bertutur Santun Dengan Kata Sapaan (oleh : Rafniati)


Tata cara berbahasa menjadi salah satu indikator penting bagi kehidupan. Kehidupan kita yang tak luput dari komunikasi tentu memerlukan suatu cara untuk berbahasa. Apabila tata cara berbahasa kita tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya, tentu hal tersebut akan menimbulkan
stigma negatif..

Berkomunikasi bukan hanya menyampaikan pesan kepada lawan bicara tetapi
yang sangat diperlukan dalam berbicara adalah kesantunan dalam berbicara. Seseorang bisa kita
katakan santun dalam bertutur, apabila kita bisa menerapkan etika bahasa.
Etika bahasa adalah suatu kaidah normatif penggunaan bahasa yang menjadi pedoman umum yang disepakati oleh masyarakat pengguna bahasa, bahwa cara yang demikian itu diakui
sebagai bahasa yang sopan, hormat, dan sesuai dengan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat.


Seseorang yang terampil berbicara pasti mempertimbangkan apa yang akan dikatakan sebelum
berbicara. Tidaklah salah jika pepatah mengatakan bahwa bahasa adalah cermin pribadi
seseorang. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa kepribadian seseorang dapat dinilai dari tutur katanya dalam berbahasa.


Bagi orang banyak, tutur kata yang baik, lemah-lembut, sopan-santun, akan mencitrakan seseorang sebagai pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur. Sebaliknya, tutur kata yang kasar dan buruk akan menimbulkan citra buruk pula pada pribadi orang tersebut. Atas dasar hal itu,
etika tutur bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam pembelajaran di sekolah yang juga memberi kontribusi pada kurikulum pendidikan karakter peserta didik.


Hari ini pemerintah sedang gencar-gencarnya merancang pendidikan yang berkarakter.
Sehingga dirancanglah kurikulum yang di dalamnya memiliki pendidikan karakter. Fungsi pendidikan karakter adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik. Pendidikan karakter di sekolah sangatlah dibutuhkan peserta didik untuk membentuk pribadi yang baik, bijaksana, jujur,
bertanggungjawab, dan bisa menghormati orang lain. Salah satu pembentukan karakter dapat dilakukan melalui bertutur santun dengan menggunakan kata sapaan.


Kata sapaan merupakan salah satu cara untuk melatih siswa berkarakter dalam berbahasa.
Melalui kata sapan kita dapat memperhalus bahasa, sehingga ketika kita bertutur terlihat lah kesantunan berbahasa. Kata sapaan yang sering terlupakan oleh generasi muda khususnya adalah peserta didik adalah kata sapaan yang berbentuk hubungan kekerabatan. Berikut adalah beberapa

contoh kata sapaan kekerabatan yang dapat digunakan sebagai kata sapaan adalah bapak, ibu,
paman, bibi, adik, kakak, mas, atau abang.
Hal inilah yang sering terlupakan oleh generasi muda saat ini, khususnya para peserta didik yang berada di sekolah. Di dalam proses belajar mengajar masih ada peserta didik yang
belum menggunakan kata sapaan. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan dan tidak terbiasanya peserta didik menggunakan kata sapaan. Berdasarkan fakta yang ada, kebanyakan peserta didik
pada umumnya belum bisa menempatkan bahkan belum terbiasa menggunakan kata sapaan kekerabatan di dalam berkomunikasi dengan guru.
Padahal dengan menggunakan kata sapaan dapat melahirkan bahasa yang santun dalam
berkomunikasi. Kesantunan saat berbahasa merupakan cerminan diri , karena saat kita berbahasa santun dengan orang lain pun menjadi tertarik dengan percakapan yang sedang berlangsung.
Kasus ini sering penulis temui di lingkungan sekolah. Hal ini terlihat ketika peserta didik berkomunikasi di dalam proses pembelajaran, sebagai contoh;


1) Seorang peserta didik ditanya alasan kenapa terlambat, peserta didik tersebut langsung
saja menjawab “ Ya, terlambat bangun lah” .


2) Ketika guru bertanya kepada peserta didik, kenapa kamu tidur di dalam kelas. Peserta didik menjawab “Saya kurang enak badan, karena tadi malam bergadang”.


3) Ketika guru bertanya “kenapa nilai ulangan harian Mu kok turun sekarang?. Peserta didik pun menjawab dengan ringannya,”ya begitulah kemampuan saya, harus gimana lagi”.
Banyak lagi konteks bertutur yang sangat janggal di kalangan peserta didik, tetapi
sangat disayangi sekali, hal ini tidak begitu terperhatikan oleh para pendidik. Para pendidiktidak acuh dengan penggunaan bahasa peserta didik. Siapa lagi kalau bukan kita pendidik yang akan memperbaiki bahasanya peserta dididk. Guru bahasa Indonesia sangat berperan untuk memperbaiki bahasa peserta didik.
Kata sapaan ini lah yang akan membuat tuturan menjadi lebih santun. Misalnya, apa
yang dituturkan oleh peserta didik yang di atas kita tambahkan dengan kata sapaan kekerabatan
yang hanya tiga huruf, mampu melahirkan tuturan yang sopan. Kalimatnya akan menjadi seperti di bawah ini.


1) Seorang peserta didik ditanya alasan kenapa terlambat, peserta didik tersebut langsung
saja menjawab “ Ya, terlambat bangun lah” .
Apabila kita tambah dengan kata sapaan kekerabatan, maka akan berubah menjadi
“Ya, saya tadi terlambat bangunnya Bu”.
Hanya menggunakan kata Bu saja, kalimat yang dituturkan oleh peserta didik menjadi
lembut dan santun, apabila dibandingkan dengan kalimat yang pertama.


2) Ketika guru bertanya kepada siswa, kenapa kamu tidur di dalam kelas. Peserta didik menjawab “ Saya kurang enak badan, karena tadi malam bergadang”.
Kalimat yang disampaikan oleh peserta didik tersebut juga tidak menggunakan kata sapaan,
apabila ditambah dengan kata sapaan maka akan memberikan rasa yang tinggi di telinga lawan tutur. Maka kalimat di atas menjadi “ Saya kurang enak badan Bu, karena tadi malam saya bergadang”.


3) Ketika guru bertanya “kenapa nilai ulangan harian Mu kok turun sekarang?. Peserta didik pun menjawab dengan ringannya, Saya tidak belajar tadi malam”.
Apabila kalimat tersebut ditambah dengan kata sapaan maka akan lebih enak didengar. “
Saya tidak belajar tadi malam Bu”.

Beberapa contoh di atas merupakan bukti bahwa dengan menggunakan kata sapaan kekerabatan dapat memberikan nilai rasa yang tinggi dalam bertutur. Apabila kita selalu
memberitahukan kebenaran dalam mengguna kata sapaan ini, maka dengan sendiri kita sebagai pendidik sudah mampu menumbuhkembangkan karakter peserta didik di dalam berkomunikasi.
Kesalahan konteks tuturan yang seperti inilah yang harus kita perbaiki, bukan hanya melihat, memaharahi, mencaci maki peserta didik, apabila mereka menggunakan bahasa yang
kurang santun. Hendaknya kita mampu memperbaiki, memberitahukan bagaimana
menggunakan bahasa yang santun. Karena bahasa menunjukkan bangsa, bahasa menunjukkan jati diri kita. Hanya melalui bahasa, orang lain dapat mengetahui kepribadian kita. Jadi berhati-hatilah menggunakan bahasa. Melalui bahasa kita bisa menumbuhkembangkan karakter yang santun dalam bertutur.

Penulis RAFNIATI adalah Guru SMAN 1 Pulau Punjung, Dharmasraya, Sumatra Barat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *