CRDRP YY

Catatan ringan dari Rusunawa Painan (39) ; Sedikit Waktu Berkomunikasi, Silaturahmi Tetap Berkwalitas

Batang Kapeh, PilarbangsaNews, — Dimasa pandemi Covid-19, kehidupan pada fase pertama yakni PSPB telah kita lewati.

PSBB adalah singkatan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar, peraturan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19, melingkupi pembatasan sejumlah kegiatan penduduk tertentu dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19.

Habis pelaksanaan fase PSPB, kini kita sedang berada pada fase new normal. Pada fase ini
masyarakat harus menjaga produktivitas di tengah pandemi virus corona COVID-19 dengan tatanan baru.

Dikutip dari Tirto.id , Juru Bicara Penanganan COVID-19, Achmad Yurianton menyebutkan, tatanan baru ini perlu ada sebab hingga kini belum ditemukan vaksin definitif dengan standar internasional untuk pengobatan virus corona. Para ahli masih bekerja keras untuk mengembangkan dan menemukan vaksin agar bisa segera digunakan untuk pengendalian pandemi COVID-19.

“Sekarang satu-satunya cara yang kita lakukan bukan dengan menyerah tidak melakukan apapun, melainkan kita harus jaga produktivitas kita agar dalam situasi seperti ini kita produktif namun aman dari COVID-19, sehingga diperlukan tatanan yang baru,” kata Achmad Yurianto dalam keterangannya di Graha BNPB, Kamis (28/5/2020).

Menurut Yuri, tatanan, kebiasaan dan perilaku yang baru berbasis pada adaptasi untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat inilah yang kemudian disebut sebagai new normal.


Cara yang dilakukan dengan rutin cuci tangan pakai sabun, pakai masker saat keluar rumah, jaga jarak aman dan menghindari kerumunan. Kebiasaan baru ini harus menjadi kesadaran kolektif masyarakat kita.

Selama diisolasi kami  menerapkan cara kehidupan baru itu, pakai masker, sosial distancing (jaga jarak) cuci tangan boleh pakai sabun atau hand sanitizer.

oooOooo

Salama kami diisolasi hanya saat senam bisa berkomunikasi, diluar kegiatan itu kami membenamkan diri di kamar
masing-masing. Singkat memang waktu yang dapat untuk menjalin silaturahmi antar sesama pasien. Tapi waktu yang singkat itu, nyatanya bisa menambah jalinan silaturahmi itu kian hari semakin erat.

Setiap musibah itu kata orang, pasti ada hikmahnya. Ada sesuatu yang  hendak diinginkan Allah SWT dari hamba-hamba-Nya yang telah berbuat zalim diluar batas toleransi.

Kita masih ingat ada beberapa kasus orang mempermasalahkan hijab, karena kata mereka busana yang menutupi aurat wanita ini adalah khusus budaya Arab. Sementara kita di Indonesia punya budaya sendiri.

Dijawab oleh aktifis perempuan berhijab, bahwa kami tak ambil pusing apakah budaya Arab atau bukan, bagi kami hijab menutup aurat adalah perintah Allah kepada perempuan yang muslimah.

Tapi kini apa yang terjadi samua umat tanpa memandang suku ras dan agama, mereka telah setiap hari menggunakan masker untuk melindungi diri terpapar Covid-19.

Dengan memakai masker itu, tak kelihatan lagi bibir cewek (wanita) yang indah bak Pauh dilayang dan biaya make up, tidak perlu dianggarkan lagi. Soalnya tak akan ada lagi lelaki yang akan cuci mata menikmatinya.

Yang beruntung itu adalah saya, dengan memakai masker ini, wilayah sekitar mulut tak bisa dilihat orang lain. Dengan demikian orang lain tak akan tahu bahwa kumis saya belum sempat dirapikan, jenggot belum sempat dicukur.

Dan yang paling seru lagi orang tak akan tahu bahwa gigi saya telah ompong meskipun saya kelupaan memasang gigi palsu.

Catatan foto selfie milik Muhammad Rizqi Yendrizal

Bersambung…

Baca juga;

Catatan ringan dari Rusunawa Painan (38); Gejala Covid-19 Setiap Orang Bisa Beda-beda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *