Catatan ringan dari Rusunawa Painan (28) ; Si bebeb Tak Ingin Pulang Duluan
Sore kemaren saya ngobrol bareng si Nyonya besar. Kami ngobrol berbagai hal termasuk tentang dia telah sembuh dan mungkin hari ini pulang atau besok hari Senin atau Selasa lusa (13/10/2020).
Si nyonya besar menyampaikan keinginan pada saya. “Uda kan hari ini swab ( Sabtu 10/10/220). Hasilnya keluar mungkin 4 hari lagi, kalau ndak Selasa Rabu (14/10/2020). Sementara aku pulang kalau enggak Senin hari Selasa lusa. Coba uda usul ke pihak Otoritas Penanggulangan medik Covid-19, aku pulangnya sama kan saja harinya dengan uda, “
“Uda coba dulu menggatakan pada ustadz Yuni Andra KTU Dinas Kesehatan Pesisir Selatan. Mana tahu beliau bisa membantu, ” ucapnya berharap.
“Tapi uda rasa enggak mungkin bisa, sebab Rusunawa itu saat ini kan hanya diperuntukan bagi pasangan suami istri yang terpapar Covid, bulan madu pakai tanda kutip, bukan untuk bulan madu benaran,” kata saya menjelaskan.
Kata si bebeb, kalau dia pulang lebih duluan dari saya, dia merasa tidak lamak (tidak enak). Dia ingin menungguin saya di Rusunawa sampai saya diperbolehkan pulang.
Menurut si nyonya besar, saya sabagai suami berani menemani dia, saat dia telah telah terkonfirmasi positif Covid-19.
“Tahu uda ndak, kesetiaan istri ke suaminya lebih besar dari kesetiaan sang suami pada istrinya. Kok aku ke uda antahlah, uda ke aku ndak tuhu, ” katanya si bebeb ber-aku ke dirinya, karena dulu pernah ikut merantau bersama orang tua ke Provinsi wong kito galo (SUMSEL tepat Palembang)
Perempuan para istri memang suka Ngitung-ngitung inves kasih dan sayang sarta kesetian pada suami. Mereka kebanyakan suka bilang aku sayang k uda tapi uda ndak sayang ke aku. Memang begitu lah wanita..
Kemudian alasan lain si Nyonya besar ingin tetap di Rusunawa nungguin saya, karena dia tahu betul dengan tuan besarnya, manja tak bisa mandiri kalau di rumah, mau makan selalu diingatkan, kalau tak diingat kadang tak makan saja.
Jika makan pun selalu diambilkan sepering lengkap dangan lauk pauk nya, kayak orang makan nasi ramas di warung nasi gitu.
Dia takut nanti nafsu makan udanya anjlok. Sekarang dia sangat gembira bila melihat udanya lagi makan, setiap hari selalu makan dengan lahapnya.
Kebiasaan tuan besar seperti itu bikin si bebeb mengatakan ke saya supaya saya bisa mengusulkan lewat Ustadz Andra, KTU Dinas Kesehatan Pesisir Selatan.
“Uda coba dulu ya. Kalau ndak bisa dipenuhi jangan kecewa, ” kata saya.
“Biar aku tak dijatah makan, seperti ketika jadi pasien. Kapan perlu biar aku bayar sewanya berapa se malam. Asal bisa nungguin uda disini, ” tambahnya lagi penuh harap.
“Kalau seandainya tidak dikabulkan, tak apa apa, jangan kecewa. Paling bedanya kita pulang hanya 2 atau 3 hari. Atau nanti gini, uda kan sudah negatif pertama dan kemaren sudah di Swab kini tinggal menunggu hasil. Uda pulang saja, ” kata saya menawarkan solusi.
” Rancak jua seperti itu. Tapi mudah-mudahan pak Aan (Yuni Andra KTU Dinas Kesehatan Pesisir Selatan) berhasil memperjuangkan keinginan kita, ” ucap si bebeb.
Mudah-mudahan keinginan istri saya itu bisa dikabulkan oleh otoritas di Rusunawa. Apalagi Rusunawa, kini mulai lengang. Kalau dulu saat saya pertama kali masuk jumlah pasien mencapai 38 orang bahkan sampai 40 orang lebih. Kini hanya tinggal 14 orang…
Bersambung…
Catatan ringan dari Rusunawa Painan (27) ; Tadi Saya Tes Swab, Suster Tertawa Geli…?