.

Nevi Irwan Prayitno Luncurkan Memoar “Energi Bundo Kanduang”

Padang, PilarbangsaNews

Tidak banyak perempuan yang dalam kesehariannya bisa beraktifitas secara multitasking atau mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus dengan hasil yang maksimal. Perempuan Minang mempunyai kemampuan seperti itu.

Salah satu adalah Hj. Nevi Zuarina, anggota DPR RI dari Sumatera Barat. Luar biasa ia menjalani kehidupannya bersama sang suami Prof. Irwan Prayitno dan anak-anaknya. Nevi mengasuh an membesarkan anak, menjalankan bisnis, menjadi guru, beraktifitas di partai dan tidak lupa berinteraksi dengan sesama.

Aktifitas yang multitasking itu diperankan Hj. Nevi Zuairina seperti yang ia ceritakan dalam buku memoarnya yang diluncurkan Sabtu (4/9/2021) di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Barat. Bersamaan dengan itu diresmikan pula “Irwan Prayitno Corner”, sebuah sudut baca di Perpustakaan Daerah Sumbar.

Hadir dalam peluncuran buku ini Gubernur Sumbar Mahyeldi, Mantan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Kepala Badan Kearsipan dan Perpustakaan Wardarusmen, SE.MM., Ketua PWI Sumbar H. Heranof Firdaus, S.Sos., Ketua SMSI Sumbar Zulnadi, SH., Ketua Dewan Kehormatan PWI Dr Ir Basril Basyar, Komisioner KI Sumbar Adrian Tuswandi, SH., Ketua Forum Wartawan Parlemen Sumbar Nofrianto, SP., dan hampir 30 orang wartawan yang sengaja diundang dalam peluncuran buku ini.

Memoar yang berjudul “Energi Bundo Kanduang” kata pengantarnya ditulis oleh Dr (HC) Puan Maharani, Ketua DPR RI. “Dari buku yang ditulis dengan pendekatan bertutur ini, saya mendapat kesan tentang seorang perempuan yang penuh semangat, pantang menyerah dan tidak meninggalkan kewajibannya sebagai istri dan sebagai ibu dari anak-anaknya. Pada kebanyakan yang dialami perempuan-perempuan aktif, selalu ada yang tertinggal salah satunya, ya suami, ya anak-anak, ya membangun kapasitas diri sendiri,” kata Puan Maharani dalam kata pengantarnya.

Tetapi menurut Puan, Nevi Zuairina berhasil melakoni seluruhnya dalam waktu bersamaan. Dan akhirnya dapat kita pahami bahwa manajemen waktu sangat berperan untuk menjalankan peran ganda seperti itu. Selain itu, lanjutnya, sebagaimana diceritakan Nevi dalam bukunya, kesabaran dan komitmen dalam keluarga juga sangat berperan penting dalam kehidupan seorang perempuan yang aktif di dalam rumah dan di luar rumah.

“Energi Bundo Kanduang,, yang dipilih sebagai judul buku ini menyiratkan makna bahwa pada kultur Minangkabau perempuan ditempatkan pada hirarki yang terhormat. Dan agaknya itu yang memberi semangat untuk banyak perempuan Minang termasuk Nevi Zuairina untuk banyak berperan dalam sejarah perjuangan bangsa,” kata Puan.

Prof Irwan Prayitno dan Nevi Zuairina bersama buku memoar “Energi Bundo Kanduang”

Puan juga menyebut beberapa nama, perempuan yang membanggakan Indonesia yang berasal dari Ranah Minang, seperti Rohana Kudus, Rangkayo Rasuna Said, Siti Manggopoh, Rahmah El Yunusiah. Saya ingin menyebut juga Ibu Mufidah Jusuf Kalla dan banyak nama lain yang amat panjang kalau dituliskan.

Sementara itu Ketua Fraksi PKS DPR RI, Dr.H. Jazuli Juwaini menyebutkan dalam sambutannya bahwa Nevi Zuairina melanjutkan tradisi perempuan Minang. “Saya cukup surprise dengan kehadiran buku memoar ini. Sebab tidak banyak orang sempat menukilkan pengalamannya ke dalam sebuah buku apalagi perempuan. Dan satu hal yang juga membuat saya surprise serta patut memberi apresiasi, bahwa buku ini ditulis Hj.Nevi Zuairina pada saat berusia 55 tahun. Banyak tokoh baru sempat menuliskan pengalamannya pada saat usia sudah sepuh, itu pun hanya karena mengadopsi kebiasaan di barat, bahwa pada usia 70 sebaiknya ditandai dengan peluncuran buku memoar, biografi ataupun otobiografi,” tulis dia di buku yang dieditori oleh wartawan senior Sumatera Barat, Eko Yanche Edrie dan Devi Diany itu.

Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah yang hadir dalam peluncuran buku ini, menyebut bahwa buku karya Nevi Zuairina adalah buku penting. ”Kenapa kami sebut sebagai buku penting? Karena buku ini menukilkan berbagai pengalaman ibu Nevi Zuairina yang tidak saja berguna kaum perempuan, namun juga berguna untuk kita semua yang menjalankan tugas-tugas pengabdian masyarakat. Berbagai hal yang dicatat dalam buku oleh bu Nevi tentang Sumatera Barat, tentang Minangkabau, tentang pemerintahan dan sebagainya sepanjang periode pengabdian beliau mendampingi pak Irwan Prayitno sebagai Gubernur Sumatera Barat tentulah sebuah pengalaman lahir batin yang patut kita timba sebagai guru,” kata Gubernur Mahyeldi Ansharullah yang ikut menuliskan kata sambutan di buku memoar Nevi Zuairina ini.

Menurut Gubernur Mahyeldi, buku ini menjadi luar biasa, lantaran belum pernah satupun istri Bupati, Walikota dan Gubernur di Sumatera Barat yang sempat menuliskan penggalan-penggalan pengalamannya selama mendampingi suami sebagai kepala daerah. Beberapa Kepala Daerah memang ada menulis buku memoar. Tapi istri Kepala Daerah baru sekali ini yang menuliskan memoarnya.

“Tradisi seperti ini semestinya mulai kita terapkan, agar ada legacy yang ditinggalkan oleh kepala daerah yang mengakhiri masa tugasnya. Jadi tidak sekedar buku memori serah terima yang sarat dengan data dan angka serta sangat formal itu. Lagi pula buku memori serah terima itu tentu tidak bisa diakses luas oleh publik,” ujarnya.

Nevi sendiri menyatakan bahwa ada banyak catatan sebenarnya yang ia buat, tetapi tidak semua catatan itu masuk ke dalam narasi buku lantaran dia pandang bisa mengganggu silaturahmi dengan pihak-pihak tertentu.

“Jadi ada bagian pengalaman yang saya catat tapi tidak masuk ke dalam buku agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Sebaliknya ada bagian-bagian yang mungkin saya lupa mencatatnya, maklum itulah salah satu sifat lemah manusia, tidak semuanya serta merta teringat pada hal-hal yang sudah lama berlalu,” kata Nevi Zuairina.

Akan halnya “Irwan Prayitno Corner” adalah sudut baca dan tempat pajangan buku karya mantan gubernur Irwan Prayitno. Ada 80 buku karya IP yang dipajang, termasuk 30 buah buku pantun, ditambah 400 An buah rekaman ceramah Irwan Prayitno. (sn/gk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *