Utiah Kapeh Bertanya;

Program Manari Pessel Kini Fokus Pada Subsektor Pertanian Tanaman Pangan (2)

Jika belum baca sebaiknya baca dulu artikel yang pertama;

Progam Manari Wabup Pessel;  Produktifkan  60 H Lahan  Tidur di Batang Kapeh

PilarbangsaNews.com, —

Secara spesifik Wabup Rudi Herinsyah menyebutkan, salah satu penyebab luasnya lahan tidur didaerah Kabupaten Pesisir Selatan, karena banyak irigasi didaerah itu pada rusak.

Betul pak wabup, kata Utiah Kapeh, seperti di Nagari IV Koto Hilie, Batang Kapas, ada irigasi setengah tehnis, namnya Iragasi Batang Jalamu. Irigasi ini telah lama tidak berfungsi secara maksimal ketika itu Bupati Pesisir Selatan dijabat Hendrajoni Dt Bandobasau. Iragasi ini bendungan primernya bobol akibat dihondo pohon kayu besar ketika air sungai membesar di daerah itu.

Kini bupati Pesisir Selatan dijabat oleh Rusma Yul Anwar, menurut Utiah Kapeh, belum ada signal bahwa irigasi itu akan segera direhabilitasi.

Padahal luas lahan pertanian yang diairi oleh irigasi Jalamu ini lebih kurang 500 Ha. Cukup luas.

Kondisi irigasi yang tidak dapat berfungsi secara maksimal, tidak hanya terdapat di Batang Kapas. Merata di beberapa kecamatan lainnya di Kabupaten Pesisir Selatan.

Satu kali, kata Rudi, pada tahun 2021 dia pernah bersama Kadis PSDA (Pengelolaan Sumber Daya Air) Pessel, menghitung berapa total dana yang dibutuhkan memperbaiki irigasi. Keseluruhan total biaya yang dibutuhkan sekitar Rp400M.

Dana yang cukup besar itu tidak mungkin bisa dialokasikan lewat APBD Kabupaten Pesisir Selatan, apalagi penanganan iragasi yang tidak berfungsi itu bukan wewenang PSDA Pesisir Selatan, tetapi menjadi wewenangnya PSDA Provinsi.

Untuk merehabilitasi iragasi tersebut, mengharapkan dari APBD Kabupaten Pesisir tentulah tidak mungkin karena wewenangnya Provinsi. Dinantikan pihak provinsi untuk menangani. Entah kapan akan terealisasi.

Tidak hanya persoalan irigasi sebagai penyumbang bertambahnya luas lahan tidur di Pesisir Selatan, masalah di sektor permodalan juga menjadi hambatan bagi petani memaksimalkan menerapkan pola atau variasi tanaman yang berimbang pada lahan pertanian mereka. Tidak hanya padi melulu, tapi padi…., padi…., kemudian diselingi dengan palawija seperti tanaman Jagung.

Kelangkaan pupuk pupuk sering terjadi dan sulitnya mendapatkan bibit yang bersertifikasi menjadi hambatan petani didaerah ini meningkatkan indek Musim Tanam pada lahan mereka.

Untuk mengatasi persoalan diatas diperlukan inovasi dan improvisasi mencari exit strategy (jalan keluar).

Kita coba memfasilitasi kerjasama petani pemilik lahan dengan PT Pupuk Indonesia yang kini sedang gencar-gencarnya menawarkan Pragram Agrosolution di Tanah Air. Pada bulan Juli 2022 lalu program Agrosolution disosialisasikan di Pesisir Selatan.

Program Agro Sulution sangat mungkin bisa menjadi exit strategy, atau strategi jalan keluar mengatasi masalah yang dihadapi petani dan Pemkab Pesisir Selatan membangun subsektor pertanian khsususnya tanaman pangan.

Kita, ujar Rudi Herinsyah, punya lahan dan punya CPPL ( Calon Petani Pemilik Lahan) sementara PT Pupuk Indonesia memiliki program yang dapat membantu menangani persoalan petani, sehingga dengan program Agrosolution PT Pupuk Indonesia ini program Manari (membamgun Nagari) di Pesisir Selatan bisa terlaksana.

PT Pupuk Indonesia tidak hanya menjamin ketersediaan pupuk dan bibit, tetapi juga bersinergi stokeholder lainnya memberikan pendampingan tehnis mulai dari pengolahan lahan sampai panen bahkan pemasaran hasil dari produksi.

Sebagai langkah awal pada medio Maret lalu telah dilaksanakan penanam jagung dengan demplot Tuik dan Koto Gunung di Kecamatan Batang Kapas.

Kita fokus dulu membangun subsektor pertanian tanaman pangan khsusunya tanaman jagung. Produksinya sangat bagus dan cukup punya prosfek terhadap upaya peningkatan pendapatan petani.

Biasanya dengan segala keterbatasan yang dialami petani, produksi jagung petani berkisar 3 sampai dengan 4 ton per hektar.

Sementara produksi jagung dengan mendapat pendampingan program Agrosolution dari PT pupuk Indonesia, yang telah diuji coba oleh petani di pulau Jawa mampu menghasilkan Jagung menimal 8 ton/Ha bahkan bisa mencapai 20 Ton/Ha.

Untuk pengolahan lahan sampai panen pihak Bank BUMN menyediakan KUR Rp12 juta/Ha.

Kredit dilengkapi dengan asuransi pertanian, yang akan meng cover apabila terjadi gagal panen dan gagal bayar, dan terakhir memastikan pembeli hasil panen dengan harga yang sesuai pasaran.

Jadi kalau harga jual jagung Rp4.000/kg. Maka panen jagung 8 ton itu adalah 8.000×4.000 = Rp32juta/ha..

Dengan modal 12 juta/Ha, tanaman Jagung mulai tanam sampai panen menghabis waktu 120 hari. petani masih untung Rp 20 Juta/ha. Lumayan besar, kan….? (Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *