Pessel

Cukuplah Aksi Pembakaran Markas Polisi Resort Di Dharmasraya Itu Yang Terakhir Terjadi

Kondisi Mapolres Dharmasraya pasca dibakar Minggu (12/11) dini hari.


PILARBANGSANEWS. COM. BATANG KAPEH PESSEL,–

Peristiwa pembakaran Mapolres Dharmasraya Sumbar, telah terjadi dini hari Minggu (12/11) dilakukan oleh 2 orang terduga teroris. Peristiwa tersebut membuat kita seakan akan tersentak dari mimpi, karena Sumbar yang dikenal aman tentram selama ini tiba tiba dikejutkan dengan peristiwa yang tak disangka sangka dan  justru terjadi ditempat aparat keamanan berkantor.

Peristiwa yang benar benar cukup mengagetkan ini ironis mamang  karena terjadi disebuah kebupaten dimana tingkat kriminalitasnya terbilang rendah alias aman untuk Polda Sumbar dan selama ini Polres Dharmasraya tidak termasuk dalam daftar kabupaten yang pernah mendapatkan ancaman dari para teroris.

Biasanya aksi terorisme kabanyakan dilakukan dikota kota besar dan institusi Polri memang menjadi target dari aksi operasi para teroris. Namun sejauh ini  para teroris  hanya baru berhasil menyerang pos pos jaga polisi lalulintas. Namun pada Minggu dini hari yang lalu justru mereka berhasil membakar sebuah mapolres di Dharmasraya.

Kenapa institusi Polri sering menjadi sasaran operasi teroris. Ada yang mengatakan alasannya karena balas dendam kepada aparat kepolisian. Mereka ingin membalas dengan alasan berapa banyak anggota teroris yang berhasil dilumpuhkan dan tewas ditangan densus 88 (polisi) setelah mereka ditembak mati ketika mereka melakukan operasi sempat tercium aparat keamanan. 

Namun  demikian itu bukanlah sebuah alasan yang tepat bagi teroris menjadikan kantor institusi Polri sebagai target sasaran teror. Seorang teroris ketika melakukan aksinya tidak memikirkan mana lawan dan kawan, mana orang berdosa atau mana yang tidak. Bagi mereka yang penting melakukan  teror sekalipun menempuh  cara bunuh diri meledakkan bom.  Siapa yang bakal jadi korban akibat aksi mereka itu? Adalah  urusan belakangan. Jika mati  dalam melakukan aksi  diyakini sebagai mati Sahid. Kematian dalam berjihad inilah yang dicari oleh semua mereka terbumbui nafsu jihad yang mereka yakini, yakni  sebuah cara atau  proses melenggok kangkung menuju jalan ke sorga.  

Peristiwa pembakaran Mapolres Dharmasraya yang  terjadi di pagi buta itu, boleh dibilang sebagai  keberhasilan yang gemilang dilakukan teroris ditanah air. Dikalangan para teroris pelakun pembakaran Mapolres Dharmasraya itu mungkin akan jadi rujukan serta motivasi. Dikalangan calon para pen-jihad pelaku terduga Mapolres Dharmasraya bisa jadi sesuatu yang perlu mereka banggakan atas sukses besar operasi mereka itu. Sebab baru kali ini teroris di tanah air meraih sukses gemilang menghanguskan satu unit markas  polisi ditingkat kabupaten/kota. 

Sering memang terjadi aksi teror ditanah air seperti di Jakarta dan kota kota besar lainnya di Indonesia, para teroris   hanya baru mampu memporak-porandakan satu unit kantor Pos jaga Lalulintas diperapatan jalan  atau merusakkan dan menyerang kantor  Polsek. Peristiwa yang terjadi di Dharmasraya, sejauh ini dapat dicatat sebagai sebuah keberhasilan terbesar pernah terjadi di Indonesia dimana teroris berhasil memghanguskan sebuah kantor institusi Polri yang ada di Kabupaten.

Dari peristiwa ini baru kita sadar betapa lamahnya aparat kita di lapangan. Sebuah markas polisi yang setiap malam dijaga oleh personil bersenjata, kecolongan dan api membesar tiba tiba.

Menurut kebiasaan masyarakat, pun  aparat  kita, begitu peristiwa muncul baru kewaspadaan ditingkatkan kadang membabi buta. Seperti yang terjadi di Pesisir Selatan.

12 orang diamankan selama sehari baru dilepas gara gara memiliki satu unit busur dan anak panah yang mirip dengan anak panah yang digunakan terduga teroris di Mapolres Dharmasraya. Padahal kehadiran mereka hanya untuk berdakwah dan sambil iktikaf (bermalam) di Rumah ALLAH. 
Adalah kurang bijak kiranya kita sebagai masyarakat menganggap pemilik busur dan anak panah dapat di-identik-kan memiliki  bakat sebagai teroris kendatipun terduga teroris di Dharmasraya itu mengunakan busur dan anak panah untuk menyerang polisi. Priseden Jokowi pun pernah kita lihat lewat televisi melakukan olahraga memanah ini. Apakah boleh kita beranggapan pak presiden kita memiliki  bakat teroris? Pasti tidak bukan?

Kecurigaan masyarakat dan aparat keamanan dapat kita terima karena kebiasaan kita yang masih  trauma melihat sebuah peristiwa.


Cucu saya juga belajar memanah...

Masyarakat awam boleh lah selalu curiga akan tatapi aparat keamanan? Apakah perlu juga ikut ikutan trauma? Aparat keamanan  dalam bertindak tentunya sangat profesional. Untuk ini pembekalan ilmu intelijen khusus mereka yang ditempatkan di kesatuan ini menjadi prioritas lebih ditingkatkan dimasa datang oleh pengambil kebijakan di tubuh polri. Kita berharap aksi teror yang merusak markas keamanan ini jangan sampai terulang lagi…(YY)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *