GIRIANG GIRIANG PERAK (Oleh; Makmur Hendrik) Bag 77
Makmur Hendrik (foto: dok pribadi)
Baca bag 76 klik link dibawah ini:
Harimau Kumbang tertawa bergumam. Dia seperti tak tersinggung sedikit pun.
Ketika dia tertawa, giginya kelihatan menguning. Seperti biji biji jagung yang telah masak. Fisik lelaki ini memang sempurna menakutkan dan menjijikkan.
Bayangkan, kulit hitam legam, mata merah dan gigi kuning. Tapi tak seorang pun yang hadir di sana yang tak mengetahui betapa tingginya ilmu lelaki yang bergelar Harimau Kumbang tersebut.
Harta memang tak banyak di sini, Rajo. Tapi perempuan, hmm.. siapa yang tak tahu bahwa anak Rajo yang bernama Puti Nuri itu adalah seorang gadis cantik? Saya ingin pula melamar menjadi mantu, siapa tahu Puti itu jatuh hati pada saya. He… he… he… he…
Wajah Rajo Tuo jadi merah. Hatinya tiba tiba jadi tak sedap. Di rumahnya tadi Puti Nuri tinggal sendiri. Isterinya pergi ke sawah. Apakah penyamun penyamun ini sebelum muncul kemari terlebih dahulu telah mendatangi rumahnya? Dia lalu berbisik pada Datuk Hitam yang duduk di sisinya.
Coba lihat di rumah. Hati saya tak sedap. Jangan jangan ada hal hal yang tak diinginkan terjadi pada Nuri….
Datuk Nan Hitam yang juga merasa tak sedap di hatinya, mengangguk. Kemudian berjalan ke bawah. Namun saat itu Harimau Kumbang kembali bicara.
Baiklah. Di sini saya lihat ada si Renceh. Ada Nago gendut dan Situo dari Lintau. Nampaknya suatu kekuatan yang cukup hebat. Saya datang kemari untuk mengambil orang orang yang telah berbuat onar di perguruan saya.
Yaitu si pengecut dari Pariaman yang bernama Datuk Sipasan dan kawan kawannya serta si buyung kerempeng berbaju putih yang bernama si Giring Giring kentut itu. Mereka harus ikut dengan kami ke Tambuntulang untuk diadili….
Si Giring giring Perak merasa hatinya berdebar mendengar ucapan itu. Demikian pula halnya dengan Datuk Sipasan dan kedua temannya. Tuanku Nan Renceh, yang dihina dengan menyebutkan si Renceh itu bersuara. Suaranya perlahan tapi berwibawa.
Harimau Kumbang dan adik adik seperguruannya adalah pesilat pesilat Minang yang tangguh. Tapi kenapa ketinggian ilmu itu hanya dipergunakan untuk mencelakai bangsanya sendiri ? Kenapa tidak mau bersatu bersama kita untuk mengusir penjajah?
He… he… he. Si Renceh berkotbah,. Hai Renceh, waang berperang karena ingin menjadi pimpinan dari kelompok orang orang yang menyembah matahari terbenam. Apa nama agama waang …? Islam? Hmm mengapa kalian tak menyembah saya saja sehingga kalian bisa hidup lebih senang dan bahagia?
Datuk Sipasan sudah berniat maju untuk melabrak Harimau Kumbang yang kurang ajar itu, tapi Tuanku Nan Renceh mengangkat tangan melarangnya. Dan pemuka Islam dari Tilatang ini bicara lagi.
“Siapa bilang kami menyembah matahari terbenam? Kami sembahyang ke arah matahari terbenam karena di sanalah kiblat….
Hei Renceh, saya tak peduli apa yang kalian sembah. Yang jelas saat ini saya menginginkan kepala Datuk Sipasan dan anak muda berbaju putih itu.
Bagaimana kalau kami tak membiarkan mereka kalian bawa?
Harimau Kumbang tertawa terbahak bahak mendengar jawaban Tuanku Nan Renceh. Tawanya disambut oleh kedua adik seperguruannya.
Hanya murid mereka yang tegak di belakang mereka saja yang tak ikut gelak. Ketiga mereka itu tetap tegak dengan diam memandang pendekar pendekar yang berada di balairung tersebut.
Ha… ha… ha… Renceh, apakah waang telah mengukur kepandaian waang hingga berani bicara begitu padaku. Apakah waang sanggup melawan kami dengan tasbih waang itu? Hehe… he… he….
Wajah Tuanku Nan Renceh tetap tersenyum mendengar penghinaan itu. Dan Harimau Kumbang yang melihat Datuk Nan Hitam akan pergi segera berkata.
Hei… Datuk Hitam. Tak usah susah susah melihat Nuri di rumah. Dia sudah kami tahan. Demikian pula Siti Nilam dan bini Datuk Sipasan di Balingka….
Tidak hanya Datuk Sipasan. Si Giring giring Perak dan Rajo Tuo saja yang terkejut mendengar ini, tapi semua orang yang ada di sana jadi berang. Tuanku Nan Renceh berkata, dan nada suaranya mulai meninggi.
Sebagai lelaki, alangkah tidak terhormatnya kalian menahan perempuan perempuan untuk menaklukkan suami atau orangtuanya….
Bersambung ke bag 78